4. POISONOUS TONGUE

2.7K 340 180
                                    

HAPPY READING!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!!

"Nona manis, oh, Nona manis!" teriakan itu terdengar menggelegar ke seluruh area kantin, yang mana dari arah pintu terlihat lima orang laki-laki tengah berjalan dengan begitu santai menghampiri sebuah meja yang diduduki oleh dua orang gadis cantik.

Siapa lagi? Pertanyaan yang sepertinya tidak perlu dikeluarkan. Karena pada dasarnya, mereka yang memiliki daya tarik sampai sekuat itu hanya berada pada Raneysha Hera Alcander dan Amelinda Hestia Azkar.

Amel menaikan alis kirinya. "Do you think they will come here?" tanyanya karena merasa arah pandang dari kelima laki-laki itu tertuju pada mereka.

"Ouh, I'm right!" kembali Amel berseru, membenarkan pertanyaannya barusan.

Sedangkan Rahel, hanya terus terdiam. Dia dalam posisi duduk membelakangi para laki-laki itu, wajar saja jika dia tidak melihat mereka, dan hanya mengandalkan penglihatan Amel dan pemberitahuannya.

"Hal—"

"Oh, here we go!" Rahel berseru, merasakan dekatnya seseorang dengannya, sampai kepalanya mendongak menatap orang tersebut. "What brings you here?" lanjutnya bertanya. "Gue pikir pelayan seharusnya tidak punya keberanian untuk menyapa sang ratu seperti tadi, bukan?"

Mendengar pertanyaan akhir gadis cantik dengan pengaruh besar itu, berhasil membuat pupil mata seluruh penghuni kantin membola, serasa hampir keluar dari tempatnya. Namun, mereka yang menjadi objek ucapan Rahel justru terkekeh pelan.

Amel bergidik ngeri. "Gosh, what will happen next?" gumamnya pada diri sendiri. Dia tidak berniat untuk ikut dalam percakapan kali ini. Tentu saja! Keberaniannya belum terkumpulkan jika secara tiba-tiba seperti ini.

"Makan apa?" Dua kata, satu pertanyaan terdengar dari salah satu diantara kelima laki-laki itu, yakni berasal dari mulut Evan. Laki-laki dengan tatapan mematikannya.

Pertanyaan itu ditujukan untuk Rahel, gadis cantik bermanik biru yang masih menatap ke arahnya.

"Bahkan orang buta bisa tau hanya dengan mencium aroma-nya, dan lo yang gak buta sok mau nanya?" balas Rahel berniat hanya menjawab namun terdengar begitu sarkas membuat Evan langsung mengangkat sudut kiri bibirnya.

"Terlalu awal untuk jatuh cinta, Ra." Tersirat sebuah teka-teki dalam ucapan tersebut.

Rahel tersenyum miring. "Dan terlalu memalukan untuk lo berharap seperti itu." 

Terdiam. Evan tidak lagi dapat membalas ucapan Rahel, sedangkan para sahabatnya menghadiakannya tawa mengejek karena merasa dia telah kalah dari gadis cantik ini.

Leo, laki-laki dengan setangkai mawar di tangannya, yang sedari tadi hanya memainkan bunga tersebut, akhirnya melangkah maju, mendorong Evan agar sedikit menjauh kemudian membungkuk—mengikis jarak dengan Rahel yang nampak bergeming di tempatnya.

BEHIND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang