Tengah malam ini, hujan masih saja turun membasahi seluruh kawasan Busan. Air terus naik, meskipun kemungkinan terjadinya banjir itu sangat kecil.
Di dalam kamar Hoseok dan Namjoon, mereka berdua masih sibuk bermain ponsel. Penyebabnya? Tentu karena sudah tidur. Hawanya dingin.
“RM.”
“Hmm?”
“Tidakkah kau merasa ada yang aneh?” Hoseok memegang tengkuknya dan menaikkan selimut.
Namjoon menoleh. “Ada sih ... hanya saja aku tidak peduli. Mungkin ini hanya hawa hujan. Santai saja! Kau terlalu paranoid!” Menenangkan orang penakut itu susah.
Setelah mengikuti semua sesi permainan The Dead Hoseok jadi sedikit pendiam dan pemberani dari sebelumnya. Mungkin karena adrenalin Hoseok meningkat. Dia juga sedikit aneh akhir-akhir ini. Suaranya berubah tiba-tiba, sering begadang dan suka sekali menonton film sadis. Sepertinya Hoseok punya hobi baru.
Hoseok berbicara dengan nada bergetar. “Kau ... kau tahu, 'kan? Aku ikut dengan Jimin ke rumah terbengkalai untuk bermain The Dead.”
“Kau mau mendengar ceritaku saat aku di sana?”
Sang leader mematikan ponselnya. Menarik juga, karena Yoongi ataupun Jimin belum menceritakan itu padanya. “Boleh! Ceritakan.”
Hoseok memandang Namjoon. Ia memicingkan matanya waspada. Senyum miring terpampang di wajahnya.
“Ketika bermain The Dead tempat yang kita pakai adalah sebuah rumah bertingkat tiga yang sudah terbengkalai, tanpa tetangga di sekitarnya, hanya ada pepohonan mati. Dalam hujan lebat, rumah itu benar-benar menyeramkan.”
Namjoon menarik bantalnya.
“Kita menyiapkan semuanya. Hyejoon menyalakan lilin merah itu. Dan hanya dalam penerangan minim, kita duduk mengelilingi lilin The Dead lalu berpegangan tangan seperti ingin bermain kotak pos, dan kami mengucapkan, ‘The devil don't come. The Dead, we call you here’.”
“Ketika Hyejoon melempar pertanyaan yang menanyakan apakah ada Taehyung di sana, suara tepukan dua kali langsung menjawab pertanyaan Hyejoon. Dan dua kali tepukan, artinya ‘Iya’. Pertanyaan kedua, Hyejoon bertanya apakah ada roh lain selain Taehyung di rumah itu.”
“Dua tepukan kembali terdengar. Hyejoon bertanya tentang kematian Taehyung.”
“Apakah ada sesuatu yang tertutupi tentang kematian Taehyung?”
“Jawabannya adalah iya.”
“Petir terus menyambar. Ketika hawa dingin semakin besar sampai membuat lantai membeku di beberapa bagian dan lilin mati, Hyejoon ingin mengakhiri permainan The Dead, tetapi sesuatu menghalangi kami.”
“Ada suara tawa seorang wanita. Empat tepukan terdengar, Hyejoon bertanya apakah itu Taehyung, atau bukan. Jawabannya adalah ...”
“Bukan.”
“Hyejoon akhirnya mengakhiri permainan ini. Dan kau tahu apa yang kami lihat saat petir menyambar sedetik?” Namjoon menggeleng.
“Kami ... melihat wanita dengan penuh darah, berbaju putih, wajahnya hancur. Wanita itu benar-benar membuat kami lari tunggang-langgang meninggalkan lilin The Dead. Kita terpaksa kehujanan, dan berteduh di bawah pohon beringin yang mencekam.”
“Hyejoon–”
“Bisakah kau ceritakan besok pagi saja?”
“Tidak bisa, Kim Namjoon. Kau tidak bisa mendengarkan kisah itu lagi setelah aku membawa seluruh anggota Bangtan ke duniaku.”

KAMU SEDANG MEMBACA
We Call You Here
Fiksi PenggemarJumat, 24 Agustus 2018, hari terburuk itu ... terjadi sehari sebelum mereka menjalankan tur dunia. Semua jadwal dibatalkan. Berita-berita penuh dengan wajah Kim Taehyung, member BTS yang ditemukan meninggal dengan sayatan lebar si tangan kirinya. Se...