CHAPTER 2 : ROPE

1.4K 242 4
                                    

Brukh!




Doyoung yang berlarian di koridor terjatuh begitu menabrak seniornya yang berjalan dengan membawa setumpuk kertas. Wajah seniornya yang gelap semakin menggelap dengan aura yang mencekam.

Ha Bin-Yoo menatap Doyoung dengan tatapan datar namun tajam. Bin-Yoo melangkah, mendekati Doyoung kemudian berjongkok di depan lelaki Kim itu yang merundukan kepala sembari mundur pelan-pelan.

Tangan besar Bin-Yoo menahan puncak kepala Doyoung dan membuka tudung Hoodie itu dengan cepat, kemudian langsung menarik rambut Doyoung sampai wajah lelaki itu mendongak dengan manik berkaca.

"Kau.. benar-benar sial." Desis Bin-Yoo semakin kuat mencengkeram rambut Doyoung sampai lelaki itu memejamkan mata sakit. "Sekarang bersihkan kertas-kertas ini dan bawa ke ruang guru."

Doyoung mengangguk cepat. Bin-Yoo melepaskannya kemudian berdiri dan berjalan pergi melewati tubuh Doyoung yang langsung membersihkan kertas-kertas itu.

"Akh!" Doyoung meringis ketika tangannya di injak. Kepalanya mendongak, menatap seniornya yang memberikan senyum remeh.

"Ikut aku, sekarang." Perintah Lim Kyun-Ju namun Doyoung menggelengkan kepala dengan mata tertutup takut. "Oh, Lo mulai―"

"Beri aku waktu untuk mengantar kertas ini ke ruang guru. Setelah itu aku akan menghampirimu." Pinta Doyoung dengan kedua tangan gemetar saat cengkeraman Kyun-Ju semakin kuat.

"Ku beri waktu 1 menit. Telat? Siap saja." Sinis Kyun-Ju sebelum berbalik badan, dengan satu tangan masuk ke dalam saku. "Ah, temui aku di gudang."

Setelah sosok Kyun-Ju hilang, Doyoung buru-buru membereskan kertas. Meski tau tidak akan tepat waktu, setidaknya dia tidak terlalu membuang waktu yang nantinya semakin menurunkan mood Kyun-Ju.

Di balik tembok, tak jauh dari Doyoung, lelaki dengan wajah datarnya itu menatap figur Doyoung yang buru-buru berlari ke ruang guru. Sejak tadi, dia melihat semuanya. Tapi yang di lakukan lelaki itu hanya diam, dengan pandangan datar namun terkesan menyukainya.

***
Doyoung membuka pintu gudang dengan nafas memburu juga pelipisnya yang basah. Manik cokelatnya menatap Kyun-Ju dan Shio yang duduk di atas meja lapuk juga tongkat baseball di tangan Shio.

"Masuk, jangan lupa tutup pintu." Perintah Kyun-Ju tersenyum miring.

Doyoung menutup pintu gudang kemudian menatap dua lelaki di depannya dengan tatapan takut. Dia diam-diam membuang nafas mencoba tenang dengan mata tertutup sebelum akhirnya melangkah mendekati Kyun-Ju dan Shio.

Bugh!

Brukh!

Doyoung jatuh ke lantai dengan tangannya yang memegang kakinya. Memar langsung terlihat, sebab pukulan Shio memang tidak main-main kencangnya. Shio itu atlet, juga olahragawan yang profesional.

Shio turun dari meja lapuk kemudian menarik rambut Doyoung membuat lelaki itu menjerit sakit dengan tubuhnya yang terseret. Sementara Kyun-Ju terkekeh, hanya memperhatikan apa yang temannya lakukan.

Shio mengambil tali, kemudian mengikat kedua tangan Doyoung, menggantung di paku tembok. Shio juga sebelumnya sudah melepas kancing seragam lelaki Kim itu, sehingga memperlihatkan dada penuh luka.

"Mau pake tongkat, atau pisau?" Shio bertanya.

"T-tongkat."

"Oke."

Shio langsung memukuli tubuh bagian depan Doyoung dengan tongkat membuat lelaki Kim itu batuk darah juga perut dan dadanya yang berbekas, memberikan luka memar.

Wajah Doyoung memucat dengan kakinya yang semula bergerak ribut, lama-lama memelan saking habisnya tenaga. Hingga ketika Kyun-Ju menghentikan tangan Shio, barulah lelaki Kim itu berhenti memukuli Doyoung.

"Biar aku yang lanjutkan."

Shio mengangguk kemudian pergi dan duduk kembali di atas meja sambil menatap temannya yang mulai melepas ikatan Doyoung.

Kyun-Ju berjongkok, mengangkat kepala Doyoung dengan menjambak rambut lelaki itu. Manik Kyun-Ju menatap dalam wajah Doyoung sebelum akhirnya menjedukan kencang kepala belakang Doyoung ke tembok membuat lelaki Kim itu mendesis dengan nafas susah.

Kyun-Ju kembali berdiri, mengambil tali itu kemudian kembali berjongkok, namun kali ini di belakang tubuh Doyoung. Lelaki Kim itu memasukan tali ke depan leher Doyoung, membuat lelaki Kim itu menutup mata, tau apa yang akan terjadi.

"AGH-H..."

Tangan Kyun-Ju menarik kuat tali dari belakang sehingga leher Doyoung tercekik begitu kencang sampai lelaki itu tidak bisa bernafas dengan wajahnya yang memerah juga matanya yang menumpuk air mata sakit.

"Hari ini, tidak akan ku biarkan kau mengikuti ujian, Kim Doyoung." Kekeh Kyun-Ju semakin menarik talinya.

Kedua tangan Doyoung bergerak naik, memegang tali, mencoba sedikit melonggarkan-nya namun Shio datang dan memukul tangannya dengan tongkat sampai tangannya memar kemerahan.

"S-sakh-khit.."

"Sakit? Aku tidak perduli sama sekali, bodoh."  Keki Kyun-Ju semakin kuat menarik talinya sehingga Doyoung semakin lemas dengan matanya yang menyipit sayu.

Kyun-Ju berdiri, tetap menarik talinya, tidak memikirkan sudah se-mengenaskan apa Kim Doyoung yang tidak dapat menarik nafas. Lelaki Lim itu menguatkan talinya kemudian mentalikannya kuat di tengkuk lelaki Kim itu hingga leher Doyoung benar-benar tercekik.

"L-lep-pash.. k-kka.."

"Diam sial." Jengkel Kyun-Ju melangkah ke depan tubuh Doyoung yang duduk bersandar di tembok dengan kancing baju depan terbuka, mengeksposkan tubuh yang penuh luka memar dan bekas baret pisau. Serta leher yang tercekik tali sampai wajah Doyoung memerah menahan nafas.

Senyum Kyun-Ju terbit. "Dengan ini, Hwan-Ju akan mendapat nilai tertinggi, bukan lagi kedua." Decih Kyun-Ju terkekeh sinis.

Shio hanya menatap datar Doyoung sebelum mengangkat dagu lelaki itu dengan tongkatnya. "Jangan mati." Perintah Shio sebelum tongkatnya dengan kencang memukul pipi Doyoung sampai lelaki itu spontan batuk darah dengan wajah menoleh ke sisi bersebrangan.

Shio dan Kyun-Ju keluar tanpa basa-basi begitu mendengar suara bel. Meninggalkan Doyoung yang menangis dengan mata tertutup juga kedua tangannya yang tidak berdaya, tergeletak di tanah.

"S-sak-khit.." lirih Doyoung menangis. Kakinya bergerak, menggesek lantai dengan tatapan sakit, berharap mendapat pertolongan hari ini.

Rasa sakit di dadanya semakin menjadi akibat pukulan beringas Shio dan rasa sesak karena tidak menarik nafas dengan baik. Perlahan tapi pasti, matanya tertutup dengan mulut terus meneteskan darah.

Pintu gudang kembali terbuka. Lelaki itu masuk ke dalam, kemudian membuka tali yang mengikat leher Doyoung sebelum akhirnya, menggendong lelaki Kim itu dan membawanya keluar dari gudang.

―membawa Kim Doyoung, ke rumahnya.

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang