Klek..
Aku membuka pintu dan mendapati Denise dengan cengiran khasnya.
"H-Hai... "
"Uhm.. hai juga untukmu. Ada apa? Pagi sekali kau sudah disini."
Dia terkekeh pelan. "Ingat, aku pernah memberitahumu bahwa keluargaku memaafkanku karena meretas akun mereka? Yah, ayahku dipromosikan dan dia akan pindah ke Texas dalam seminggu."
"Benarkah? Luar biasa! Jadi bagaimana?" sahutku sembari menarik lengannya agar masuk ke dalam rumah.
"Mereka ingin membawaku dan menawarkan padaku untuk melanjutkan studi disana."
"Oh well, Texas agak jauh. Jadi kau datang untuk mengucapkan selamat tinggal?"
"Sebenarnya, aku berharap kau mau ikut bersamaku. Itu sebabnya aku datang." Dia mengusap tengkuknya sembari melihatku dengan ragu.
"Huh? Denise bu... "Aku terhenti ketika mendengar dering dari ponselku, dilayar tertera nama ibu. " Sebentar, aku sepertinya harus menjawab yang ini dulu."
Denise mengangguk, dia melangkah menuju sofa lalu duduk sembari memperhatikanku.
"Halo.. "
"Dita!! Segeralah kembali! Soodam.. ketika perawat membasuh tubuhnya tadi, tangannya bergerak! Dia bereaksi tepat saat perawat menanyakan tentang keberadaanmu."
"Apa? Baiklah, aku segera kesana." Aku pun bergegas mengambil jaketku dan tas yang berisi perlengkapan kerjaku. "Denise maaf, bisakah kita lanjutkan nanti saja pembicaraannya. Aku harus segera ke rumah sakit!"
"Apa Soodam sudah sadar?"
"Aku masih belum tau, ibuku hanya berkata bahwa mereka mendapatkan reaksi darinya."
"Benar-benar sebuah keajaiban! Sepertinya dia tau ada yang akan merebut miliknya, karena itu dia memberikan reaksi tepat waktu.." Denise tertawa sarkas. "Ini saat yang membahagiakan untukmu dan aku tidak akan cukup egois untuk merusaknya. Aku memberimu terlalu banyak waktu dan selama ini kupikir aku sudah punya jawabannya."
Langkahku terhenti, aku berbalik menghadapnya. "Benar, kau telah begitu baik padaku. Kau pantas mendapatkan jawabanmu."
"Aku mendapat kesan bahwa kau akan menghancurkan hatiku, tapi aku perlu mendengarnya."
"Tidak peduli seberapa banyak Soodam datang untuk merusak ketenangan pikiranku, aku mencintainya."
'Apa yang akan aku katakan pasti akan menghancurkan hatinya.'
"Aku tahu memilihmu malaikat pelindungku, berarti memilih jalan yang paling aman. Kau adalah orang termanis yang pernah kutemui dan aku akui itu. Tapi aku tidak ingin berada di zona aman itu, mengikuti otakku akan memberiku ketenangan tetapi aku menginginkan apa yang hatiku inginkan."
"Aku menghargai kejujuranmu. Selama ini aku hanya ingin kau mengungkapkannya dengan kata-kata sehingga aku bisa berhenti berharap dan melanjutkan langkahku."
"Apakah menurutmu kita masih bisa berteman?"
"Beri aku waktu, walau aku berkata bahwa aku menerima jawabanmu. Tetapi tetap saja ini menyakitkan."
"Baiklah, tapi kau harus tahu aku akan selalu ada untukmu." Denise beranjak, aku hanya menatapnya sampai punggung itu tak terlihat lagi olehku. Kemudian aku dengan sedikit berlari menuju ke parkiran dimana mobilku berada.
Setelah beberapa saat berada di jalanan, akhirnya aku sampai di rumah sakit. Terlihat Dokter dan para perawat sudah meninggalkan ruang Soodam. Aku memilih untuk segera masuk ke ruangan, terlihat disana kekasihku sedang tersenyum menanggapi ucapan ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sealed Lips (DIDAM)
Historical FictionAkankah kau masih akan tetap mencintaiku dengan semua masa laluku? . . . . . . . . Remake Sealed Lips - Scripts