BAB 3

244 200 226
                                    


Senin, Jam 8 Pagi

Daniela sudah sampai di kampusnya, hanya berdua dengan Jasmine karena Maya masih butuh perawatan khusus. Mereka mengikuti kelas seperti biasa, tetapi pikiran Daniela terus melayang ke rumah sakit, ke Maya dan sedikitnya juga ke Bastian. Setelah kelas selesai, Daniela ingin segera ke rumah sakit dan mengajak Jasmine.

"Ayok, cepetan, Min. Keburu sore!" teriak Daniela, yang sudah sampai di parkiran mobil. Jasmine masih berdiri di seberang parkiran, mengatur buku-bukunya.

Jasmine pun berlari kecil menuju parkiran, tersengal-sengal saat tiba di sebelah Daniela. "Nela, jujur sama gue. Sebenarnya lu ke rumah sakit cuma mau liat cowok itu kan?" Jasmine bertanya dengan nada menginterogasi, mengangkat sebelah alisnya.

Daniela tersenyum sambil membuka pintu mobil. "Apaan sih, yang pertama mau jenguk sahabat gue, selebihnya... dia sih," jawabnya sambil tertawa ringan.

Jasmine memutar matanya, menampilkan ekspresi malas. "Baru ketemu kemarin, udah sesuka itu sama dia?" tanyanya, menaikkan alis.

"Bukan suka, kayaknya gue jatuh cinta," ucap Daniela dengan suara yang lebih lembut, matanya berbinar.

Jasmine mendesah, "Udah nggak waras lo," sambil buru-buru masuk ke mobil Daniela. Mereka berdua tertawa, tapi Jasmine bisa melihat keseriusan dalam mata sahabatnya.

Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Daniela menceritakan perasaannya kepada Jasmine. Jasmine mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali memberikan komentar dan saran. Mereka tiba di rumah sakit, semangat Daniela terlihat jelas dari caranya melangkah cepat menuju lift.

*****

Flashback

Sabtu, Jam 13:01

Sesampainya di kamar Maya. Daniela menceritakan semua yang dilihat dan ditemuinya pada Jasmine, mengatakan bahwa dia baru pertama kali terkesima pada pria yang dia temui di taman. Walaupun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi, dan memakai kacamata hitam yang menutupi matanya, Daniela merasakan perasaan yang berbeda, yang dia sendiri bingung untuk mengatakannya. Teman-temannya yang mendengar cerita Daniela yang penuh semangat hanya tersenyum.

"Terus, lo udah tau namanya?" tanya Jasmine penasaran. Maya hanya berbaring mendengarkan percakapan mereka dengan tenang.

Daniela menggelengkan kepala. "Belum."

Jasmine membuang napas kesal. "Dasar bodoh, kurang cegil lo, Nel."

"Soalnya, diliat-liat dia dingin banget, takut deketinnya," ujar Daniela dengan nada sedikit frustrasi.

"Mana bisa cepet kecantol tuh cowok, pergerakan lo kayak siput." Jasmine tertawa kecil, tetapi ada nada serius dalam suaranya.

Daniela menghela napas, lalu menatap Jasmine dengan serius. "Terus gue harus gimana?"

Jasmine menepuk pundak Daniela, senyumnya melebar. "Harus lebih cegil," ucapnya tegas.

Mendengar saran dari sahabatnya Jasmine, Maya yang berbaring hanya tersenyum. Meskipun masih lemah, Maya senang melihat semangat Daniela yang tak kenal menyerah. Maya pun memberi isyarat kecil dengan tangannya, seolah memberikan restu dan dukungan untuk langkah Daniela selanjutnya.

Daniela mengangguk, merasa mendapatkan semangat baru. "Oke, gue akan coba," katanya dengan tekad bulat.

Jasmine tersenyum puas melihat tekad sahabatnya. "Itu baru Daniela yang gue kenal."

Eyes of the SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang