Happy Reading!!! Don't forget too vote and follow!.
.
.
.
Dibelakang sekolah, lebih tepatnya diatas rooftop seorang gadis tengah berdiri diatas dipembatas. Setelah berjam-jam merenungi kesalahan nya sembari menangis gadis itu bertekat untuk bunuh diri, karena tidak kuat menahan malu.
Ucapan Jihan dkk tadi berhasil meresap ke dalam inti otaknya.
"Kalau memang aku enggak bisa dapetin Alvaro, lebih baik mati aja." monolognya.
Karena sebenarnya Olivya itu memang berhati lembut, dan menjadi terobsesi untuk mendapatkan Alvaro gara-gara bersaing dengan Zahra yang notabenya adalah mantan sahabatnya. Kini tengah mendekam dibalik dingin nya jeruji besi.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar tiga jam yang lalu, sekolah sudah sepi sedari tadi karena semua murid-muridnya sudah pulang kerumah masing-masing, mungkin kini sedang rebahan, makan, atau bermain game entah Olivya tidak tahu dan tidak perduli.
Olivya meremas kertas berisi pesan yang sudah selesai ditulisnya tadi berada ditangan nya, menatap ke bawah sana takut, ia mengangguk pelan mencoba meyakinkan diri, merentangkan tangan nya perlahan-lahan, bersiap untuk menjatuhkan dirinya, berharap bisa terbang ke atas sana layaknya kupu-kupu.
Bruk!
Suara dentuman keras layaknya karung beras yang jatuh itu bergema keseluruh penjuru sekolah, guru-guru yang belum pulang pun kaget bahkan Pak Bambang sampai menjatuhkan gelas kopi yang baru dibuatnya berapa menit yang lalu. Karena didera rasa penasaran, mereka memutuskan berkumpul dan bersepakat untuk mencari asal dari suara itu secara bersama-sama.
Ternyata suara itu berasal dari belakang sekolah, alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati seorang murid perempuan tergeletak dengan posisi tengkurap kepala nya pun sudah digenangi oleh cairan berwarna merah pekat yang mereka ketahui dari aromanya yang amis itu adalah darah.
Tak ada satu pun guru yang berani mendekat, karena mereka semua takut pada darah, guru-guru wanita mendorongi punggung Pak Bambang agar mau mengecek keadaan siswi itu.
"Lho, lho, lho, lho, kok saya sih!" Pak Bambang protes, menahan kakinya agar tidak bergerak maju.
"Gimana sih! Kan Bapak itu kepala sekolah disini, jadi bapak yang bertanggung jawab atas kejadian apa pun yang terjadi disekolah ini!"
Dengan terpaksa Pak Bambang pun perlahan memberanikan diri untuk mendekat, guru-guru dibelakang pun menyemangatinya lewat gerakan tangan, salah satu dari mereka sudah menelpon polisi dan ambulan.
Namun belum sejengkal mendekat tiba-tiba ada empat murid membelah kerumunan itu sampai mendorong Pak Bambang hingga terjatuh dengan posisi yang juga mengenaskan.
"Ada apa ini-ada apa ini!" pekik mereka heboh kecuali gadis kulkas yang malah bersedekap acuh tidak perduli.
"Apa mata kalian rabun? Itu dilihat! Jelas-jelas ada seorang siswi tengah tiduran diatas cor-coran, padahal mah jika tidur lebih baik dirumah saja, karena sekolah bukan tempat untuk tidur, sekolah itu tempatnya belajar!" sahut guru wanita itu malah emosi.
Kedua manusia yakni sepasang kekasih yang hobinya tidur itu mendengus, padahal tidur itu bukan sebuah kejahatan! Batin mereka.
Kedua pemuda itu mendekat ke arah korban dengan berani, seolah menyaksikan atraksi lumba-lumba. Bryan menyibak surai yang menitupi wajah gadis itu mengangguk-ngangguk dan ber-oh ria.
"Ini mah si Olivya"
Semua guru disana menjatuhkan rahangnya, tidak mungkin, ini semua pasti cuman prank, cepat katakan dimana letak kamera nya!? Tidak mungkin jika murid kesayangan mereka melakukan hal seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Need Your Love
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] (BUDIDAYAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) cerita pertamaku, jadi kalau ada kekurangan mohon memberi saran. ๑>ᴗ<๑ Ini bukan cerita tentang badboy dengan badgirl, maupun juga badgirl dan goodboy...