BAB 5

218 162 176
                                    


Sabtu, Jam 09:00

Seminggu telah berlalu sejak Daniela mengetahui rumah Bastian. Setiap pulang kuliah, dia menyempatkan diri untuk pergi ke rumah Bastian, menunggu di dalam mobil, dan memantau rumahnya dari kejauhan. Pada hari Sabtu, Daniela pergi ke rumah Bastian sejak pagi, berharap bisa melihatnya keluar rumah. Namun, hingga siang hari, tidak ada tanda-tanda Bastian keluar rumah.

Daniela bersandar di kursi mobilnya sambil melihat rumah Bastian. "Ah, sampai kapan gue kayak gini? Dia nggak pernah keluar rumah ya?"

Saat Daniela masih fokus pada rumah Bastian, dia melihat sebuah mobil keluar dari garasi rumah tersebut. Dia menatap tajam mobil itu. "Bastian bukan ya yang di dalam mobil?" Tanpa memikirkan lagi, Daniela menyalakan mesin mobil dan mengikuti mobil berwarna hitam itu.

Mobil itu berhenti di depan sebuah panti khusus tunanetra. Daniela memarkir mobilnya agak jauh, lalu berjalan mendekat dengan hati-hati. Dari kejauhan, dia melihat Bastian keluar bersama seorang pria dari mobil dengan bantuan tongkatnya. Hatinya berdebar-debar melihatnya. Kali ini, Bastian tidak memakai kacamata. Matanya terbuka dengan pandangan yang kosong. Daniela memperhatikan dengan seksama, merasa campuran antara kagum dan sedih melihatnya dari kejauhan.

Bastian berjalan menuju pintu masuk panti. Daniela mengikutinya dari kejauhan, memastikan agar tidak ketahuan. Di dalam panti, Bastian disambut oleh beberapa anak tunanetra yang langsung mengenalinya. Senyum cerah terlukis di wajah mereka saat mengetahui kedatangan Bastian.

"Om Bastian datang!" seru seorang anak dengan penuh semangat.

Daniela melihat Bastian mulai berinteraksi dengan anak-anak tersebut. Dia membimbing mereka dalam berbagai kegiatan, dari membaca buku Braille, bermain musik, hingga bermain game yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Wajah Bastian tampak begitu lembut dan penuh perhatian saat berinteraksi dengan anak-anak.

Perlahan, Daniela mendekati salah satu perawat yang sedang mengawasi kegiatan.

"Permisi, Kak. Perkenalkan, saya teman Bastian. Apa saya boleh mengikuti kegiatan di panti ini?" tanya Daniela dengan suara pelan.

"Oh, tentu saja, Kak. Silakan," jawab perawat itu ramah, memberikan izin kepada Daniela untuk masuk.

"Apa Bastian sering ke sini?" tanya Daniela.

"Iya, Mas Bastian sering datang ke sini untuk berbagi waktu dengan anak-anak. Mereka sangat menyukainya," jawab perawat tersebut sambil tersenyum.

Daniela mengangguk, merasa sedikit lega. "Terima kasih, Kak."

"Sama-sama. Kalau butuh bantuan atau informasi lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya ya," kata perawat itu sebelum melanjutkan kegiatannya.

Daniela pun mulai melangkah lebih dekat ke arah tempat kegiatan. Dengan memakai masker untuk mulutnya yang berwarna hitam, pandangannya tak lepas dari Bastian yang sedang duduk bersama anak-anak tunanetra, mendengarkan mereka dengan penuh perhatian. Hatinya terasa hangat melihat Bastian yang begitu peduli dan berempati pada anak-anak itu. Ini membuatnya semakin yakin untuk mendekati Bastian dan mengenalnya lebih dalam.

Bastian tidak menyadari kehadiran Daniela yang memperhatikannya dari kejauhan. Tapi bagi Daniela, ini adalah kesempatan emas untuk melihat sisi lain dari pria yang telah mencuri hatinya. Dia menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debaran di dadanya.

Daniela terpesona melihat sisi lain dari Bastian. Dia tidak hanya tampan, tetapi juga memiliki hati yang begitu baik. Kegigihan dan dedikasinya untuk membantu anak-anak tunanetra membuat Daniela semakin kagum. Dia merasa terharu melihat bagaimana Bastian bisa memberikan kebahagiaan bagi anak-anak tersebut meskipun dirinya juga memiliki keterbatasan.

Eyes of the SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang