BAB 1

290 225 395
                                    


Kring! Kring! Kring!

Suara ponsel berdering sangat kencang, membangunkan seorang gadis yang masih tertidur di hari Sabtu. Daniela, masih sulit membuka matanya dan tetap berselimut, berusaha mengabaikan suara tersebut. Suara ponsel itu pun terhenti, membuat Daniela kembali tidur dengan nyaman di hari liburnya. Namun, tak lama kemudian, suara ponselnya berdering kembali. Daniela membuka selimut yang menyelimuti seluruh tubuhnya hingga kepala, lalu dia terbangun.

Dengan mata yang tidak sepenuhnya terbuka, Daniela mengangkat teleponnya.

"La, Maya kecelakaan!" Teriakan dari seberang telepon membuatnya tersadar sepenuhnya, dan bangkit dari tidurnya.

"Hah? Sekarang dia di mana?" tanya Daniela yang sudah duduk di ranjang tempat tidurnya.

"Di Rumah Sakit Sehati, lantai 4, kamar nomor 202." Suara perempuan dari seberang teleponnya memberikan alamat rumah sakit dengan detail.

Dia adalah Daniela Fabiola Raharja, berumur 19 tahun, seorang mahasiswi semester tiga jurusan Psikologi di salah satu Universitas terbesar di Jakarta. Daniela adalah gadis yang pintar dan selalu fokus pada kuliahnya. Pada hari Sabtu, Daniela biasanya menghabiskan waktunya untuk beristirahat dari pelajaran-pelajaran psikologi yang membuatnya pusing.

Nela, begitu teman-teman dan keluarganya memanggilnya, adalah gadis yang ceria dan mudah berbaur dengan orang lain. Banyak teman-teman kampusnya yang menyukai sifat cerianya. Meskipun begitu, Nela tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan kampus seperti BEM, meskipun banyak teman yang menawarkannya. Dia lebih suka mengikuti klub buku, sering menghadiri acara bedah buku atau meet-and-greet dengan penulis. Nela sangat menyukai buku-buku fiksi, terutama cerita novel romantis dan misteri.

Nela termasuk gadis yang tinggi di kampusnya, dengan tinggi 168 cm. Rambutnya lurus berwarna hitam sepanjang bahu yang sering dibiarkan tergerai, kulitnya putih bersih, dan dia sering memakai rok di bawah lutut atau celana jeans. Penampilannya selalu sederhana namun menawan.

Nela melangkah keluar dari kamarnya dengan langkah hati-hati, hatinya masih berdebar-debar dari berita yang dia terima. Saat dia mencapai ruang tamu, dia melihat ibunya, duduk santai di teras sambil menggelar buku yang sedang dibacanya. Terang matahari pagi yang Cahaya matahari pagi masuk melalui celah-celah tirai, membuat ibunya terlihat begitu damai.

"Nak, mau kemana pagi-pagi begini?" tanya ibunya sambil tersenyum, menikmati sinar matahari pagi yang hangat.

Nela menjawab dengan cepat, "Ma, Maya kecelakaan tadi malam. Aku mau ke rumah sakit menjenguknya."

Ibunya langsung terkejut, "Oh tidak, sungguh?" Dia meraih tangan Nela dengan penuh perhatian. "Tapi, ini masih jam 8, jam besuk rumah sakit bukannya mulai jam 10 pagi?" tanyanya, cemas.

Nela tersenyum. "Iya, Ma. Aku tahu. Jarak dari sini ke rumah sakit cukup jauh, nanti aku juga akan menunggu di sekitar rumah sakit saja sampai jam besuk tiba. Aku ingin ada di sana secepat mungkin."

Ibunya mengangguk pelan, matanya penuh dengan kekhawatiran dan cinta. "Baiklah, hati-hati di jalan ya. Sampaikan salam mama buat Maya. Semoga dia cepat sembuh."

Nela memeluk ibunya sejenak sebelum bergegas keluar rumah, bertekad untuk memberikan dukungan terbaik untuk sahabatnya.

Sebelum melanjutkan langkahnya, Nela berhenti sejenak. Dalam diam, dia mengirimkan doa ringan untuk ayahnya yang telah tiada sejak lama. "Selamat pagi, Ayah," bisiknya dengan lembut pada foto keluarga yang terpasang besar di dinding rumahnya.

Eyes of the SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang