Kepalaku mendongak menatap ke sekeliling menyadari jika aku berada di tempat yang gelap, merasakan tangan dan kakiku diikat ke tempat tidur.
'Apa yang sedang terjadi? Dimana ini?'
Dengan mata terpejam, aku mengisi seluruh rongga paru-paruku sampai terasa penuh lalu menghembuskannya secara perlahan. Di luar kamar, terdengar percakapan dan hujan deras.
"T-Tolong, Kei. Itu hanya sebuah piring, kita bisa membelinya lagi." seseorang berseru.
"Benarkah? Dan siapa yang membayarnya, huh? Apa kau dengan gaji minimummu?"
"Setidaknya dalam pekerjaanku, aku tidak terlibat korupsi."
Suara petir yang saling bersahutan memberi ketegangan, diikuti oleh keheningan untuk apa yang akan terjadi setelahnya.
"Apa kau bilang?!" Dalam hitungan detik aku mendengar derap langkah kaki.
"Tidak.. a-aku..."
"APA YANG KAU KATAKAN BARUSAN, SOODAM!!!"
Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang memanggil coba membangunkanku, terengah-engah.
"Dita!" Panggil Soodam. "Sayang! Tidak apa-apa. Aku di sini tepat di sebelahmu, kau akan baik-baik saja." Aku merasakan lengannya memelukku erat dan aroma rambutnya yang familiar.
"Maaf, itu..."
"Mimpi buruk, kau mendapatkannya ketika menulis tentang hal-hal tertentu." Kali ini Ia meraih pipiku untuk diusap dengan gerakan lembut.
Keningku berkerut. "Kau ingat?"
"Tentu saja, aku peduli padamu. Jadi, tentang apa itu?" Soodam tersenyum dan menatapku lembut.
"Aku mendengar pertengkaranmu dengan Kei, memikirkanmu dan apa yang telah kau alami membuatku ingin melindungimu. Kurasa itulah penyebabnya."
"Tentang aku?"
"Kei meneriakimu, dan aku tidak sengaja mendengar setiap perkataan kasarnya kepadamu. Aku berusaha untuk menyelamatkanmu darinya, tetapi semuanya gelap." Dia tetap diam, menatap mataku dengan senyuman manis di wajahnya.
"Itu tidak akan terjadi lagi, semua sudah berakhir. Kau bisa melupakannya, tapi entah bagaimana itu menghangatkan jiwaku mengetahui kau berusaha melindungiku bahkan dalam mimpimu." Dia mencondongkan tubuhnya lebih dekat untuk menciumku.
"Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi, Soodam. Tidak akan pernah!" Soodam menyeka keringat di dahiku. "Bagaimana denganmu? Apakah tidurmu nyenyak?"
"Hm.. mungkin karena aku tidur disebelahmu. Rasanya sangat nyaman."
Pandanganku masih sedikit kabur, namun aku masih bisa mendapati wajah kekasihku yang kini sedang menatapku balik. Aku tersenyum simpul, Soodam terlihat sangat-sangat cantik saat membelakangi sinar matahari pagi.
"Aku mengerti maksudmu, tidur di sebelahmu itu luar biasa." Ucapku dengan suara yang agak parau. "You're beautiful."
"Stop it." Soodam memukulku pelan, bisa ku lihat kedua pipinya yang memerah. "Sweet talker." Dia terkekeh.
Aku tak bisa menghapus senyum sumringahku mendapatinya yang kini sedang tersipu malu. "You love me." ucapku dengan percaya diri, membuat kekasihku kembali tak bisa menahan tawanya mendengar itu.
"That, I do."Jawab Soodam sembari berusaha mengecup bibirku , namun gagal karena aku sekarang sudah menutup mulut dengan satu tangan.
"No! Sayang, aku belum gosok gigi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sealed Lips (DIDAM)
Historische RomaneAkankah kau masih akan tetap mencintaiku dengan semua masa laluku? . . . . . . . . Remake Sealed Lips - Scripts