Soodam menatap langit malam sambil berbaring di atas selimut yang sudah ia siapkan sebelumnya di pinggir pantai. Beberapa bintang terlihat berkelap-kelip di atasnya, terasa begitu dekat. Sejenak ia memejamkan matanya.
Dita berjalan ke arah wanitanya sedang tertidur di bawah hamparan bintang yang berkelipan. Dita meletakkan makanan yang ia bawa lalu berbaring menghadap Soodam. Senyumannya melebar saat ia memandang belahan jiwanya tengah tertidur dan tidak menyadari kehadirannya. Ia merapikan beberapa anak rambut Soodam yang berantakan di tiup angin, memberikan kecupan kecil di dahi wanitanya yang tengah tertidur itu. Dengan penuh rasa sayang ia mengusap kepala Soodam.
Merasa seperti ada yang menyentuh kepalanya, Soodam perlahan membuka mata yang langsung di sambut oleh wajah orang yang sangat ia cintai. Bibirnya otomatis melengkung membentuk senyuman.
"Apa aku membangunkanmu?"
Soodam mengangguk kecil lalu meletakkan tangannya di pipi Dita, mengusap pipi itu dengan ibu jarinya. Bibirnya masih membentuk senyuman.
Dita mengangguk kecil, "Maaf, aku tidak bisa menahan diri. Kau terlihat seperti malaikat... saaaaaaaangat cantik."
Senyuman Soodam melebar, ia memalingkan wajahnya membuat Dita terkekeh melihatnya. Soodam beranjak duduk dari posisi tidurnya. "Kau seperti matahari bagiku sekarang, selalu ada tapi sangat jauh... I miss you whole a lot..."
"Maafkan aku..." Dita sedikit berbisik namun masih dapat di dengar oleh Soodam.
"Sssh.. tidak apa-apa," Soodam tersenyum. "Lagian ini hanya sementara, aku akan bersabar hingga pekerjaanmu selesai. Maafkan aku, malam ini sepertinya aku jadi sedikit sensitif."
Soodam berbalik mengusap air matanya, tapi tiba-tiba ia merasakan sepasang tangan memeluknya dari belakang.
"Hei.. maafkan aku. Please don't cry..."
Soodam menghapus air matanya, "Ini semua salahmu.." ia memukul pundak Dita pelan.
"Huh?"
"Lihatlah! Kau membuat make up ku luntur!"
Dita malah terkekeh. "Baiklah itu salahku," tatapan Dita begitu lembut membuat Soodam memalingkan wajahnya. "Dan sebagai permintaan maafku.. kau bisa melakukan apapun yang kau mau, tuan Putri."
"Benarkah? Apapun?"
Entah mengapa Dita mendadak seperti menyesali perkataannya tapi mengingat tidak ada pilihan lain lagi, ia hanya mendesah dan mengangguk menyetujui.
"Baiklah.. aku memaafkanmu"
Gadis bermarga Karang itu tersenyum dan menarik Soodam ke pelukannya. Menenggelamkan kepalanya di leher kekasihnya sambil menikmati aroma tubuh Soodam yang membuatnya tenang.
Soodam melonggarkan pelukannya, "apa kau membawa sesuatu? Aku lapar?"
"Tentu saja aku membawa sesuatu dan itu akan segera meleleh jika tidak segera dimakan."
Soodam menatap sekelilingnya, menemukan beberapa makanan dan satu kotak kecil es krim stroberi. Ia dengan cepat meraihnya, mencium es krim itu sebelum segera melahapnya. Dita menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Soodam.
"Sepertinya kau lebih menyukai itu daripada aku?"
"Yeah.. " Jawab Soodam.
"Oh shut up!" Dita yang gemas mendengar jawaban itu, segera menarik tangan kekasihnya menuju rumah.
"Oh ayolah, biarkan aku menghabiskannya terlebih dahulu." pinta Soodam yang ditarik Dita.
Namun Dita tidak bergeming sedikitpun, ia malah menggendong Soodam hingga sampai ke kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sealed Lips (DIDAM)
Historical FictionAkankah kau masih akan tetap mencintaiku dengan semua masa laluku? . . . . . . . . Remake Sealed Lips - Scripts