CHAPTER 30 : PREVIOUS LIFE IV

788 92 11
                                    

"Kau.. serius tidak apa-apa?" Jeongwoo bertanya, menatap siswa di depannya yang meringis sakit sambil memegangi sisi perutnya. "Maafkan aku, kau jadi seperti ini karena aku.." ucapnya bersalah, merundukkan kepala.

Haruto menggeleng pelan. Bibirnya yang berwarna merah darah tersenyum kecil, dengan satu mata tertutup menahan sakit. "Aku tidak apa-apa. Lagipula.." Haruto menggantung ucapannya, matanya memperhatikan Jeongwoo yang tampak sangat menyedihkan, "Kenapa kau tidak melawan?"

Jeongwoo sedikit kaget mendengar ucapan Haruto. Melawan ya.. "Haha.. tidak mungkin aku melawan.." jawabnya pelan, dengan wajah miris. "Sialan itu terlalu menakutkan, aku tidak berani."

Haruto terkekeh, "Kau bukan tidak berani, tapi tidak percaya diri, ya kan?" Tebak Haruto dengan alis naik satu. Jeongwoo menegak salivanya, di pikir lagi, Haruto benar. "Kau merasa penampilanmu tidak cukup untuk melawannya 'kan?"

Jeongwoo tanpa sadar menganggukkan kepalanya, membuat Haruto tertawa dan menepuk bahu Jeongwoo. "Kapan-kapan ikut denganku." Katanya sambil berdiri dan merapihkan seragamnya yang keluar dan penuh debu kotor. "Terima kasih salepnya, aku pergi dulu." Pamit Haruto sebelum keluar dari kelas.

Jeongwoo berkedip, matanya tertuju ke arah pintu. Dia kagum. Setelah seniornya, Choi Hyunsuk, Haruto orang kedua yang berani menghalangi kebahagiaan Kim Doyoung.

"Jeongwoo-ya.."

Jeongwoo menoleh, menatap Junghwan yang juga menatapnya. "Ya?"

"Bisa temani aku?"

***

Koridor menjadi hening sekali. Doyoung lewat di antara mereka yang membisu, menahan nafas, dan menjaga bola mata mereka agar tidak menatap mata tajam itu yang menyala seperti api membakar. Mereka patung, di hadapan Kim Doyoung.

Dari ujung lorong, Ha Yoonbin berlari sambil membawa setumpuk kertas yang di tugaskan guru untuk di bawa ke ruang guru. Bersama Bang Yedam di sebelahnya, yang merupakan partner OSIS.

"Bin, bin!"

Yoonbin berhenti berlari mendadak, dia menoleh, menatap Yedam tidak paham. "Apa?" Tanyanya cepat, karena sudah kehabisan waktu. "Cepat katakan, rapat sebentar lagi."

"Kita lewat jalan belakang saja." Bisik Yedam dengan ekor mata memberi kode ke arah Yoonbin. Lelaki Ha itu menatap arah pandang Yedam, kemudian mendesis.

"Kelamaan! Mau di hentiin, yang perduli kita anterin ini cepat ke ruang guru." Balas Yoonbin tidak takut, dan lanjut berlari ke ruang guru, meski matanya melihat Kim Doyoung di depan. "Ah sial, dia menganggu saja."

Yedam di belakang, berdecak pelan. Dia berjalan perlahan. Sedangkan Yoonbin sudah berada di dekat jangkauan Doyoung. Baru saja Yedam menghela nafas lega karena Doyoung tidak melirik Yoonbin, tapi ternyata dugaannya salah.

Bruk!

"Kau berfikir aku akan membiarkanmu mengerjakan tugas guru?" Doyoung bertanya dengan wajah sinis, kemudian terkekeh sembari mengambil salah satu kertas dan merobeknya. "Tidak akan aku biarkan guru memantaskanmu sebagai ketua OSIS."

Setelah mengatakannya, Doyoung mengeluarkan pemantik dalam saku celananya dan membakar kertas yang berserakan di lantai. Yoonbin mengepalkan tangan, dengan cepat dia menghajar Doyoung dengan amarah meledak.

"Sialan! Jangan berfikir aku diam saja saat kau merusak apa yang aku kerjakan!" Bentak Yoonbin melayangkan pukulan, namun kaki Doyoung lebih dulu menyelengkat kakinya membuat Yoonbin jatuh kencang.

Doyoung berdiri sambil membuang ludah. Sorot matanya menghitam, dengan alis berkerut. "Hanya ada satu yang terbaik. Ku pastikan, kau tidak akan bisa menjadi apapun di masa depan, Ha Yoonbin." Peringat Doyoung sebelum melangkah pergi.

Yedam langsung menghampiri Yoonbin yang amarahnya masih mendidih. "Jangan hiraukan perkataan sialan itu. Lebih baik kita bereskan ini, dan berikan alasannya pada guru. Guru pasti mengerti." Kata Yedam, membereskan kertas berserakan.

Yoonbin membuang nafasnya kasar, dan membantu Yedam. Kedua pengurus OSIS itu pergi ke ruang guru, dengan perasaan yang gelap.

***

Kantin.

"Haha, pelan-pelan saja Hwan.." kata Jeongwoo terkekeh pelan, melihat Junghwan yang makan dengan cepat.

Mendengar itu, Junghwan langsung menggeleng cepat. "Aku tidak bisa perlahan memakannya," kemudian tatapan Junghwan beralih ke jam dinding. "5 menit lagi sialan itu masuk ke dalam kantin." Ucapnya sedikit tergesa, sambil terus makan di tempat makannya.

Jeongwoo mengangguk mengerti. Lelaki itu membenarkan kacamatanya dan kembali membaca buku yang dia bawa. Baru sedetik dia membaca buku, sebuah gebrakan pintu terdengar kencang memenuhi kantin. Jeongwoo menoleh ke belakang, dan mendapati seseorang yang dia hindari, masuk ke dalam kantin.

"A-ayo kita pergi.." bisik Junghwan.

Jeongwoo menggeleng, "Kalau kita pergi, justru kita yang di rundung sialan itu." Balas Jeongwoo berbisik juga. "Lebih baik kita diam saja, jangan sampai melihat ke arahnya." Usul lelaki itu di angguki Junghwan.

Doyoung masuk ke dalam kantin dengan satu tangan masuk ke dalam saku. Matanya memperhatikan seluruh murid di dalam kantin yang merundukkan kepala. Kemudian tatapannya fokus ke arah salah satu siswa.

tap. tap. tap.

Berdiri di belakang siswa itu, Doyoung mengukir senyum miring. Tangannya dengan cepat mencengkeram kuat rambut belakang siswa itu, "Habiskan kuahnya sekalian." Setelahnya Doyoung mendorong kuat kepala siswa itu sampai wajah siswa itu masuk ke dalam kuah mi.

Brak!

"Lepasin Junghwan."

Doyoung terkekeh, menoleh ke belakang dan mendapati Hyunsuk berdiri. Mata lelaki itu tajam, seolah akan mencabik Doyoung. Tapi Doyoung justru semakin mendorong kepala Junghwan semakin dalam, berhasil membuat darah Hyunsuk memanas.

Tap! Tap! Tap!

Bugh!

Setelah menonjok perut Doyoung, Hyunsuk hampir menendang lelaki Kim itu namun bahunya lebih dulu di tarik mundur. Hyunsuk memberontak kuat, dengan tatapan marah ke arah Doyoung.

"Sudah. Lebih baik bawa Junghwan ke UKS." Bisik Jihoon menenangkan. Hyunsuk mendecih, dan melepas kasar tangan Jihoon di bahunya dan pergi menghampiri Junghwan. Memapah adiknya keluar dari kantin.

Tapi―

Bugh!

"Kau fikir aku akan membiarkanmu pergi?" Doyoung tersenyum sinis dengan kakinya yang menginjak punggung Hyunsuk kuat. "Aku akan menyingkirkan orang sepertimu, Choi Hyunsuk." Ucap Doyoung sesaat sebelum dengan sadis, kakinya menginjak-injak punggung Hyunsuk berkali-kali.

Jihoon berlari menghampiri Doyoung, dan menarik Doyoung menjauhi Hyunsuk, namun tulang lututnya di tendang oleh Doyoung sampai terjatuh. Doyoung berdecih, menatap Hyunsuk dan Jihoon dengan sinis.

"Di sini, derajat-ku di atas kalian. Di hadapanku, kalian hanya budak yang tidak dapat melawan karena hidup di bawah kuasaku." Peringat Doyoung tajam, maniknya menatap Hyunsuk. "Dan kau.. aku akan mengurus-mu nanti."

Setelahnya Doyoung berdiri dan keluar dari kelas. Baru dia keluar, dirinya sudah di depan tubuh jakung Haruto yang menatapnya dengan tatapan arti yang sangat sulit di tebak.

"Sedang apa kau di sini?"

Haruto berkedip sekali, kemudian mengukir senyum tipis. "Aku ingin mengajakmu pergi, kau mau?"

"Tid―"

"Kau yakin?" Haruto mengerutkan keningnya, lalu tersenyum lebar. "Ini akan menyenangkan, kau akan menyukainya." Bisik Haruto di telinga Doyoung.

***

Baru sadar kalau beberapa kata hilang, maaf ya..

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang