Happy Reading!!! Don't forget too vote and follow!.
.
.
.
Alvaro segera bangkit dari duduknya kala melihat Dokter yang menangani Ayona keluar dari ruangan bernuansa putih dengan aroma obat-obatan yang amat menyengat hidung.
"Gimana keadaan Ayona dok? Apa dia baik-baik aja? Masih hidup? Masih napas? Dia enggak kenapa-napa kan? Kalau dia kenapa-napa Dokter saya tonjok lho" Alvaro memberondong Dokter itu dengan puluhan pertanyaan dan ancaman.
Dokter berusia sekitar 28 tahunan itu meringis memegang tengkuknya yang pegal akibat terlalu lama menunduk, ia bahkan tidak bisa mengingat satu persatu pertanyaan yang diucapkan anak muda didepannya ini, karena saking banyaknya.
"Bertanya terus seperti reporter, jangan-jangan kamu penggemar berat saya ya?" ujar Dokter Ridwan narsis.
Alvaro menatap datar Dokter Ridwan. Menyadari air muka pemuda ini tidak sedap dipandang mata, Dokter Ridwan berdehem. "Maaf, tapi sebelumnya jika saya boleh tahu kamu ini siapanya pasien didalam ya?"
Mendengus sebal Alvaro menjawab asal "Nene nya"
"Tapi kamu terlihat masih muda dan tidak pantas─ah.. maksudnya belum pantas menjadi seorang nenek-nenek, lagi pula kamu itu laki-laki"
Jadi.. secara tidak langsung dokter ini mengatakan bahwa dirinya adalah seorang nenek-nenek? Alvaro mencebik dalam hati melirik tajam Dokter itu, menyebalkan sekali. Ingin rasanya Alvaro berteriak didepan wajahnya itu 'Iya saya muda! Dokter yang tua!'
Namun mengingat jarak umur yang lumayan jauh Alvaro hanya bisa membatin. Rasanya tidak sopan jika Alvaro secara blak-blakan berbicara seperti itu, secara Alvaro kan anak yang baik hati, sopan, santun dan rajin menabung.
Dokter Ridwan mengibaskan tangannya ke udara sambil tersenyum jenaka "Ah, sudah lupakan, saya yakin kamu juga bukan siapa-siapanya pasien"
Membulatkan matanya sebentar Alvaro lalu menatap sinis. Neomu menyebalkan. Nanya sendiri, dijawab sendiri.
"Mengenai keadaan pasien sekarang, sepertinya penyakit nya kambuh, beruntung kamu cepat membawanya kemari, jadi dia bisa segera ditangani dan tertolong, jika tidak.. mungkin dia sekarang sudah terbang berkeliaran menikmati keindahan langit di atas sana" jelas Dokter Ridwan sambil menunjuk ke atas sana.
Alvaro memincingkan matanya, Ayona punya penyakit apa? Kok dia tidak tahu sama sekali "Penyakit?" Terlihat Dokter Ridwan mengangguk mantap. "Penyakit apa dok?" Dahinya terlihat bergelombang.
"Lho? Memangnya kamu tidak tahu?"
Alvaro menggeleng pelan.
"Kirain saya kamu tahu" Dokter Ridwan menghela nafas. "Ck, cepat dok! Penyakit apa!? Saya penasaran!" seru Alvaro ngegas ikut-ikutan menghela napasnya jengah.
"Nyesel saya ngira kalau kamu pacarnya, mendingan juga sama say--"
"Dok.." Alvaro menekuk jari-jarinya hingga berbunyi 'Tak' seolah ingin mengajak baku hantam dilapangan, stok kesabaran Alvaro sudah menipis. Dokter Ridwan dibuat bergidik ngeri, dan untuk sekian kalinya menghela nafas.
"Pasien tersebut menderita penya--"
"Dokter! Detak jantung pasien semakin melemah dokter!"
Tiba-tiba seorang perawat muncul dari balik pintu, sehingga menyela perkataan Dokter Ridwan. Pria itu sebenarnya kaget namun segera mengikuti suster yang menyeretnya masuk kedalam ruangan.
Alvaro tidak berniat mencegah, beribu pertanyaan tentang penyakit Ayona selalu terngiang-ngiang dikepalanya. "Dokter! Jadi Ayona sakit apa Dokter"
Terlambat Dokter itu tidak dengar karena sudah terburu masuk kedalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Need Your Love
Novela Juvenil[SUDAH TAMAT] (BUDIDAYAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) cerita pertamaku, jadi kalau ada kekurangan mohon memberi saran. ๑>ᴗ<๑ Ini bukan cerita tentang badboy dengan badgirl, maupun juga badgirl dan goodboy...