Happy Reading!!! Don't forget too vote and follow!.
.
.
.
Setelah kurang lebih seminggu lebih dua hari berada di negara tempat berdirinya patung merlion itu akhirnya Alvaro pulang ke tanah air tercinta. Walaupun pekerjaan yang sangat menumpuk ia tak memusingkan nya, kan ada si Rio sekretaris kampretnya yang tiap hari kerjaan nya cuman nonton anime.
Dengan perasaan campur aduk Alvaro menginjakkan kaki di rumah sakit tempat pujaan hati dirawat, ia berjalan dengan sebuket bunga mawar merah dan sebuah kotak merah berisi cincin berlapis berlian swarovski yang berada diatas telapak tangan nya. Kemeja putih nya di lipat hingga siku mencetak otot-otot bisep yang selalu di latihnya sejak pertama masuk SMA itu lalu rambut yang acak-acakan tentu saja membuat para kaum hawa menjerit histeris.
"Dia pasti mau lamar gue! Fiks!"
"Jangan mimpi kau Suminem, dia mau lamar gue bukan lo"
"He's not guy, he's an angel"
"So handsome"
"Lari ada cogan!!"
Bahkan suster-suster disana pun ikut terpesona pada ketampanan Alvaro, bukan alay tapi memang itu kenyataan nya.
"Penyesalan terbesar gue adalah menikah dengan Budi"
"Yaudah Budi buat gue ya!"
"Ambil aja, telen sekalian kalau perlu gue udah gak butuh"
Alvaro abai akan pujian itu, walaupun sebenarnya dia sedikit senang apabila dipuji oleh orang-orang namun itu tak cukup mampu membuatnya sesenang dipuji Ayona, yang membuat sinyalir afeksi luar biasa bagi seorang Alvaro Raka Bumi.
Didepan pintu berwarna putih tulang itu ia sedikit merapikan surai agar sedap dipandang oleh calon mertua, mengecheck bau mulutnya setelah dirasa tidak berbau malahan wangi, Alvaro tersenyum hingga mata nya berbentuk bukan sabit memegang daun pintu lalu mendorongnya perlahan.
Ceklek!
Semua pasang mata yang semua menangisi kepergian orang tercinta nya menatap aneh pada sosok pemuda yang berdiri di ambang pintu, seingat mereka. Mereka tidak pernah memiliki saudara setampan pemuda itu.
"Salah ruangan ya mas?"
Alvaro mengerjap lambat, kenapa isinya seramai ini. Apa ini saudara saudara nya Ayona? Tapi setahu Alvaro, Ayona kan hanya punya nenek dan kakek yang berada di Surabaya.
"Ini ruangan Dahlia 10 kan?"
Mereka mengangguk serentak, berarti Alvaro tak salah ruangan dong. Alvaro tidak mau berfikir buruk, mungkin mereka memang kerabat Ayona.
"Tap-"
Netra Alvaro tertuju pada sosok yang berada diatas ranjang rumah sakit dengan seluruh tubuh ditutupi oleh kain putih. Pikiran Alvaro sontak melayang kesana-kemari. Apa jangan jangan..
Tidak ini tidak mungkin.
Alvaro menggeleng tak percaya lalu menjatuhkan buket bunga itu namun tidak dengan kotak cincin nya, ia segera berlari dan menghampiri. Alvaro menunduk memeluk erat sosok yang kini sudah terbujur kaku itu dengan berlinang air mata.
Kasihan Ayona, padahal masih muda. Memang benar ya tuhan itu lebih sayang dengan orang yang baik.
"Jangan tinggalin gue hiks.. gue masih cinta sama lo! Hiks... jangan biarin gue hidup menua sendiri dengan cinta yang masih selalu ada buat lo Na!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Need Your Love
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] (BUDIDAYAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) cerita pertamaku, jadi kalau ada kekurangan mohon memberi saran. ๑>ᴗ<๑ Ini bukan cerita tentang badboy dengan badgirl, maupun juga badgirl dan goodboy...