"GAUSAH BOHONG LAH," kata Elina berteriak kencang.
Mereka menatap Elina terkejut, Yuna yang berada di sebelah gadis tersebut langsung membekep bibir Elina.
"Jangan berisik anjing, kita juga takut di sini!" Yuna berbisik dan melepaskan tangannya dari bibir Elina.
Bibir Elina maju ke depan, "Ya maaf"
"Ini serius Jef, ga bohong kan?" tanya Anna memastikan.
Jefan menggeleng.
Mereka hanya menghembuskan nafasnya pasrah.
"Yaudah lah, mau gimana lagi coba?" sahut Damar.
"Emangnya gabisa di paksa buka gitu? Gue takut anjir," ucap Cahaya gemeter.
"Susah, tadi gue sama Jefan udah coba, tapi hasilnya sama aja" Erland menjawab.
"OMAYGAT, TERUS NANTI KITA DI SINI SEMALEMAN GITU?!" teriak Jian kencang.
PLUK.
"Berisik setan!" tegur Anna kesal.
Jian meringis saat sepupunya itu memukul bibirnya.
"Sakit,"
"Udah, sekarang mending kita pikirin gimana buat keluar dari gudang ini," lerai Mira lembut.
Mereka mengangguk setuju.
"Aduh, calon istri gue lembut banget si! Jadi pengen cepet bawa ke KUA deh," pekik Mahen dengan senyum lebar.
"Dih anjir, sehat lo" kata Damar menatap Mahen dengan kesal.
Mereka pun tertawa, kecuali Bram yang hanya diam sambil menatap kearah lain.
"Lo kenapa dah, Bram" ucapan yang tiba - tiba keluar dari mulut Winata membuat mereka menghentikan tawa-nya, dan menoleh kearah Bram yang mengalihkan pandangannya.
Bram menggeleng.
"Lo kenapa bro, cerita aja sama kita" sahut Damar.
"Ga, gue gapapa" Bram menjawab dengan tegas.
Salah satu dari mereka menatao Bram dengan merasa bersalah.
"Apa karena kemarin?" batin Aliza menatap nanar Bram.
Saat sedang menatap yang lain, manik mata Bram tak sengaja berpasan dengan mata indah Aliza. Alhasil, mereka saling bertatap dalam beberapa detik sebelum Bram memutuskan.
Lalu Bram berjalan menjauh dari mereka,
"Heh, mau kemana lo?!" teriak Jaka keras.
Bram tidak menjawab.
"BRAM, LO KENAPA SI? LO MAU KEMANA ANJING!" Damar bertanya sambil berteriak.
"Coba buka pintu," balas Bram.
"Anjing, giliran gue yang nanya ga di jawab, tapi giliran lo yang nanya. Dia jawab! Pa maksud," ujar Jaka tak terima.
-REMAJA 97line-
"Gabut banget, hp gue low lagi, ini pintu belum bisa kebuka juga?" keluh Cahaya sambil menjatuh, 'kan kepalanya di pundak Anna.
"Belum bisa juga?" tanya Anna pada Jefan.
Jefan menggeleng. "Belum, tadi, 'kan Bram udah coba. Tapi sama hasilnya juga,"
Anna mengangguk.
"Terus gimana dong, laper nih gue" rengek Yuna memegang perutnya yang keroncongan.
"Laper mulu idup lo Yun," Cahaya kesal menatap Yuna.
Yuna mendelik. "Bacot!"
"Anj--"
"Heup, gandeng saria" kata Mahen.
"Apaan tuh, artinya?" tanya Damar.
"Udah, berisik kalian" sahut Anna yang sedang bersender di pundak Jefan.
Jefan menoleh. "Lo ngerti bahasa sunda?"
Anna mengangguk. "Ngerti lah, Omah gue dari Bandung"
"Oh iya, lupa"
Setelah itu keheningan melanda mereka berdua, Anna yang asik memejamkan kedua mata, dan Jefan yang sibuk mengelus puncak rambut Anna dengan lembut.
Aliza sedari tadi memperhatikan Bram yang terus menunduk memainkan handpone nya, ada rasa bersalah dari lubuk harinya.
Lalu Aliza berjalan menghampiri Bram. "Bram," panggilnya.
Bram mendongak, dan kembali memainkan benda tersebut saat melihat Aliza yang ada di sebelahnya. "Hm," Bram menjawab dengan mendehem.
"Lo, kenapa? Gue perhatiim dari tadi, lo diem terus" tanya Aliza.
Bram menggeleng. "Gue gapapa"
"Lo bohong, Bram." sentak Aliza. Membuat Bram dan yang lainnya tergelonjak.
"Shht, berisik" kata Jefan.
"Ini udah mau malem loh, masa kita terus di sini." rengek Elina.
Yuna mendesis. "Sama Lin, gue juga udah laper."
"Ga ada yang mau berusaha buat dobrak pintu dari luar gitu ya?" gumam Jian.
"Sinting, emang ada yang tau kalo kita semua di sini?" kata Jihan.
"Apaan sih, ngedenger mulu lo" delik Jian.
"Jing!"
"Diem--"
BRAK.
Seketika mereka diam saat melihat pintu gudang terbuka dengan tiba - tiba, mereka semua sudah merinding. Dan ternyata itu adalah ...
Yoga dan Juna.
"Lah, bukannya tadi lo berdua di sini?" Jaka bertanya - tanya.
Juna mengangguk. "Iya, tadi kita emang di sini, tapi kita keluar lewat jendela"
"Anjing,"
Jihan mendekat ke arah Marchel. "Ganteng banget Juna, Chel" bisik Jihan, Marchel mengangguk saja.
Dari belakang, ada Serra yang sedang menatap mereka berdua, dia tersenyu tipis menanggapi Jihan yang memuji Juna.
"Udah ah, ayo keluar"
Mereka pun keluar barengan menuju kelas untuk mengambil tas.
Mereka berjalan di koridor yang sepi.
"Ko sepi Jef," tanya Anna dengan suara serak.
"Udah pada pulang lah"
"Oh iya, emang sekarang jam berapa"
"17.45"
Anna mengangguk.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
REMAJA : 97line
Fanfiction[15+] Kisah cinta remaja ala anak 97line All foto by : pinterest