Chapter 16 "It's Like We Never Happened"

230 17 0
                                    

(: HAPPY READING :)

그게 겁이 날 뿐야.. ( geuge geobi nal ppunya.. ) - Sungguh itu saat yang menakutkan..

*AUTHOR POV*

"Aku... mau ke toilet. Mom, Visha mau ke toilet. Bisa... tolong antar Visha ke toilet, Mom ?" Visha menatap Cynthia dengan mata sayu dan suara pelan, bagai berbisik.

"Ayo sayang, ikut mommy " Cynthia segera merangkul Visha dan berjalan masuk ke dalam rumah keluarga Adhipramana.

Visha merasakan sakit dihatinya, sangat sakit. Kenapa Agra bisa begitu tega dengannya? Visha benar-benar ingin menangis akan hal ini.

Cynthia tidak membawa Visha ke toilet, tapi membawanya ke dalam kamar Gara yang memang berada di lantai bawah.

"Menangislah, nak. Jangan ditahan!" Mendengar itu, Visha tidak bisa lagi menahan air matanya. Tetes demi tetes airmatanya terjatuh, Ia menangis, menangis tersedu-sedu.

Melihat Visha menangis, membuat Cynthia juga ingin menangis. Ia segera memeluk Visha dan membiarkan gadis yang telah ia anggap sebagai anaknya itu menangis di bahunya.

Cynthia berusaha keras untuk menenangkan Visha. Dia memeluk tubuh gadis itu, mengelus punggung gadis itu, dan memberikan kata-kata menenangkan untuk gadis itu.

*SEMENTARA ITU*

"Apa yang kau lakukan? Apa maumu sebenarnya?!" Gara bertanya sengit ke adiknya.

"Aku tidak tahu kalau kau begitu jahat!" Zie juga ikut berkomentar kepada Agra, dengan menatap Vidette sinis.

"Stop menatap Vidette seperti itu Zie!" Belum sempat Gara membalas perkataan Agra, Zie sudah menahannya terlebih dahulu.

"Kenapa? Kau marah aku menatap Vidette seperti ini? Sedangkan kau! Kau menyakiti hati orang yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri, dan hebatnya dia adalah kekasihmu. Jadi, apakah aku juga tidak boleh marah?" Zie mengatakannya dengan penuh penekanan. Membuat Agra kaget seketika, ia sadar jika ia telah menyakiti hati kekasihnya itu.

"Ak-aku... bukan seperti itu. Hanya saja-" Agra tidak bisa menjawab pertanyaan Zie dengan cepat. Ia terbata-bata dan tidak tahu harus mengatakan apa.

"Apa? Kalau bukan seperti itu, kenapa kau memamerkan hubunganmu dengan wanita ini dihadapan kekasihmu?" Raga segera menatap Vidette dengan pandangan mencemooh.

"Berhenti memojokkan Agra! Yang kekasihnya itu AKU! Bukan gadis bodoh peracik kopi murahan yang kalian bela itu!" Vidette berkata marah dan sedikit lebih keras, membuat tamu lainnya mengalihkan pandangannya ke arah mereka.

"Berhenti bertengkar! Aku tidak ingin yang lainnya berbicara buruk tentang ini." Dirga segera menengahi pertengkaran yang terjadi.

"Dan saya harap Anda menarik kalimat Anda yang mengatakan Visha seorang gadis bodoh peracik kopi murahan. For me, she's not just like that. I think she is more than enough to join with my family. Although, she's not become Agra's wife. So, just shut your mouth, young girl." Agra tahu jika ayahnya sangat marah. Tidak mungkin Dirga akan mengumpat jika ia tidak benar-benar marah.

Dirga segera pergi yang diikuti oleh Gara dan Zie. Sementara Raga masih stay menatap kakaknya dan Vidette. Di saat pandangannya terjatuh pada Vidette, ia menilai baik-baik gadis itu.

'Jelas Visha lebih segala-galanya dari pada dia. Tapi kenapa si bodoh ini memilih wanita ini? Ohiya, dia 'kan bodoh! Really really stupid malah!' Kalimat itu muncul begitu saja di kepala Raga.

"Aku bingung dengan dirimu. Apa yang kau lihat dari dia?" Setelah mengatakannya, Raga pergi meninggalkan kakaknya bersama dengan Vidette.

"Beb, sudah jangan dipikirkan. Nanti juga mereka bakalan baik. Terlebih lagi sama aku kan?" Vidette mencoba mengembalikan Agra dari khayalannya.

CoffeeanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang