CHAPTER 21 : DISAPPOINTED

713 129 25
                                    

"Olahraga hari ini, kita mulai dengan pemanasan. Kalian semua, siswa maupun siswi lari mengelilingi lapangan sebanyak 13 kali." Guru memberikan perintah, dan para murid itu hanya diam seolah tidak keberatan.

Pukul 05.30 AM KST, semua murid kelas 1 akan berolahraga. Sekitar 25 murid itu berlari mengelilingi lapangan yang memiliki luas setara dengan lapangan basket. 

Kim Doyoung, salah satu murid itu berlari di barisan belakang. Kesehatannya membuat kakinya lemas, susah untuk berlari. Belum lagi, sejak dua hari, dia belum mengkonsumsi makanan karena Haru belum mood memberinya makan.

Langkahnya mulai melambat, dengan nafas sudah tidak beraturan. Dia berhenti berlari, membungkuk dengan dua tangan memegang lututnya. Dia mengeluarkan nafasnya lewat bibir dengan buliran keringat jatuh dari pelipis.

"Kim Doyoung!"

"Y-ya sonsaengnim." Balas Doyoung spontan. Menegakan punggung di depan guru olahraga yang menatapnya datar namun tajam.

"Berhenti, tambah lari 5 kali."

"Saya minta maaf, tapi saya hanya berhenti sebentar."

"Saya tidak perduli. Sekarang lari 18 kali." Setelahnya guru itu pergi, dan berdiri di sisi lapangan. Menatap anak muridnya dengan tatapan datar, juga tajam.

Doyoung membuang nafas berat. Ketika dia berbalik badan, dirinya langsung berhadapan dengan Haru. Lelaki Lucifer itu mengusung senyum kecil terkesan licik, sebelum akhirnya menepuk bahu Doyoung. "18 kali berlari, cukup untuk-mu berakhir di UKS." Kekeh Haru berbisik, kemudian pergi.

Anak-anak yang masih berlari itu, tersenyum licik dengan seringaian puas. Doyoung merundukan kepala, menelan Salivanya kasar, sebelum berlari mengikuti barisan kembali.

Lari, terus berlari. Bahkan ketika nafasnya hampir berhenti, dadanya berpacu cepat mengeluarkan pasokan oksigen berlebihan demi mengimbangi aktivitasnya. Kakinya lemas, darah seakan tidak mengalir di kakinya. Keringat terus menetes jatuh ke tanah lapang, membasahi wajah pucatnya.

Brukh!

Karena terlalu lemas, kakinya sampai tidak memiliki tenaga untuk menahan tubuhnya. Doyoung jatuh ke tanah dalam keadaan tengkurap. Dadanya masih berdetak cepat, dengan nafasnya yang dia keluarkan lewat bibir agar lebih leluasa mengeluarkan karbondioksida.

"Dasar lemah, cih." Jeong-Han membuang ludah ke rambut belakang Doyoung sambil terus berlari. Hwan-Ju di belakang terkekeh licik, lalu menginjak lengan Doyoung sambil berlari.

"Hahaha sampah. Kau lemah, tidak bisa berbuat apapun. Hanya menangis, dan menangis. Menyedihkan."

"Kau tau apa persamaan-mu dengan comberan? Kotor, bau, menjijikan dan tidak ada yang menyukainya."

"Hahahaha sial,"

Lelaki Kim itu pelan-pelan bergerak. Mengangkat tubuhnya sendiri dengan kedua telapak tangan yang bertumpu di atas tanah. Dia bangkit, dengan luka baret di keningnya, juga darah yang menetes keluar dari hidungnya.

Lemas, pusing, sakit, lapar, haus, takut dan sendirian. Kim Doyoung ingin berlari dari sekolah ini, tapi Hyun-Su selalu membuat dirinya tidak bisa kemana-mana.

"Ya, kau akan terus diam di situ? Cepat bangun, dan lari kembali!" Sentak seorang perempuan dengan kernyitan tajam di keningnya.

Doyoung bangkit perlahan. Dia mulai berlari kembali, dengan tangannya yang mencengkeram kuat dadanya. Rasa sesak ketika jantungnya kembali bekerja cepat untuk menyeimbangkan aktivitasnya. Begitu juga dengan ginjalnya, terasa perih terlebih saat dia berlari membuat rasa nyerinya tidak dapat di tahan.

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang