BAB 4

232 199 251
                                    


POV BASTIAN

Setelah tiga bulan berlalu sejak Bastian keluar dari rumah sakit usai pemeriksaan kesehatan matanya, kini dia kembali lagi untuk melanjutkan pemeriksaan selama tiga hari. Seperti biasa, dia menjalani serangkaian tes dan konsultasi dengan dokter spesialis. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda.

Hari pertama, ketika perawat memasuki kamarnya dengan membawa sebuket bunga mawar merah yang segar, Bastian merasa sedikit terkejut. Bunga-bunga itu tidak hanya menghiasi kamarnya yang steril, tetapi juga membawa aroma manis yang menenangkan, seolah-olah mengusir kesepian dan kekhawatirannya.

"Saya mencium bunga di samping meja saya, Sus?" tanya Bastian dengan nada bingung.

"Iya benar, ini bunga mawar dari seseorang, Kak Bastian," kata perawat itu dengan lembut, senyumnya mengembang hangat.

"Siapa yang memberikannya?" tanya Bastian penasaran.

"Saya tidak tahu namanya, hanya tahu kalau dia adalah seorang wanita," jawab perawat, suaranya penuh kehangatan.

Aroma bunga mawar yang menyegarkan menenangkan dirinya, tetapi Bastian merasa bingung siapa yang mengirimkan bunga padanya. Pikiran dia tertuju pada Julian, adiknya, namun perawat mengatakan bahwa itu dari seorang wanita. Siapa wanita misterius ini yang begitu peduli padanya?

"Wanita?" batin Bastian, berusaha memahami situasi yang tak terduga ini. Dia menghirup bunga itu kembali, aroma manisnya meresap dalam-dalam, membawa perasaan nyaman yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Hari kedua, perawat kembali datang, kali ini membawa sepiring besar buah-buahan segar yang diiris rapi dan jus jeruk yang baru diperas.

"Kak Bastian, ini ada buah-buahan dan jus jeruk," kata perawat sambil meletakkan makanan sehat itu di meja.

"Tapi saya tidak memintanya, Sus," ucap Bastian dengan bingung.

"Ini dari perempuan yang sama," jawab perawat dengan senyum tipis.

Bastian pun merasakan kebingungan yang semakin dalam. Siapa wanita ini yang terus-menerus mengirimkan sesuatu untuknya? Tak lama kemudian, ibu dan adiknya, Julian, datang ke rumah sakit. Mereka melihat sekitar Bastian, dan langsung menyadari ada banyak sekali bunga mawar yang menghiasi kamarnya.

"Wah, ada bunga dari siapa, Kak?" tanya Julian dengan nada penasaran.

Bastian mengangkat bahunya. "Kata suster dari seorang wanita."

"Wah, siapa wanita cantik yang memberi anak ibu bunga?" Ibu Bastian meledek anaknya sambil tersenyum menggoda.

"Ibu," ucap Bastian dengan sedikit kesal. "Bastian juga gak tau."

"Hm, jangan-jangan wanita yang di taman itu?" tanya Julian sambil mengingat kejadian sebelumnya.

"Wanita di taman?" tanya ibu Bastian heran, menatap Julian dan kemudian Bastian.

"Iya, Bu. Ada wanita yang melihat Kak Bastian terus di taman waktu itu," jelas Julian.

"Julian." ucap Bastian dengan nada tegas pada adiknya, berusaha menyudahi percakapan itu. Dia merasa tidak nyaman dengan perhatian yang mendadak ini, meskipun hatinya bergetar dengan sedikit harapan dan rasa penasaran.

Ibu dan Julian hanya saling pandang, memahami keinginan Bastian untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Mereka pun duduk di dekatnya, mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Namun, dalam hati Bastian, berbagai pertanyaan terus bergelut. Siapakah wanita ini? Dan mengapa dia begitu peduli? Perasaan hangat dan bingung itu terus menghantui pikirannya sepanjang hari.

Eyes of the SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang