3. Gangguan

73 26 55
                                    

Song Joong Ki berjalan memasuki bangunan Fabs Café dengan langkah cepat. Pria berkemeja biru itu langsung mengarahkan kakinya menuju lantai dua. Menapaki satu demi satu tangga beton dengan mata setengah lelah.

Hari ini cukup berat baginya. Terlambat 5 menit saat apel, dan harus mengurus salah satu murid bermasalah membuatnya cukup stres. Jadwal yang sudah dia atur dengan sempuran jauh-jauh hari menjadi berantakan.

Setelah tiba di meja bar, Joong Ki langsung memesan segelas latte ukuran besar dan sepotong croissant untuk mengisi perutnya yang kosong. Mengingat ia belum makan siang sama sekali hari ini.

Cahaya matahari mulai meredup saat Joong Ki meletakkan tasnya di salah satu meja di balkon kafe. Tempat favoritnya setiap mengunjungi bangunan bernuansa ungu tersebut. Aroma lavender yang menjadi ciri khas kafe tersebut berhasil membuatnya jauh lebih tenang.

Joong Ki beranjak duduk lalu mengusap wajahnya yang kebas. Mendesah panjang, pria itu mendongak ke atas. Menatap langit senja kota Seoul yang mendung. Bukankah perkiraan cuaca malam iniu cerah?

"Pesanan Anda, Tuan."

Joong Ki terhenyak. Pria itu segera menegakkan posisi tubuhnya. Mengangguk sekilas saat pelayan mengantarkan secangkir latte kesukaannya dan sepotong croissant besar yang masih hangat.

"Apa ada hal lain yang Anda butuhkan?" tanya sang pelayan ramah.

Pria itu menggeleng. Melipat ujung lengan kemejanya sampai siku, lalu menyeruput latte-nya khidmat.

"Tambahan selai, mungkin?"

Dahi Joong Ki mengernyit. Menyadari sosok di depannya masih bergeming. Mata legamnya kini melirik sosok di hadapannya penasaran. Tumben sekali karyawan di sini menawarkannya sesuatu.

"Tidak, terima-––"

Gigi kelinci.

Joong Ki mengerjap. Senyum lebar pelayan kafe itu membuatnya langsung terdiam.

"Atau teman?" tawar Jung So Min lagi. Masih membiarkan pelanggan di hadapannya melihat senyum manisnya.

Terlambat 5 menit, murid yang bermasalah, dan waktu makan siang yang terlewat. Apa yang lebih buruk dari itu? Tentu saja gangguan dari karyawan kafe yang ceroboh.

Joong Ki bahkan masih ingat kejadian kemarin sore soal kekacauan di depan kafe. Bayangan tak menyenangkan dari pot yang berantakan menghantuinya sepanjang perjalanan pulang. Walau sikapnya atas pemberian bill patut diapresiasi. Namun, itu tidak cukup untuk membuat pria itu luluh akan keberadaannya.

Tatapan dingin sengaja Joong Ki tujukan pada perempuan yang masih setia berdiri di seberang meja. "Saya tidak butuh apapun. Jadi, jangan datang lagi." Setelahnya ia menyantap croissant-nya acuh.

Jung So Min mengerucutkan bibirnya kecewa. Dengan langkah masygul, pemilik rambut sebahu itu akhirnya berbalik pergi setelah menunduk sekilas.

"Apa yang kamu lakukan? Menawarinya untuk berteman?" cibir Min Ji menyambut temannya yang datang dengan wajah murung.

So Min mendelik. Baru saja dirinya merasa senang saat tiba di kafe dan langsung memaksa mengantarkan pesanan pria itu demi mendapatkan perhatian. Namun, yang ia dapatkan adalah penolakan darinya, serta cibiran dari temannya membuat mood-nya langsung turun.

Helaan napas pelan Min Ji terdengar. "Ayolah, usiamu sudah 32 tahun dan kamu mau bersikap seperti bocah? Lihat dirimu. Sedang merajuk, eh?" Telapak tangan gadis itu menepuk pundak So Min pelan.

Jung So Min berdecak. Menepis tangan Min Ji malas. "Dan kamu, usiamu masih 20 beraninya berlaku tidak sopan padaku," tukasnya sambil menoyor kepala temannya.

Fabs CaféTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang