CHAPTER 18 : ORPHANAGE

722 138 9
                                    

Mobil berhenti di gerbang sekolah. Haru menoleh ke arah Doyoung kemudian mengkodekan turun, namun lelaki Kim itu justru diam dengan dua tangan meremas celananya.

"Kim Doyoung."

Doyoung tersentak, reflek menoleh ke arah Haru kemudian kembali merundukan kepalanya. "Ak-ku.."

"Kenapa? kau takut di tuntut?" Haru tertawa, "Tenang, semua sudah ku atur. Kau hanya perlu turun dari mobil sekarang." Kata Haru santai, namun tidak untuk Doyoung yang sudah keringat dingin.

Melihatnya membuat Haru jengah. "Cepat turun atau jangan salahkan aku jika―"

Doyoung sudah membuka pintu mobil, membuat Haru menyunggingkan senyumnya. Lelaki itu ikut keluar, kemudian pergi ke sebelah Doyoung. Tangannya merangkul leher Doyoung, dan membawanya masuk ke dalam sekolah.

Anak perempuan di sekitarnya terus memandangi mereka. Ada tatapan aneh, marah, dan benci. Doyoung yakin, mereka semakin niat untuk merundung-nya.

"H-haru.."

"Sstt.. jangan berisik atau ku jahit mulutmu." Ancam Haru membuat Doyoung merundukan kepala dengan ekspresi ketakutan.

Langkah keduanya berhenti. Hoon-Ji berdiri di depan mereka dengan dua tangan masuk ke dalam saku celana, juga tatapan yang datar, menatap Doyoung.

"Kim Doyoung, aku ingin bicara."

Tubuh Doyoung gemetar. Jari-jarinya meremas ujung seragamnya sendiri. Hoon-Ji mendengus kasar, kemudian berjalan mendekat dan mencengkeram rambut Doyoung lalu menariknya ke atas sampai wajah lelaki Kim itu terangkat.

"Ikut."

"Iya.."

Hoon-Ji melepaskan jambakannya. Sejenak menatap Haru sebelum pergi. Namun ketika Doyoung berjalan, Haru menarik kerah seragam belakangnya, membuat langkah Hoon-Ji terhenti dan berbalik badan melihat Haru menahan Doyoung.

"Dia masih ada urusan denganku." Ucap Haru tersenyum miring, sebelum kembali merangkul Doyoung dan membawanya pergi dari hadapan Hoon-Ji.

Lelaki Park itu mengepalkan tangan, kemudian pergi dengan perasaan hati buruk.

Dari jauh, Hyun-Su melihatnya dengan tatapan datar, namun senyum kecilnya yang tipis mengartikan dia menyukai apa yang Haru lakukan.

"Hoon-Ji.. tidak boleh bersama Doyoung untuk beberapa waktu ke depan."

Di dalam kelas, Haru duduk di bangkunya dan memperhatikan Kim Doyoung yang duduk dengan dua orang yang menghimpit tubuhnya. Haru hanya menatap datar, dengan tatapan bosan.

"Ingat, jangan bertemu dengan Hoon-Ji, kau paham?" Peringat Jeong-Han di angguki Doyoung begitu saja.

"Kalau kau bertemu dengannya, kau akan habis. Ya kau tau saja, hari ini kami sedang berbaik hati." Ujar Hwan-Ju mengindik sombong. "Intinya, jangan bertemu dengan Hoon-Ji, tapi jika bertemu dengan Hyun-Su, silahkan saja."

Doyoung menelan Saliva-nya membuat Jeong-Han tersenyum lebar, juga Hwan-Ju. Kedua remaja lelaki itu memilih berdiri. Namun sebelum itu, Jeong-Han sedikit membungkuk dan berbisik, "Istirahat nanti, Hyun-Su Hyung ingin bertemu."

Mereka berdua terkikik geli sebelum kembali duduk saat guru masuk ke dalam. Suasana kembali hening dan tenang. Ketika semua pandangan tertuju pada guru, hanya Kim Doyoung yang merunduk dengan tatapan kosong juga keringat yang berjatuhan dari pelipisnya.

"Istirahat nanti, Hyun-Su Hyung ingin bertemu."

Mata Doyoung terpejam kuat, dengan dua tangan terpaut. Bahunya bergetar, juga kedua tangannya. "Selamatkan aku, Tuhan." Bisik-nya pelan dengan bibir bergetar.

***

Hoon-Ji duduk di sofa rooftop dengan sebatang pemantik di jarinya. Bibirnya mengepulkan asap ke udara dengan mata terpejam.

Pintu rooftop terbuka, Bin-Yoo masuk ke dalam. Kakinya berhenti sejenak menatap Hoon-Ji kemudian memilih abai dan pergi ke tembok pembatas.

Hoon-Ji membuang pemantiknya kemudian berdiri tegak, dan menghampiri Bin-Yoo dengan tangan masuk saku.

"Kau masih marah?"

Bin-Yoo terkekeh sinis, masih menatap lurus ke depan. "Jangan harap seseorang akan memaafkanmu jika tidak ada kata maaf yang kau keluarkan."

"Maaf."

Bin-Yoo tertawa hambar, kemudian berbalik badan menatap Hoon-Ji dengan mata menyipit karena angin kencang. "Di dunia ini, kata maaf memang susah di ucapkan. Lebih baik kau pendam kata itu, dari pada mengucapkannya tanpa hati."

Hoon-Ji membuang nafas. "Apa yang kau mau? Kau tau aku mabuk kemarin. Itu hal wajar."

"Ya itu wajar." Bin-Yoo setuju. "Tapi tidak semua orang bisa mewajari kesalahan orang lain."

Hoon-Ji mengerutkan kening, "Orang lain?" Dia terkekeh sinis. "Aku anak dari atasanmu."

Giliran Bin-Yoo yang tertawa sinis. "Memang." Dia mengangguk setuju, kemudian tangannya menepuk bahu Hoon-Ji. "Dan itu yang membuat kita hanya menanggap satu sama lain sebagai orang lain."

Setelahnya Bin-Yoo pergi, namun tangan Hoon-Ji lebih dulu menahan bahunya. Posisi mereka bersampingan, dengan arah berbeda.

"Baik kau tidak mau memaafkan-ku, tapi beri tahuku satu hal." Hoon-Ji berdesis, "Apakah di cafe, Hyun-Su berada di sana?"

***

Brukh!

Hyun-Su yang duduk di meja, hanya menatap datar Doyoung yang berlutut di depannya setelah Jeong-Han dan Hwan-Ju mendorongnya masuk ke dalam gudang. Lelaki Cha itu turun dari atas meja, membuang asal permen di mulutnya.

Hyun-Su berjongkok, kemudian menampar pipi lelaki di depannya dengan kekehan kecil. "Mau tau sesuatu? Sebuah kisah menyakitkan, tentang kematian puluhan orang." Bisik lelaki itu membuat Doyoung gemetaran dengan mata terpejam kuat.

Hyun-Su tertawa kecil. Dia mengusap rambut Doyoung pelan. "Di panti asuhan, ada satu anak kecil. Malam itu, semuanya sedang tertidur setelah selesai makan bersama."

Pelan-pelan Hyun-Su mengeluarkan pisau lipatnya dari dalam saku, kemudian menggoreskan bilah pisau ke selangka Doyoung. Sedang lelaki itu hanya diam, pandangannya kosong.

"Malam itu mereka kira akan baik-baik saja. Mereka kira, besok akan terbangun di pagi hari. Mereka kira, mereka akan bertemu, bermain dan bersama yang lain kembali. Namun," Hyun-Su menggantung ucapannya dengan senyum miring, juga tangan yang mulai ancang-ancang menusuk tengkuk belakang Doyoung. "Satu anak kecil itu justru―"

Brak!

Hyun-Su menatap datar Hoon-Ji yang berdiri di sebelah pintu. Lelaki Park itu mendekat, kemudian menarik kerah baju Hyun-Su dan menghajarnya kuat.

"Sialan! Kau mau membunuhku?!" Teriak Hoon-Ji marah, terus memukuli Hyun-Su yang terbaring di atas lantai.

Lelaki Cha itu tertawa kecil. "Apa yang ku lakukan?"

Hoon-Ji mengeram marah. Kemudian ketika dia hendak memukul Hyun-Su, dirinya lenih dulu di tarik kemudian di dorong menjauh. Hyun-Su berdiri, mendekati Hoon-Ji dan menarik kerah lelaki itu agar bangun.

"Aku hanya berfikir, jika hatimu perlahan akan kembali. Kau tau, aku tidak suka kau kembali seperti dulu." Hyun-Su menepuk pelan puncak rambut Hoon-Ji. "Kau tidak boleh kembali, Park Hoon-Ji."

Kemudian Hyun-Su kembali menegakan punggung dan pergi ke Doyoung yang menangis tanpa suara dengan kepala tertunduk. Hyun-Su tersenyum miring. Dia berjongkok, kemudian mendekat dan memeluk lelaki Kim itu.

Jleb!

"Anak kecil itu membunuh semua yang ada di panti asuhan dengan tangan kecilnya yang memegang pisau lipat."

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang