Waalaikumsalam Kapten #Part17

364 32 13
                                    

~~~
Sudah menjadi kebiasaannya pada saat menjelang sore hari, Hanifa selalu duduk santai di teras rumah sembari sesekali memuroja'ah ayat Al-Qur'an yang dihapal. Lalu saat senja menyapa, ia akan berhenti dan beralih menatap senja hingga menghilang.

Tak ada yang mampu mengalahkan keindahannya. Namun, kali ini rasanya senja tak begitu menyenangkan hati. Ia pun tak tahu penyebabnya dan tentu saja ia benci suasana yang seperti itu.

"Shadakallahul Adzim"

Melihat mobil kapten Hilmi tiba, ia menutup Al-Qur'an yang dipegangnya, sedikit mendekat ke arah anak tangga sembari melempar senyum yang tentu saja tak terlihat oleh mereka.

Lulu keluar dari mobil sambil menenteng beberapa plastik belanjaan. Tak lupa ia berterima kasih kepada kapten Hilmi karena telah mengantarnya pulang. Tak cukup sampai disitu ternyata kapten Hilmi ikut turun dari mobilnya diikuti gadis remaja yang baru pertama kali dilihat oleh Hanifa.

"Assalamualaikum Faa" ucap sang kapten setelah berada tepat di hadapannya.

"Waalaikumsalam mas, ayo masuk dulu".

Baru saja kapten Hilmi hendak melangkah masuk, namun tiba-tiba Alya lebih dulu mengingatkannya perihal urusan yang telah menantinya di batalyon.

"InsyaAllah lain kali mas ke sini lagi ya soalnya ada urusan mendesak di batalyon"

"Baiklah kalau begitu mas"

Manik coklat itu bertemu untuk beberapa detik, hanya beberapa detik. Setelah berpamitan pada Hanifa dan Lulu, kapten Hilmi dan Alya meninggalkan rumah itu, melajukan mobilnya untuk mengantar Alya pulang dan kembali ke batalyon untuk menyelesaikan pekerjaannya.

~~~~~~

Di dalam rumah, Lulu menunjukkan benjaan yang telah dibelinya tadi kepada Hanifa. Tak banyak, hanya ada beberapa buku dan beberapa gamis. Lulu berdiri menghadap cermin, mencoba mencocokkan pakaian di tubuhnya yang terbilang langsing. Sesekali meminta Hanifa untuk memberikan penilaiannya.

"Semuanya bagus kok Lu, kamu makin cantik" kata Hanifa yang masih memperhatikan Lulu dari pinggiran tempat tidur.

"Faa dalam Islam boleh gak sih kalau cewek meminta untuk dipinang oleh lelaki yang sholeh?"

Hanifa sedikit terkejut mendengar pernyataan Lulu membuat alisnya yang tebal bertemu satu sama lain.

"Boleh" ucapnya singkat.

Lulu kini menghadap sempurna ke arah Hanifah, dengan wajah yang begitu sumringah setelah mendengar jawaban yang sangat ditunggunya.

"Serius Faa, boleh?" Ucapnya berusaha memperjelas.

"Iya Lu' boleh". Dalam agama kita, meminta untuk dipinang oleh Ikhwan lebih mulia daripada tersiksa khamer asmara. Berdasarkan HR. Bukhari: 2/246, pernah suatu ketika ada seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW dan menawarkan dirinya kepada beliau untuk dinikahi. Dan ada taqrir atau persetujuan Nabi SAW terhadap perbuatan wanita ini dan beliau tidak mengingkarinya.

Kamu bisa meminta seseorang yang kamu percaya untuk membantumu atau boleh juga niatmu hanya kamu, Ikhwan pilihanmu, dan Allah saja yang tahu.

"Masih banyak lagi kisah-kisah di zaman Rasulullah perihal masalah ini Lu".

"MasyaAllah terimakasih sudah memberikan ilmu yang begitu bermanfaat untuk saya, Faa".

"Sama-sama Lu, aku malah senang bisa berbagi ilmu seperti ini".

Dalam hatinya, Lulu masih menimbang apakah ia akan meminta bantuan Hanifah dalam hal ini atau niatnya cukup ia, sang kapten dan Allah saja yang tahu. Jika seandainya kapten Hilmi menolak permintaannya setidaknya ia tidak akan begitu malu di hadapan Hanifa. Tapi setidaknya Hanifa dapat menguatkan dirinya. Sepertinya Hanifa harus membantunya lagi.

Malam semakin larut dan lagi di bawah cahaya temaram di ruang peristirahatan, mereka kembali berbincang perihal hati yang belum juga menemui titik pastinya.

"Faa sepertinya aku mau..." Ucapnya terhenti karena masih ragu-ragu.

"Mau apa Lu'?"

"Menurutmu kalau aku menawarkan diri ke kapt.... Mmm gimana yah ngomongnya Faa?"

Hanifa bisa menebak apa yang sebenarnya mau diungkapkan oleh Lulu, terlebih sore tadi mereka sudah membahas masalah ini.

"Kamu ingin menawarkan diri untuk dipinang oleh kapten Hilmi?"

Ternyata Hanifa sudah mengetahui niatnya, tentu saja itu sungguh membuatnya malu. Lalu dengan sedikit keberanian dia mengangguk mengiyakan pertanyaan Hanifa.

"InsyaAllah aku bisa membantumu kalau kamu mau Lu"

Suaranya sedikit tertahan di ujung kalimat berharap semoga saja keputusannya tidak salah. Mereka wajib bahagia, Lulu, sang kapten, terlebih lagi untuk dirinya sendiri.

"Aku mau faa, aku takut jika perasaanku kepada kapten Hilmi malah akan melemahkan imanku. Memikirkannya setiap saat, berharap dapat bertemu setiap waktu rasanya begitu menggangguku. Aku akan sangat bersyukur jika kapten Hilmi berkenan meminangku. Tapi jika seandainya ia menolak berarti dia bukan jodohku. Aku bisa melupakan semuanya.

"InsyaAllah Lu' niatmu baik pasti Allah akan memberikan jalan yang baik pula. Kamu harus yakin." Ucapnya sambil menguatkan Lulu.

🌹🌹🌹🌹

Maafkan typonya yah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Waalaikumsalam Kapten! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang