"Morning, Ma," sapa Daniela yang sudah berada di dapur setelah bersiap-siap ke kampus. Mamanya sedang menyediakan sarapan untuk anak-anaknya, terlihat sibuk namun penuh kasih sayang.
"Morning, anak cantik. Kuliah jam berapa?" tanya mamanya sambil memeriksa nasi goreng yang sedang dimasak.
"Jam 8, Ma," jawab Daniela, sambil menatap mamanya yang masih sibuk memasak. "Nasi goreng?"
"Iya, kesukaan kamu," jawab mamanya dengan senyum lembut.
"Nasi goreng buatan mama lebih enak daripada abang-abang yang jual malam-malam," komentar Daniela, menghirup aroma nasi goreng yang mulai memenuhi dapur.
Mamanya tertawa kecil. "Bisa aja kamu," katanya, merasa senang dengan pujian putrinya.
Saat Daniela mencium aroma nasi goreng yang masih berada di penggorengan, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Ada sesuatu yang ingin dia berikan pada Bastian. Dengan ragu, Daniela bertanya pada mamanya, mencoba menyusun kalimat di kepalanya.
"Hmm, Ma. Nasi goreng buatan mama resepnya apa aja?" tanyanya dengan nada penasaran.
Mamanya menoleh sebentar, lalu tersenyum. "Kenapa? Kamu mau coba belajar masak nih ceritanya?"
"Hehehe, iya, Ma. Bentar aku tulis di handphone," jawab Daniela sambil mengambil ponselnya dari saku dan mulai membuka aplikasi catatan.
"Bahan-bahannya yang pasti harus ada nasi ya," kata mamanya sambil tertawa kecil. "Terus, nasi secukupnya kamu aja, kalau mama pakai sosis, telur ayam, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, daun bawang, kecap manis, garam, merica."
"Udah itu aja?" tanya Daniela sambil mengetik bahan-bahan yang disebutkan.
"Iya, itu aja," jawab mamanya sambil tersenyum lembut, senang melihat putrinya begitu bersemangat.
Daniela menyelesaikan catatannya dan menatap mamanya dengan penuh rasa terima kasih. Di benaknya, dia sudah membayangkan bagaimana dia akan mencoba memasak nasi goreng ini untuk Bastian, berharap bisa memberikan sesuatu yang istimewa dari hatinya.
Setelah pulang dari kampus, Daniela langsung menuju pasar untuk membeli bahan-bahan nasi goreng yang sudah dia catat sebelumnya. Dengan semangat yang membara, dia memilih bahan-bahan terbaik dan segera pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, Daniela memulai proses memasak. Namun, karena ini adalah kali pertama dia mencoba, hasilnya tidak sesuai harapan. Nasi goreng pertamanya sangat asin. Dia mencoba memasukkan sedikit gula untuk menyeimbangkan rasa, namun tetap saja rasanya kurang memuaskan.
"Sepertinya, gagal," gumam Daniela sambil menghela napas frustrasi. Namun, semangatnya tidak padam. Dia memutuskan untuk mencoba lagi keesokan harinya.
Keesokan harinya, di hari Sabtu, Daniela bangun pagi-pagi sekali. Dengan semangat yang membara, dia bertekad untuk membuat nasi goreng yang lebih baik. Kali ini, dia ingin membuat nasi goreng pertamanya untuk keluarga. Dia berharap mereka bisa menilai dan memberikan masukan sebelum dia memberikannya kepada Bastian.
Dengan hati-hati, Daniela memulai proses memasak. Aroma harum mulai memenuhi dapur, membuatnya semakin percaya diri. Setiap bumbu dan bahan dia tambahkan dengan teliti, mengingat-ingat petunjuk mamanya. Setelah selesai, dia memanggil mamanya untuk mencicipi hasil masakannya.
"Bagaimana, Ma?" tanyanya dengan penuh ketegangan, menatap wajah mamanya yang sedang mencicipi masakannya dengan pelan.
Mamanya mencicipi dengan seksama, merasakan setiap suapan nasi goreng yang dibuat putrinya. Senyum mulai muncul di wajah mamanya, memberikan harapan kepada Daniela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes of the Soul
Romance"Dia buta, Daniela. Dia buta." Daniela, seorang mahasiswi yang ceria, menemukan dirinya tertarik pada Bastian, seorang pria buta yang ditemuinya di taman rumah sakit saat menjenguk temannya. Meski awalnya Bastian bersikap dingin dan acuh, mengangga...