Pt. 14 - About Him

2.7K 511 556
                                    

Hai atsi....

Apa kabar?

Aku saranin sebelum baca bab ini, kalian harus tarik napas. Kalau bisa sih ya, minum air dulu.

Gak mau tau ya aku. Pokoknya vote harus tembus 135 + komen 350. Gak tembus, aku gantungin kalian selama seminggu.

Udah ya itu ringan banget. Gak banyak itu mah.

Ayok, kalian pasti bisa. Siders juga bantu vote kalo gak tau mau komen apa.

JANGAN JADI PEMBACA GELAP TERUS!

Hehe, oke oke santai.

Selamat membaca.

.

.

Seharian ini Sohyun tidak keluar dari kamar, kerjanya hanya menonton acara di televisi, membaca buku, atau duduk di tepian jendela kamar.

Pikiran-kiran yang dulu sempat hilang, kini hadir kembali. Datang satu-persatu hingga membuat Sohyun kembali tertekan.

Gadis itu bertanya-tanya.

Kapan ia akan bebas?

Kapan ia kembali ke rumahnya yang ada di Seoul?

Dan kapan ia bisa menikmati hari-harinya seperti gadis yang lain di luar sana?

Rasanya sangat mustahil. Sohyun membenci takdir hidupnya yang berakhir setragis ini. Padahal, dulu Sohyun sempat menulis tiga impiannya. Semua itu ia tulis pada papan yang ada di atas meja belajarnya.

Sohyun ingin menikah, tapi harus dengan pria yang ia cintai.

Sohyun ingin mengelilingi dunia, tapi harus bersama pria yang ia cintai.

Sohyun ingin memiliki anak, tapi harus bersama dengan pria yang ia cintai.

Namun, mimpi-mimpi itu hancur ketika sang ibu mengajaknya berlibur ke kota Gidae. Anehnya, waktu itu Sohyun sangat bersemangat karena ia tahu Gidae pasti sangat indah. Sohyun bahkan tidak curiga sama sekali.

Sayangnya Sohyun baru sadar, bahwa ia telah melakukan kesalahan terbesar dengan mempercayai perkataan ayah ibunya.

Gadis itu datang ke kota ini dan tak pernah kembali lagi ke Seoul.

Lamunan itu mungkin akan terus berlanjut jika saja pintu kamarnya tidak diketuk. Sohyun yang duduk di tepi jendela kamar, hanya diam.

Nara masuk ke dalam kamar. Membawa sepiring kue kering dan segelas teh untuk Sohyun. Hal wajib sore hari yang tak boleh terlewatkan.

"Apa yang sedang Nona pikirkan?" Nara meletakkan nampan ke atas meja. Ia memperhatikan Sohyun.

Gadis itu menghela napas berat. "Aku ingin pulang. Rindu ayah ibu, dan juga kakak-kakakku."

Untuk beberapa saat, Nara hanya diam. Setiap kali bertanya, jawaban Sohyun itu-itu saja.

Dulu, Nara juga pernah merasakan rindu yang amat dalam ketika ditinggal kedua orangtuanya. Saat itu kehidupan Nara tidak seperti Sohyun, gadis itu beruntung karena dinikahi pria kaya raya. Sedangkan dirinya harus bekerja menjadi seorang pelayan di usianya yang masih belasan tahun. Waktu itu Nara masih sangat muda dibanding Sohyun.

SIR KIM [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang