CHAPTER 3 : TREAT

1.3K 241 8
                                    

Doyoung membuka matanya dengan sedikit kernyitan di dahinya akibat pusing juga susahnya dia membuka mata. Ketika pandangannya yang buram, sudah kembali normal, Doyoung melihat ke sekitar.

Tempat yang asing.

Lelaki itu menegakan punggungnya memperlihatkan dadanya yang terbalut perban. Sejenak Doyoung terdiam, mencoba mengingat siapa yang memperban-i tubuhnya.

Tapi yang di ingat Doyoung hanya Bullyan fisik yang Kyun-Ju dan Shio lakukan.

"Akh.." ringis lelaki Kim itu memegangi kepalanya yang ternyata juga sudah di perban. Sekali lagi, Doyoung di buat bingung dan bertanya, siapa yang memperban-i dirinya.

Karena, sebelumnya pun, hampir tidak ada yang perduli pada lukanya.

ceklek.

"Oh, sudah bangun." Lelaki jakung itu masuk ke dalam kamar, mendekati ranjang kemudian berdiri tepat di sisi kasur, membuat Doyoung menatapnya dengan tatapan terkejut. "Ada apa? Kenapa wajahmu itu ketakutan sekali melihat-ku?" Tanya lelaki itu dengan alis berkerut.

"K-kau.."

"Ah aku," lelaki itu tersenyum menyeringai. "Haru Abercio.." Kenalannya menggantung dengan senyum liciknya. "Lucifer."

Doyoung langsung menyeret tubuhnya mundur, ketika Haru mendekatkan wajahnya. Tangan Haru menahan tengkuk Doyoung dan mendekatkan wajah lelaki itu ke depan wajahnya. Haru memberikan senyum lebar, melihat wajah pias Doyoung.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya, Kim Doyoung?"

Kemudian Haru mengangguk sambil terkekeh. "Sepertinya pernah," dia mendekatkan bibirnya ke telinga Doyoung, "Di neraka."

Tubuh Doyoung menegang. Air matanya turun mengingat mimpi buruknya tentang akhir zaman.

"Kau akan menjadi budak iblis, Kim Doyoung. Kau tau, kenapa kau yang di pilih menjadi budak iblis?" Haru bertanya, membelai pipi Doyoung dengan senyum prihatinnya yang di buat-buat. "Karena jiwamu itu, mudah kami curi." Bisik Haru terkekeh kecil kemudian kembali menegakan punggungnya.

Pandangan Doyoung kosong seketika. Haru hanya memperhatikan lelaki itu dengan tatapan menyedihkan sebelum akhirnya pergi dari ruangan.

"Ah," Haru menghentikan langkahnya di sebelah pintu. "Mulai hari ini, kau akan tinggal disini, bersamaku."

Setelahnya, Haru benar-benar pergi dari kamar itu, meninggalkan Doyoung yang tetap berpandangan kosong namun kali ini air matanya turun. Beberapa kali salivanya di teguk.

"Kenapa.." Doyoung menangis dengan mata terpejam erat juga kedua tangannya yang terkepal. "Kenapa hidupku menyedihkan seperti ini.."

***
Tengah malam, Haru kembali masuk ke dalam kamar Doyoung. Alisnya berkerut, begitu melihat laki-laki yang meringkuk di kegelapan, sedang bermain dengan pisau.

Haru bersender di dekat pintu dengan kedua tangan menyilang di dada. Matanya memperhatikan lelaki manis itu yang menggores sisi lehernya sendiri. Haru menyeringai kecil melihatnya.

"Kau ingin cepat-cepat ke neraka ya?" Haru bertanya, mendekat ke arah Doyoung kemudian menarik lengan lelaki manis itu.

Lelaki Kim itu menangis dengan kepala tertunduk. Haru mendecak, kemudian melepas pisau itu yang berada di tangan Doyoung dengan kuat, dan melemparnya. Dia menarik lengan Doyoung agar berdiri, dan membawa lelaki itu ke ranjang dengan kasar.

"Kau tidak boleh mati secepat itu, Kim Doyoung." Desis Haru mencengkeram kuat bahu Doyoung yang duduk di atas ranjang. "Kau harus merasakan pahitnya dunia lebih lama, baru mati dan tinggal di neraka bersamaku. Paham?"

Doyoung menggelengkan kepalanya kuat dengan tangisannya yang semakin deras. Lelaki itu ketakutan, justru membuat hasrat Haru semakin gencar menghancurkan mental si manis.

"Besok kita pergi ke sekolah lagi. Dan memulai semua penderitaan-mu dari awal." Haru tersenyum, mengangkat dagu Doyoung. "Sayang jika penyiksaan-nya setengah-setengah. Kau pasti tau, jika hasrat tidak tuntas, akan menyakitkan diri sendiri."

Haru mengusap kepala belakang Doyoung lembut namun berat, kemudian langsung menarik rambut Doyoung membuat lelaki manis itu menjerit sakit.

"Besok, besok, dan besok. Aku akan menikmati semua rasa sakit-mu, jeritan-mu, luka-lukamu atas perbuatan iblis berkedok manusia yang menjadi teman-mu itu." Haru tersenyum, dia melepaskan tarikannya dan kembali berdiri tegak. "Berhenti menangis."

Titahan Haru tidak membuat tangisan Doyoung berhenti. Lelaki manis itu tetap mengeluarkan air mata ketakutannya, membuat Haru menatap marah ke arahnya.

"Diam ku bilang!" Teriak Haru menjerat dagu si manis yang memejamkan mata dengan tubuh gemetar. "Jangan berisik, atau kau mau ku bakar mulutnya?"

Tapi ancaman seperti itu pun, tidak membuat Doyoung berhenti, justru semakin menangis takut.

"Kau.. benar-benar menguji sifat iblisku ya?" Haru mendesis marah kemudian menarik rambut Doyoung kuat, membawa lelaki itu ke kamar mandi, dan membanting kuat punggung lemah Doyoung ke westafel.

Lelaki Kim itu menangis diam dengan mata terpejam. Tubuhnya bergetar begitu Haru menarik rambutnya sampai kepalanya mendongak.

"Mau pakai cara iblis dulu baru kau bisa paham?" Haru berucap dengan suara berat sebelum akhirnya menjedukan kepala belakang Doyoung ke ujung westafel kuat. Tidak sekali, namun berulang kali hingga darah berceceran di lantai kamar mandi.

Tangan Doyoung terangkat, memegang lengan Haru dengan lemah. Matanya terbuka, menatap iblis di depannya dengan tatapan sakit.

"He-hent-tikan.."

"Menangis lagi coba." Tantang Haru menatap tajam Doyoung.

Lelaki Kim itu menggeleng lemah dengan tubuh sesegukan. "T-tol-long.. s-sak-kit.."

Haru melepaskan cengkeramannya di rambut Doyoung kemudian menarik lengan si manis kasar, membawanya keluar dari kamar mandi dan mendorong kasar tubuh lemah itu ke atas ranjang.

"Sekarang tidur."

Doyoung mengangguk dengan mata di pejam sakit saat tangannya menutup luka di kepala belakangnya. Lelaki itu naik ke atas ranjang dan menidurkan punggungnya yang sakit, juga kepala belakangnya yang berdarah.

Haru sejenak menatap lelaki manis itu sebelum akhirnya bergerak mendekat, dan mencodongkan tubuhnya, hingga wajahnya tepat berada di depan wajah Doyoung yang memejamkan mata.

Haru mengangkat kepala Doyoung kemudian menyalurkan perban di belakang lelaki itu. Setelah selesai memperban-i luka si manis, Haru membelai poni rambut Doyoung dengan tatapan dalam.

"Menurut padaku, dengan begitu, setiap luka yang kau dapat, akan aku obati."

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang