CHAPTER 1 : HELP

1.9K 249 1
                                    

Inspiration of song Avenged sevenfold 'nightmare' 2010

and this.. my favorite lyric..

You should've known the price of evil
And it hurts to know that you belong here, yeah
No one to call, everybody to fear
Your tragic fate is looking so clear, yeah
Ooh, it's your fuckin' nightmare.

***
Oh.. oh.. ini.. mimpi buruk-mu..

"Hah!" Doyoung terbangun dari tidurnya. Nafasnya memburu dengan tegukan Saliva berulang kali mencoba menetralkan rasa takutnya.

Kepala lelaki Kim itu menggeleng pelan. Kemudian manik cokelatnya melihat ke arah jam  yang sudah menunjukan pukul 4 pagi. Ketimbang tidur lagi, Doyoung memilih turun dari kasur dan pergi ke meja belajarnya. Membuka buku tugas milik Jeong-Han, teman kelasnya.

Mata merah itu menatap ke arah kertas penuh rumus. Tangannya sibuk mencoretkan berbagai angka hingga satu halaman penuh usai ia tulis, Doyoung menutup bukunya dan kembali menatap jam di dinding.

Sudah pukul 04.30 AM

Lelaki Kim itu berdiri dari kursi kemudian berjalan ke arah kamar mandi. Melepas seluruh seragam sekolah yang berbecak darah, membuangnya ke tong sampah kemudian pergi ke shower, menyalakan fitur itu untuk membasahi punggungnya yang menggariskan luka dalam.

Doyoung meringis dengan kepala tertunduk. Ujung rambutnya menjatuhkan beberapa bulir air begitu juga dengan matanya, merasakan perih air saat mengalir di lukanya.

Kegiatan perih itu selesai. Doyoung keluar dari kamar mandi, pergi ke lemari, mengambil seragam sekolah yang memiliki stok banyak. Lelaki itu memakainya kemudian tubuhnya di balut juga dengan rompi merah, warna yang selalu menemaninya.

Doyoung berdiri di depan cermin, memakaikan bedak untuk menutupi goresan luka di keningnya, pipinya, dan lehernya. Selesai itu, Doyoung memakai jam tangan guna menutupi luka gores di pergelangan tangannya.

Mata cokelat itu kembali menatap ke arah jam. Pukul 5.17 AM.

Lelaki Kim itu keluar dari kamarnya. Melewati ruang tengah yang gelap dan sunyi, pergi ke pintu. Ketika di luar, angin subuh berhembus mengenai wajahnya yang terbuka, memberikan rasa sejuk serta ciuman semangat untuk pagi ini.

***
Tepat di halte, Doyoung masuk ke dalam bus. Baru kakinya melangkah satu tangga, seseorang di belakangnya mendorong tubuhnya sampai keningnya menjeduk tangga besi.

"Lama." Decih laki-laki itu melangkah masuk ke dalam, melangkahi tubuh Doyoung dengan kaki jenjangnya. Diikuti oleh temannya yang tidak jauh tinggi.

Doyoung bangun, menutupi lukanya dengan tangan, kemudian masuk ke dalam bus dan duduk di tempatnya tanpa mengangkat kepalanya. Tudung Hoodie dia pakai, demi menutupi wajahnya.

Bus berhenti di depan gedung Shindongshin Inductrial High School. Sebuah gedung sekolah yang sempat terkenal karena sebuah boyband pernah melakukan syuting di sini. Namun tragisnya, sesuatu yang aneh sempat terungkap membuat sekolah ini memiliki rumor yang cukup buruk.

Doyoung melangkahkan kaki masuk ke dalam sekolah. Tatapan siswa ke arahnya seolah tidak sabar ingin menjadikan tubuhnya sebagai mainan mereka. Kepalanya hanya terus merunduk, dengan kedua tangan masuk ke dalam saku Hoodie abu-abunya.

"Kim Doyoung!"

Teriakan siswa itu membuat Doyoung menoleh ke belakang, kemudian sebuah bola basket terlempar ke arahnya dengan cepat sehingga keningnya kembali terkena menjadi sasaran hingga tubuhnya ikut terjatuh tepat di samping bola Oren itu.

"Good Shio!!"

Seorang lelaki bertubuh cukup kekar menghampiri Doyoung, melewati figur Kim Shio juga Yoo Hyuk-Jae

Tangannya terulur, di depan wajah Doyoung dengan senyumnya.

Kepala Doyoung sedikit mendongak hendak melirik dengan tudung Hoodie masih menutupi wajahnya. Lelaki itu dengan ragu mengulurkan tangan namun lelaki di depannya langsung memelintir tangannya sambil tertawa.

"Ah sial, apa kau tidak pernah tau niat buruk-ku?" Kekeh Hwan-Ju sinis, sembari memperkuat pelintirannya membuat Doyoung menahan tangisannya.

"So Hwan-Jun! Kemari!" Teriak seorang ketua OSIS dengan rekannya di sebelahnya. Hwan-Ju berdecih sebelum akhirnya berlari ke arah Kakak seniornya. "Pergilah ke ruangan taekwondo, seonsaengnim memanggilmu."

Hwan-Ju mengangguk sekali sebelum berlari pergi. Sedangkan Choi Hyun-su menatap lelaki berhoodie abu-abu tak jauh darinya dengan tatapan datar.

"Menurutmu, apa kita harus melaporkannya?"

Park Hoon-Ji menggeleng tidak perduli. Kemudian pergi kembali masuk ke dalam lorong sekolah, diikuti Hyun-su.

Sementara itu, Doyoung merundukan kepalanya sembari mencoba bangkit sendirian di tengah orang-orang yang berlalu lalang, berlarian di sekitarnya. Hanya menganggapnya sosok tak terlihat, Doyoung sudah bersyukur.

"Hai, mau ku bantu?"

Doyoung mengangkat kepalanya, menatap sosok laki-laki di depannya. Nafasnya tercekat, kedua tangannya terkepal dengan salivanya yang terus di teguk.

Sedangkan lelaki di depannya memberikan senyum lebar. "Hai.. Kim Doyoung."

Saat itu, Doyoung berlari pergi meninggalkan lelaki jakung itu yang menatapnya dengan tatapan kosong juga kedua tangannya masuk ke dalam saku. Namun hanya sedetik, senyumnya terukir manis namun memiliki kesan buruk.

Sampai kapanpun, kata bantuan adalah kata keramat bagi Kim Doyoung.

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang