BAB 22 | Berlutut

8 1 0
                                    

22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22. Berlutut.

Cakra berjalan pelan ke arah Ale, saat Dika dan Rigel ingin berdiri di depan perempuan itu untuk melindungi Bu bos nya tetapi malah ditahan oleh Ale.

Cakra berhenti di depan Ale sekitar 7 langkah lagi. "Kita duel! Siapa yang kalah harus berlutut!" ucap Cakra dengan senyum sinisnya. Ale mengangguk pelan sembari menatap remeh Cakra yang lebih tinggi 13 cm darinya.

"Kita aja yang lawan ya, Al," pinta Rigel di balas dengan gelengan oleh Ale. "Gue aja, janji ngga bakal luka!" ucap Ale serta tersenyum menatap satu persatu ke 5 cowo itu.

Ale berhadapan dengan Cakra yang tersenyum remeh. Tiba-tiba Ale di tonjok bagian pelipisnya membuat para anggotanya menggeram marah.

Gara dan Verga mendekati Ale. "Gue ngga papa, baru permulaan," ucap Ale menahan Verga yang ingin menonjok Cakra.

Mereka kembali ke tempat semula dan menatap khawatir pada Ale. Perempuan itu memejamkan mata, meredam emosinya agar tidak meluap. Cakra hendak menyerang Ale tapi dengan cepat Ale menangkis dan langsung di balas dengan tonjokan di sudut bibir Cakra.

Bugh

Cakra kembali menyerang Ale dengan sigap dia mengelak. Adu jotos itu berlangsung hingga saat Ale menendang perut Cakra hingga laki-laki itu mundur beberapa langkah. Ale berjalan cepat menuju Cakra dan langsung menonjok rahang Cakra.

Bugh

Bugh

Ale menonjok rahang Cakra sebanyak 2 kali lalu dilanjutkan dengan memelintir tangan Cakra saat ingin membalasnya membuat Cakra merintih kesakitan.

"Aww... Lepas!!"

"Lepas!! Gue bilang lepas anjing!!" ucap Cakra emosi menyebabkan Ale mengencangkannya. Perempuan itu menatap Cakra dengan senyum miring. Senjata makan tuan akan segera hadir.

Kreek. Suara tulang tangan Cakra terdengar dan Ale langsung menghempaskan nya. Cakra membalikkan badannya, menatap Ale dengan raut permusuhan. Sedangkan Ale menatap Cakra dengan senyum smirk.

Ale mengalihkan pandangan ke arah anggotanya yang sedang memandang dirinya dengan senyum bangga. Gara lantas berlari dan memeluk Ale erat di susul oleh 4 cowo itu. "Le..pas.. Gue engap!" tutur Ale berusaha untuk melepas pelukan itu.

Setelah terlepas Dika memeriksa kondisi Ale apakah terluka cukup parah. "Gue ngga papa Dika!" cakap Ale dan memberhentikan tangan Dika yang sedang mengelus lebam yang berada di pelipis Ale. Dika mengangguk lalu menjauhkan tangannya.

"Kita pulang aja yaa?" tanya Verga meminta persetujuan dari sahabatnya.

Gibran sedikit menyesal karena idenya, Ale menjadi terluka. "Iyaa, kapan-kapan aja kita ke sana," setuju Gibran dan diangguki oleh yang lain.

AleEsta | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang