S2: 10. Kesal

21 11 0
                                    

Min Ji kembali ke meja bar dengan tangan memegang leher belakang. Wajahnya tampak menahan kesal, sementara mulutnya bergumam seolah menyumpahi sesuatu.

"Ada apa denganmu?" tanya Eun melirik gadis itu penasaran.

"Argh! Rasanya darah tinggiku kumat. Para lelaki itu membual soal hal tak masuk akal!"

Eun mengalihkan pandangannya ke arah balkon. "Apa maksudmu guru Song dan Gerrard-ssi?" tanyanya ragu.

Min Ji menyimpan baki ke rak. "Siapa lagi!"

Eun menghela napas. "Apa yang mereka bicarakan?"

Berdecih pelan, Min Ji segera melangkah mendekat pada Eun dan berbisik tepat di depan wajah wanita itu. "Pria asing itu bilang kalau kamu menyukainya dan menganggap hal itu sepele."

Mata Eun mengerjap. "Apa?"

Min Ji memutar bola matanya malas. "Aku memang terkadang menggodamu soal Gerrard-ssi. Tapi sungguh! Apa yang baru saja kudengar dari mulutnya itu membuatku merinding. Bisa-bisanya dia mengklaim kalau unnie menyukainya," ungkapnya seraya bergidik ngeri.

Pipi Eun berkedut. "Dia bilang begitu?"

"Apa unnie meragukanku?" tukas Min Ji tak terima.

Mengembuskan napas panjang, Eun beralih menghadap mesin kasir dan menatap Gerrard di kejauhan. "Dia sudah gila," gumamnya tak habis pikir.

Min Ji mengangguk setuju. "Jangan sampai terjerumus oleh wajah tampannya, Unnie. Mau sehebat apapun wajahnya, jika sifatnya semengerikan itu, aku tidak setuju."

"Kalian sedang membicarakan apa dengan ekspresi itu?"

Suara So Min baru saja menginterupsi. Sontak Min Ji dan Eun berseru senang karena kehadiran pemilik gigi kelinci itu. "Jung So Min! Astaga, lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu?"

So Min tersenyum simpul. "Aku baik. Bagaimana kabar kalian?"

Min Ji dan Eun saling tatap sejenak, lalu mengangguk serempak. "Kami baik. Bagaimana soal restoran ayamnya? Kutebak itu sangat ramai mengingat ada pembangunan gedung di sana." Eun bersidekap. Sementara So Min menarik kursi di sisi meja bar dan mendudukinya.

"Sangat ramai. Tapi beruntung aku bisa ke sini karena Park Jun membantuku."

"Wow, kalian sudah baikan?"

So Min mengangkat bahu. "Yeah. Mungkin."

Min Ji  menyeringai sinis. "Pantas saja dia tidak memberitahuku pergi ke mana. Ternyata membantumu, Unnie."

"Oh. Apa yang membuatmu ke mari?" Eun teringat sesuatu.

Pemilik rambut hazel itu terbatuk kecil. "Hm, yeah. Aku ada janji dengan Joong Ki-ssi."

"Apa!" pekik Min Ji dan Eun bersamaan.

***

Gerrard diacuhkan. Pria bermata biru itu menyadari fokus Joong Ki sudah beralih pada seorang perempuan di sisi meja bar. Siapa lagi kalau bukan Jung So Min.

"Sepertinya kau masih menyukainya," sindir Gerrard.

Joong Ki tersenyum miring. Beralih menatap Gerrard datar. "Urus masalahmu sendiri."

Gerrard mencebik malas. "Tapi, Song Joong Ki. Apa kau tidak diusik ibumu akhir-akhir ini?"

"Kenapa tiba-tiba?"

Membuka mulutnya tak percaya, Gerrard menghela napas berat. "Pantas saja kau tampak sangat santai. Ternyata kau sama sekali tidak tahu soal perjodohanmu."

Joong Ki menegakkan punggungnya. "Apa maksudmu? Perjodohan?"

Gerrard memejamkan matanya sejenak. "Dude, berita ini sudah tersebar di antara para pemegang saham. Bahkan aku sudah mendengarnya sejak sebulan lalu. Mr.Song berniat menjodohkanmu dengan salah satu putri kolegaku."

"Mr. Song?" Mata Joong Ki melebar. "Kau tidak sedang membual?"

Alis Gerrard menukik. "Aku serius! Bahkan aku sempat dikenalkan dengan putrinya. Mereka bilang sudah memberitahumu soal hal itu. Itulah sebabnya aku memperpanjang perjanjian bisnisku dengan mereka."

"Aku bahkan tidak pernah menelpon ibuku sebulan terakhir."

"Apa? Kau serius? Kau bahkan tidak merasa aneh soal itu?"

Joong Ki menggeleng ragu. "Ibuku bahkan pernah tidak menelpon selama lebih dari 3 bulan."

Bahu Gerrard merosot. "Kalian ini keluarga macam apa?"

Joong Ki tidak mendengarkan ucapan Gerrard setelahnya karena So Min tampak berjalan mendekat ke mejanya. Yang entah kenapa tampak sangat bersinar siang ini.

***

Bersambung

Fabs CaféTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang