Happy Reading!!! Don't forget too vote and follow!.
.
.
.
Secerdik apapun kamu menyembunyikan bangkai pada akhirnya pun akan tercium jua. Rahasia akan tetap terungkap meskipun sudah kamu jaga rapat. Disini, seorang pria yang sudah menginjak kepala empat tengah berlari ribut menghindari pemuda yang jelas-jelas ingin membunuhnya untuk membalaskan dendam.
Si pria tua terus berlari walaupun dengan terseok-seok karena sempat tersandung batu tadi, sembari merapalkan doa berulang kali dalam hati, ia akui bahwa kesalahan nya itu fatal sekali hanya karena perihal bisnis yang kalah saing ia sampai tega membunuh kedua orang tua pemuda itu waktu dulu.
"JANGAN LARI KAU TUA BANGKA BAJ*NGAN!!"
Peluh membanjiri dahi keriput itu ia tidak ada waktu untuk sekedar mengelapnya, perut bagian kirinya berlubang karena ditusuk pemuda itu menggunakan pisau dan terus mengucurkan darah sedari tadi dan sekarang sedang ia usaha tutup menggunakan tangan kiri, jika terus seperti ini maka dapat di pastikan ia akan mati dalam keadaan berdiri karena kehabisan darah. Mencari tempat persembunyian pun rasanya akan sia-sia karena pemuda itu dapat menemukan nya dalam sekali berkedip.
Bahkan si pemuda sudah memegang pisau ditangannya. Seperti kata pepatah 'Sedia payung, selelum hujan' sedia pisau sebelum membunuh. Bukan cuma pisau, benda tajam dan berbahaya lain juga boleh jika minta disarankan. Heh!
Percuma meminta maaf, karena ratusan permintaan maafnya sama sekali tidak digubris dan diterima oleh pemuda itu. Katanya "Permintaan maafmu tidak dapat mengembalikan ayah ibuku"
Ia merasa 7L : Lemah, letih, lesu, lungai, lelah, letoy, dan lemas. Jika ada tambahan mohon komen.
Ia tetap berlari walau kesadaran yang sudah hilang separuh, tanpa sadar sepasang kaki itu membawanya ke tengah-tengah jalan raya. Maka kendaraan pun beramai-ramai membunyikan klakson untuknya. Namun ada satu mobil yang tidak berniat untuk mengklakson, mengerem, maupun menggeser posisinya.
Ah.. ternyata sang pengemudi mobil tengah menikmati alunan musik yang terputar merdu didalam sana, Dama menghentikan langkahnya ia lebih baik mati tertabak mobil daripada ditangan pemuda itu. Ia tak mau pemuda itu mendapat dosa karena membunuhnya.
Dama tersenyum lebar sembari melambaikan tangan nya, seolah menyapa ajal. Namun nasib sial apa lagi ini, ternyata si pengemudi mobil menyadari keberadaan nya dan segera mengerem mobil.
Ckiit!
Huuh.. Padahal tinggal sekitar 1 cm lagi jarak diri dengan mobil itu. Si pengemudi keluar dari mobil nya guna mengecheck keadaan orang yang ia tabrak atau tidak dengan perasaan takut.
"Kakek enggak apa-apa kan?" Tanya nya khawatir. Dama menggeleng lemah memegangi dada nya yang terus mengeluarkan cairan merah pekat dan terasa sesak karena pasokan udara yang sudah menipis.
"LOH KOK BERDARAH KEK! KENA YA!?"
Dama menggeleng lagi, kakinya sudah terasa lungai dan kesemutan hanya untuk berdiri, alhasil ia terjatuh karena hilang keseimbangan. Namun dengan sigap segera ditahan oleh pemuda tadi agar tidak jatuh.
Nafas Dama tersenggal ia menatap ke arah pemuda itu lalu kemudian pada kedua remaja yang menghampirinya dengan panik.
"KAKEKK!" Gadis remaja yang ia ketahui adalah cucunya berteriak, dengan berlinang air mata melihat kondisi sang kakek saat ini. Darah yang semula mengalir dari perut sampai ke betis itu kini berganti mengalir hingga ke samping perut karena posisinya yang miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Need Your Love
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] (BUDIDAYAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) cerita pertamaku, jadi kalau ada kekurangan mohon memberi saran. ๑>ᴗ<๑ Ini bukan cerita tentang badboy dengan badgirl, maupun juga badgirl dan goodboy...