BM| WHO?

1.6K 183 520
                                    

HAPPY READING!!!

"Amel diperiksa Polisi, diruang Kepala Sekolah!" Pemberitahuan itu seketika membuat ketiga laki-laki yang tengah bermain billiar serta seorang lagi yang tengah memainkan handphone-nya langsung mendongak serempak.

"Lo bilang apa?" Theo bertanya cepat. Dengan tongkat billiar yang masih ia pegang, langkahnya dengan segera tergerak menuju kearah Eron, laki-laki yang membuat pemberitahuan tadi.

"Amel diperiksa Polisi, ini soal perjalanan dia ke Club dua hari lalu," ulang Eron. Seketika ruangan itu menjadi hening, tidak ada suara dari keempat lelaki yang tengah menatap Eron. Mereka terdiam seolah tengah mencerna dengan baik setiap ucapan itu.

"Dari tadi?" Lama terdiam, akhirnya Leo membuka suara, memecah keheningan itu.

Eron menggeleng dengan alis berkerut. "Sekitar setengah jam yang lalu. Namanya dipanggil dari ruang informasi, masa iya, lo pada gak dengar?"  tanyanya bingung. biasanya telinga Theo-lah yang paling cepat mendengar berita seperti itu. Tapi sekarang, lihatlah, laki-laki itu juga sama terkejutnya dengan yang lain.

"Astaga! Gue lupa kalo itu nama Amel!" seru Felix. Pupil matanya melebar, bahkan tangannya dengan refleks terangkat untuk menepuk dahinya. "Panggilan dari kepala sekolah?" cicitnya pelan. "Emang perjalanan dua hari lalu kenapa?" Felix kembali bertanya.

Eron mengedikkan bahu. Soal itu dia juga tidak tau pasti, tapi semoga saja kasus Amel tidak terlalu serius. Ya, walaupun gadis itu juga cukup menyebalkan, tapi mereka tidak bisa menampik kalau dia juga baik. Sama seperti Rahel, mereka sudah seperti saudara kembar saja.

Berbeda dengan reaksi teman-temannya, Evan yang sedari tadi mendengar hanya diam saja. Kepalanya baru dia dongakkan saat mengingat sesuatu.

"Rahel dimana?" tanya Evan, to the point.

"Oh, iya gue lupa." Eron meringis pelan saat melihat tatapan Evan yang begitu tajam, sepertinya tidak akan ada candaan detik ini. Dengan cengiran, ia kembali menjawab. "Rahel ikut Amel, bahkan ada seseorang juga. Kalo lo pada dengar namanya, pasti kaget."

"Siapa?" tanpa basa-basi, serempak mereka bertanya, membuat Eron menahan tawanya dengan ekspresi aneh.

"Siapa, anjing?! Gak usah cosplay jadi titan abnormal yang nyengir-nyengir sendiri, lo!" sarkas Theo.

Eron berdecak pelan. Ingin nampak lucu sebentar saja tidak bisa. Emang begini kalau punya sahabat berhati batu semua. Akhirnya, dengan malas, Eron-pun menjawab, "Chyla. Chyla juga ikut dengan mereka,"

"Really?" Mata Leo membelalak sempurna sebagaimana refleks alami sama seperti Theo juga Felix. Tangan Leo bergerak memukul pelan bahu Eron. "Benaran? Gak bohong, 'kan? Kalo bohong gue mutilasi lidah lo, Ron!"

Eron tersenyum manis. "Beneran, sayang." 

Seketika itu juga, tatapan semangat tadi langsung digantikan dengan delikan penuh rasa jijik.

"Masalah seksual orang emang gak bisa dipertanyakan, tapi lo mikir juga-lah, anjing! Gue normal, bangsat!" geram Leo kemudian dengan begitu teganya langsung memberikan sebuah tendangan yang begitu kuat sampai tubuh Eron mundur beberapa langkah ke belakang.

"Lo—"

"DIAM!" Bentakan itu seketika membuat ruangan tersebut kembali dilanda keheningan. Dengan tatapan yang begitu tajam mengunus pada para sahabatnya, ia bangkit dari kursinya dan menghadap penuh pada mereka berempat.

"Bantu Amel untuk keluar dari masalah itu," lanjutnya kemudian.

***

BEHIND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang