Waalaikumsalam Kapten #Part3

3K 141 4
                                    

Sepasang mata itu dengan sengaja menatapnya lagi. Kali ini di teras rumah, tatapan penuh dengan rasa dan masih sama sejak pertama kali si gadis berniqab menetap di rumah minimalis bernuansa putih, yang kedua saat si gadis berniqab dengan semangat mengurai satu demi satu huruf di kolong langit, selanjutnya masih menjadi rahasia sang pencipta.

Benar ia jatuh cinta, bukan dengan fisik tapi dengan akhlak yang tercermin dari diri si gadis berniqab. Ia tak pernah tau seperti apa wajah dibalik niqab itu, cantik kah? Buruk kah? Baginya fisik tak jadi masalah. Benar ia jatuh cinta, untuk ketiga kali rasa kagum itu tak berkurang dan ia berharap rasa itu tak akan pernah berkurang hingga ia mempunyai keberanian untuk menghalalkannya. astaga dirinya kah yang mengucapkan kata puitis itu? Seiring langkah kecilnya ia pun berlalu dari hadapan dua org di rumah minimalis.

" semoga esok masih bersua dalam kejauhan, calon bidadariku" katanya dalam hati.
~~~~

"masih bengong aja Lu', barisan mas gagahnya udah habis tuh"

"eh iya Fa udah abis ternyata.. Ayo masuk"

Seperti biasa, Hanifa akan menanggalkan niqabnya saat hanya ada mereka berdua di dalam rumah dan hanya lulu yang tau wajah hanifa yang sebenarnya.

Setelah shalat maghrib bersama lulu, ia selalu menyempatkan berdzikir dan mengirimkan doa untuk kedua orangtuanya, terlebih untuk uminya yang setahun lalu telah pergi meninggalkan ia dan Tettanya.
Tak bisa dibayangkan betapa hancurnya ia kala itu, satu malaikatnya telah pergi, penyemangat hidupnya telah tiada, satu pintu surganya telah tertutup.

Katanya umi akan selalu bersama nifa, katanya umi akan menjaga nifa sampai kapanpun, nifa belum sempat membahagiakan umi. Kakak dan Tetta masih membutuhkan umi.
Hanya hatinya yang meronta di pojok pusara yang masih basah dan semerbak bunga masih tercium tajam. Tangannya berusaha untuk menahan sesak di dada. Bolehkah nifa menangis umi? Sekali ini saja dan setelahnya nifa berjanji akan menjadi anak yang kuat untuk umi dan Tetta. Ia tak ingin beranjak dari posisinya, katanya setelah orang terakhir meninggalkan pusara maka malaikat akan datang untuk menanyai si mayit. Ia tak ingin malaikat membangunkan uminya yang sedang beristirahat "batinnya lugu berusaha menepis kenyataan".

"Laa ilaha illallah, laa ilaha illallah, laa ilaha illallah"

Talkunnya telah basah oleh air mata namun bibirnya masih saja berdzikir beradu dengan tasbih berharap orangtuanya mendengar bahwa dirinya sangat merindu.

"Fa, kamu kenapa nangis" tanya lulu sambil mengusap air mata di pipi nifa.

"Kangen umi" isaknya dengan ujung kalimat yang tenggelam.

Tatapannya begitu lekat pada mata lulu, buliran air bening berjatuhan dari maniknya yang agak kecoklatan itu. Hanya isakan sesegukan jelas terdengar dan setelahnya hampir tak ada kata yang terucap.

Nifa wanita yang kuat tapi entah mengapa malam itu tangisnya pecah setelah setahun yang lalu tak dapat ia keluarkan karena telah berjanji untuk tetap kuat di depan umi apapun yang terjadi. Namun, seberapa besarpun usahanya untuk kuat, tetap saja ia akan berakhir pada pernyataan dirinya hanyalah gadis kecil lemah tanpa sosok seorang ibu.

~Hanya penulis amatir
~semoga suka🙏

Waalaikumsalam Kapten! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang