9. Kecerobohan

43 18 1
                                    

Suara ketukan telunjuk yang bertempo itu menjadi pengiring Joong Ki dalam berpikir. Setelah memesan segelas latte kesukaannya, pria itu segera mengambil tempat duduk di balkon kafe seperti biasa.

SMA Hanyoung telah memasuki libur musim panas. Hal itulah yang menjadikan Joong Ki mendatangi Fabs Café hanya dengan mengenakan pakaian santai berupa kaus lengan pendek dan celana jeans panjang. Walau begitu, kebiasaannya memesan latte panas tetap tidak berubah setiap mengunjungi tempat tersebut.

"Silakan, pesanan Anda, Tuan." Senyum So Min merekah seiring tangannya meletakkan secangkir kopi di hadapan pria itu.

Joong Ki hanya mengangguk sekilas lantas mengucapkan terima kasih. Seperti biasa pria itu memasang ekspresi datar.

So Min menelan ludah. Ia memeluk baki yang ia bawa dengan erat. "Terima kasih sudah menolong saya semalam," ucap perempuan itu ragu. Entah kenapa sikap defensif pria itu mendadak bertambah kokoh hari ini. Bukankah semalam dia cukup ramah?

"Ya, tidak masalah." Joong Ki mulai menyeruput kopinya dalam diam. Tidak peduli dengan So Min yang masih berdiri di sampingnya.

Bibir So Min mulai mengerucut samar. Apa pria ini sudah lupa? Atau memang tidak peduli? Apapun itu, So Min akhirnya memutuskan kembali ke meja bar dengan perasaan kalut.

Mungkin kekasihnya marah padanya karena mengantarkan wanita lain.

Joong Ki menghela napas panjang tepat saat punggung So Min menghilang dari balik jendela kaca kafe. Pria itu meletakkan cangkirnya kaku. Tidak menyangka dirinya akan bersikap demikian setelah semalam meminta wanita itu tidak agar tidak bersikap formal padanya.

Apa yang kupikirkan? Joong Ki kembali menyeruput latte-nya. Dilihat dari sorot matanya, pemuda itu tengah berpikir keras. Menyerahkan urusan soal partner pestanya pada Ae Ri mungkin bukanlah pilihan yang bijak.

Helaan napas baru saja lolos dari mulut pria itu. Pandangannya kembali beralih ke dalam ruangan. Dari tempatnya duduk, Joong Ki bisa melihat jelas sosok bercelemek ungu itu tengah sibuk menyiapkan pesanan di meja bar kafe.

Imut, tapi juga seksi di saat bersamaan.

Joong Ki mengerjap. Mengusap wajahnya yang kebas, pria itu mendesis, "Sadarlah. Dia hanya wanita asing."

Tapi bukankah semalam kita sudah saling berkenalan?

"Permisi, Nona. Tolong berikan kami tambahan kursi." Salah satu rombongan pengunjung yang ada di balkon itu melambaikan tangan.

So Min yang sibuk menuangkan es di gelas plastik, mendadak menarik lengan Min Ji yang berdiri tak jauh darinya. "Min Ji. Biar aku yang urus mereka. Kamu lanjutkan saja membuat minuman ini," ujarnya semangat. Segera setelah berkata demikian, wanita itu melangkah cepat menuju balkon.

"Yaa! Unnie! Aku sedang mencuci!" Min Ji berseru kesal, sementara Eun hanya terkekeh di depan meja kasir melihat tingkah kedua juniornya.

Alasan So Min rela mengangkat dua kursi dengan kedua tangan kurusnya secara langsung adalah demi melihat Joong Ki lebih dekat. Walau ia tahu pria itu sudah memiliki kekasih, setidaknya perasaan So Min yang terpendam sedikit terhibur melihat tampilan pria yang biasanya memakai pakaian formal itu mengenakan baju kasual.

Lihat lengannya, astaga ... aku ingin memeluknya.

"Nona, apa kami boleh memakai kursi yang itu?"

Astaga, So Min, sadarlah! Dia itu sudah punya kekasih, dasar mesum!

"Nona?"

"Ah, Ya?" So Min mengerjap. Berusaha kenbali memfokuskan pikirannya. Kedua tangannya sigap meletakkan dua kursi yang dipesan ke sisi meja.

"Apa kami boleh memakai kursi yang ada di dalam?"

So Min memutar tubunya. Melirik kursi yang ditunjuk pengunjung tersebut sekilas. "Tentu saja. Akan saya atur," Wanita itu mengangguk, "Berapa orang lagi yang akan datang?"

"Sekitar lima."

So Min mengangguk lagi. Dengan sigap ia memanggil Min Ji agar membantunya.

"Ah ya, kami juga ingin memesan tambahan ice americano tujuh," cegah pengunjung pria tersebut seraya mendudukkan diri di kursi.

So Min tersenyum simpul. "Baik, akan segera kami siapkan." Setelahnya ia dibantu Min Ji, memindahkan tiga buah kursi yang ada di dalam ruangan ke balkon kafe yang mulai dipenuhi pengunjung.

Joong Ki menarik napasnya dalam. Dari tadi matanya tak bisa teralihkan dari kedua lutut So Min. Tak habis pikir dengan wanita itu. Bukankah kedua lututnya masih sakit? Jelas-jelas di dagu dan lututnya masih terbalut perban, kenapa pengunjung pria itu enteng sekali menyuruhnya mengangkat barang?

Sepuluh menit berlalu, So Min kembali dengan membawa nampan berisi 7 gelas ice americano sesuai pesanan.

Joong Ki bersidekap. Menyaksikan wanita berambut hazel itu dari seberang meja dengan intens.

Prank!

"Jeosonghanmida!" So Min membungkuk cepat. Ia baru saja menjatuhkan salah satu gelas yang ia bawa.

"Ah yang benar saja ...," gerutu salah satu dari mereka. Beberapa ada yang bangkit mencoba menyingkir dari pecahan gelas.

"Jeosonghanmida! Akan segera saya bereskan," ujarnya masih sibuk membungkukkan badan.

Joong Ki yang melihat itu langsung terkesiap. Pecahan kaca dan tumpahan kopi yang mengotori lantai berhasil membuat pria itu bangkit dari kursinya, lantas melangkah cepat menuju tangga lantai satu. Napasnya mendadak menderu, serta raut mukanya yang pucat tak bisa ditutupi dengan tatapan datarnya.

"Sial!" umpatnya setibanya di depan wastafel. Pria itu memutuskan untuk menangkan pikirannya di toilet. Kepalanya benar-benar dibuat berdenyut hanya karena kekacauan kecil.

"Kenapa dia bisa seceroboh itu?" gumamnya menahan diri. Baru semalam ia mendapatinya jatuh tanpa alasan di trotoar, sekarang dirinya harus kembali menyaksikan pemilik gigi kelinci itu mengacaukan waktu bersantainya dengan membuat keributan di depannya.

Seringai samar mendadak muncul di wajah Joong Ki. Memang sebaiknya aku meminta tolong Ae Ri saja. Mana mungkin aku akan mengajak wanita ceroboh itu ke pesta. Mustahil!

***

"Apa yang kamu lakukan? Sudah kubilang lukamu belum kering, kenapa nekat melayani pelanggan, ha!" omel Min Ji tak peduli jika sosok di hadapannya lebih tua sepuluh tahun darinya.

Eun menghela napas. Menepuk pundak Min Ji berusaha menenangkan. "Tenanglah Kim Min Ji. So Min tak sengaja. Lagipula ini juga salah kita karena tidak mencegahnya lebih tegas. Juga, bersikaplah sopan padanya. Jung So Min itu jauh lebih tua darimu."

Min Ji mendengkus kasar. Ia memilih pergi ke salah satu meja yang baru saja ditinggalkan pengunjung.

Eun menatap Min Ji lelah. Desahan ringan lolos setelah karyawan senior Fabs Café itu beralih menatap So Min yang masih menunduk menafakuri lantai kafe. "Angkat kepalamu. Kita semua pasti pernah melakukan kesalahan di depan pengunjung. Lain kali kamu harus menuruti ucapan kami agar tak mengulangi kesalahan yang sama."

Kepala So Min terangkat pelan. "Ya, aku mengerti. Sekali lagi maafkan aku."

Senyum tipis Eun berhasil membuat perasaan So Min jauh lebih tenang. Walau wajah Eun terkesan galak, tetapi wanita itu sangat baik dalam memperlakukan juniornya. Tidak seperti Min Ji yang sibuk mengomel setiap kali ia melakukan kesalahan.

"Terimakasih, Unnie."

***

Bersambung

(1030 kata)











Fabs CaféTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang