Pisah

338 26 9
                                    


"Sayang, sarapanmu sudah aku sediakan di meja makan. Jangan terlalu fokus pada kerjaanmu, aku berangkat ya". pamit Soodam sekaligus menyapaku yang baru saja bangun.

"Ok Sayang," Sambil menguap dan kemudian menggosok mata, aku menatap kepergian Soodam.

Seperti biasa aku melewati pagi dengan berkeliling memberi makan kuda-kuda. Setelah selesai aku kembali ke dalam rumah, senyumku mengembang saat pandangan tertuju pada makanan yang telah tersedia di meja makan. Akupun memutuskan untuk mengisi perut lebih dulu sebelum kembali mengerjakan novelku.

Sudah sekitar setengah tahun lebih Soodam bekerja di Restoran Minji, oh ya.. ia sekarang sering di undang ke berbagai acara tv. Bisa dibilang kekasihku itu sekarang menjadi seorang chef yang popularitasnya setara dengan seorang artis.

Akupun sekarang telah memiliki seorang agen baru bernama Zuu, ingat sahabatku Jinny? Dia yang mengenalkan Zuu padaku. Zuu adalah seorang yang sangat profesional, aku merasa nyaman bekerja di bawah pengawasannya. Novel yang ku kerjakan dulu bersama Alice telah hampir rampung. Banyak tawaran dari berbagai rumah produksi film masuk untukku, sebenarnya beberapa waktu yang lalu aku sudah menandatangani kontrak kerja dengan sebuah rumah produksi film di New York.

Hanya saja, pekerjaan itu mengharuskan aku untuk menetap disana. Yang otomatis aku akan pergi meninggalkan kota ini dan kekasihku. Aku terlalu antusias menerima tawaran tersebut, sehingga tidak membicarakannya dulu dengan Soodam dan langsung menyetujui begitu saja.

Sekarang aku bingung bagaimana caranya untuk memberitahukan ini kepadanya. Selama ini aku selalu berusaha mencari waktu yang tepat untuk bicara, tetapi dengan Soodam yang juga sibuk dengan pekerjaannya, pembicaraan itu tak kunjung ada sampai sekarang.

***

"Hahaha, betul banget.. semoga aja sesuai harapan sih.. "

"...."

"Iya, lah kamu sendiri kapan kesini lagi?"

"..."

Dita masuk ke ruang ganti restoran dengan wajah cemberut sembari menatap ke arah Soodam, gadis itu sedang asik mengobrol dengan sahabatnya, Lea. Sampai tak sadar kalau pacarnya telah datang untuk menjemputnya. Dita mendekati Soodam, hampir beberapa menit sampai akhirnya Dita menarik tangan Soodam yang sedang menggenggam ponsel di telinganya.

Semuanya terjadi begitu cepat, Dita menarik tangan Soodam dan langsung mematikan panggilan itu begitu saja.

"Sayang.. " Ucapan Soodam terpotong karena Dita menciumnya.

Soodam reflek menutup matanya, sedangkan Dita makin memperdalam ciuman mereka. Dia bahkan mendorong Soodam sampai tersandar di sandaran kursi.

"Soodam.. kami pulang duluan. Jika Dita sudah menjemputmu, segera kunci saja Restorannya." Suara Minji terdengar dari depan pintu ruang ganti. Mendengar itu, Soodam berusaha mendorong Dita pelan. Dan berhasil, ciuman mereka terlepas.

"Iya, kalian duluan saja." Jawab Soodam sedikit berteriak. Setelah merasa semua orang telah pulang, Soodam menepuk pelan lengan Dita. "Sayang!!!"

Tapi Dita hanya menanggapinya dengan ekspresi cemberut. Tadinya Soodam hendak memarahinya, tapi begitu melihat pacarnya cemberut begitu membuatnya mengurungkan niatnya barusan.

"Aah.. " Reflek Soodam menutup mulutnya, karena tanpa sadar mengeluarkan desahannya. Ternyata Dita mengelus perutnya secara langsung, "Kamu kenapa sih?"

Sealed Lips (DIDAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang