30. Turun

50 14 1
                                    

"So Min-ah!" Seorang wanita paruh baya menyambut So Min dengan pelukan. Pemilik gigi kelinci itu mulai sesenggukan.

"Maafkan aku. Seharusnya aku datang lebih awal."

Wanita paruh baya itu menggeleng. Melepaskan pelukan dan menatap So Min dalam. "Tidak, jangan salahkan dirimu. Aku tahu sulit bagimu untuk datang ke sini."

So Min mengusap pipinya yang basah. "Aku harus memberi salam," ujarnya berusaha menahan tangis. Wanita paruh baya itu mengangguk, menuntun So Min menuju ruang duka.

Di sisi lain, Joong Ki memilih menunggu di luar. Membiarkan wanita ber-sweater abu-abu itu menghabiskan waktunya dengan mendiang sepupu.

***

"Joong Ki-ssi," panggil So Min setelah wanita itu keluar dari rumah duka. Ia mendapati Joong Ki tengah duduk termenung di salah satu bangku panjang menunggunya.

Joong Ki bangkit berdiri. "Kamu sudah selesai?"

So Min mengangguk. Jemarinya mencengkeram erat sebuah amplop putih. Ekor mata Joong Ki tak sengaja melihatnya. "Apa itu?"

Menarik napas dalam, So Min berkata, "Ini surat wasiat dari sepupuku."

Joong Ki menelan ludah. Mendadak firasatnya tidak enak. "Kamu sudah membacanya?"

So Min mengangguk lagi. "Ya, barusan sebelum keluar."

Mengangguk paham, Joong Ki melirik arlojinya. "Aku sudah mengabari Nona Eun. Kamu tidak perlu khawatir soal kehadiranmu di Fabs Café. Ae Ri dengan senang hati menggantikanmu sampai kamu kembali."

"Terima kasih."

Joong Ki mengangguk. "Hm."

"Apa kamu harus segera kembali ke Seoul?" tanya So Min tiba-tiba. Membuat pria berahang tegas itu menggeleng sebagai jawaban. "Aku akan kembali bersamamu. Libur musim panasku belum berakhir."

"Apa itu tidak masalah?"

Joong Ki menggeleng. "Sama sekali tidak. Apa kamu lapar?"

Kali ini gantian So Min yang menggeleng. "Aku tidak bisa kembali ke Seoul untuk beberapa waktu."

Alis Joong Ki terangkat sebelah. "Apa maksudmu?"

So Min membuang napas. "Sepupuku berwasiat padaku untuk mengambil alih restoran ayam. Pengacaranya sudah memberikan surat kepemilikannya padaku."

Joong Ki terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Aku tidak bisa begitu saja mengabaikannya. Aku tidak punya keluarga lain selain sepupuku."

Joong Ki menghela napas. "Di mana restoran ayamnya?"

"Ya?"

"Aku ingin melihatnya."

Keduanya saling bersitatap sejenak. So Min memiliki kepekaan terhadap perilaku seseorang. Tetapi kali ini ia tidak bisa menebak maksud pria itu lewat tatapannya.

"Baiklah. Ayo pergi."

***

"Lebih jauh dari yang kukira," komentar Joong Ki di sela-sela menyetir.

Fabs CaféTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang