Hai!! Sebelumnya perkenalkan, namaku 'Dita Karang' seorang penulis novel yang sudah cukup terkenal. Sejak buku pertamaku laris dimana-mana, agen mengirimku ke cottage farm yang berada jauh dari kota dan keramaian, jadi aku bisa bersantai dan menulis sekuel dari buku pertamaku. Dengan deadline yang semakin dekat, jadi yang ku lakukan sekarang seperti biasa menuang secangkir kopi dan duduk di meja kerjaku lalu mulai bekerja.
Aku menghela nafas menatap lembar kerja di monitorku, menyesap kopiku berharap pekerjaan ini segera selesai. Dapat ku dengar badai mengamuk di luar. Kadang-kadang aku kesepian juga berada di sini sendirian. Rumah ini berada di desa terpencil dan tidak seperti kehidupan kota yang biasa aku alami. kadang-kadang, disini terlalu tenang. Jika mengingat kehidupan kota, rasanya sudah lama aku tidak menjalin hubungan dengan seseorang. Sangat lama hingga aku hampir lupa bagaimana rasanya. Ah.. tiba-tiba hari menjadi gelap, aku harus fokus.
"Argh..bagaimana mungkin!!"
Lampu kamar mulai berkedip-kedip sampai akhirnya padam. ' Apakah aku sudah menyimpan file tadi sebelumnya? Ugh! ' Aku mengacak rambutku frustasi, ' Jika sampai harus mengulang lagi bisa-bisa aku terlambat. Di mana aku meletakkan lilin? Oh, di sini.. Tunggu! Apakah perasaanku saja atau aku memang mendengar langkah kaki semakin dekat ke arah rumah ini? '
Aku membeku.. benar saja ada yang mengetuk pintu sekarang. "Siapa itu? Kota terdekat jaraknya bermil-mil jauhnya. Tidak mungkin ada yang akan mengunjungiku di tengah malam begini, kan..."
"Halo, maaf sebelumnya tapi bisakah kau menolongku." Suaranya.. dia seorang wanita.
' Bagaimana ini? ' Aku membuka pintu perlahan dan mengintip siapa pun yang berada di luar. Bagaimana jika dia berbahaya. ' Siapa gadis cantik ini ? Apa yang dia lakukan di daerah ini, basah kuyup dan gemetar? Apakah itu luka? Apakah dia terluka? '
"Maaf, sebenarnya aku tidak mau merepotkanmu tapi.. Ah namaku Soodam." Gadis itu mengulurkan tangannya, tentu saja aku ragu untuk menjawabnya. "Mobilku mati dan sekarang sedang diperbaiki, aku tidak punya tempat tinggal untuk sementara. Aku juga tidak menemukan penginapan di sekitar."
' Aku tahu sangat tidak rasional untuk mengundang orang asing ke rumah tengah malam, begitulah banyak orang ditemukan terbunuh di dalam berita. Tapi dia tampak polos, dan dia benar-benar tidak terlihat seperti pembunuh. Tidak! Tetap saja, aku harus berhati-hati. '
"Aku tidak mengenalmu, kau orang asing. Sulit bagiku untuk mempercayaimu begitu saja"
Gadis itu tampak putus asa, aku dapat melihat air mata terbentuk di matanya saat dia berbicara. "Aku dapat menunjukkan tanda pengenalku, aku memilikinya di dompetku!"
"Maaf, tapi aku tidak membiarkan orang asing tidur di dalam rumahku."
"Tolong, biarkan aku tinggal atau aku harus tidur di luar." Dia tampak begitu putus asa, wajahnya itu membuat hatiku sedikit meleleh.
' Dia pasti telah melalui banyak hal sampai berakhir di rumah ini. Mungkin aku harus memberinya kesempatan. '
"Baik, hanya untuk beberapa hari dan kemudian kau harus pergi."
"Terima kasih banyak!" Dia beberapa kali membungkukkan badannya dengan senyum lega di wajahnya.
"Tapi kau tidak boleh menggangguku saat aku bekerja. Aku memiliki ruang pribadi, dan aku terbiasa sendiri tanpa gangguan."
"Aku suka menikmati waktu sendiri, aku tidak akan mengganggumu."
"Bagus. Kau mungkin ingin mandi, kurasa kau bisa memakai pakaianku." Soodam tampak lega mengikutiku ke dalam rumah. Aku mengisi bak mandi dan meninggalkannya, kemudian pergi untuk memberinya privasi. Aku mendengar air jatuh dan senandung manis. Beberapa menit berlalu, Aku duduk di tempat tidur dan hanya menyaksikan nyala lilin bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sealed Lips (DIDAM)
Historical FictionAkankah kau masih akan tetap mencintaiku dengan semua masa laluku? . . . . . . . . Remake Sealed Lips - Scripts