BAB 23 | Ngambek kok bilang-bilang

4 2 0
                                    

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23. Ngambek kok bilang-bilang

Selesai dengan makanannya, Ale dan para anggota nya mulai menaiki tebing. Panggilan video dengan Esta sudah terputus dan Ale juga sudah menceritakan kejadian tadi secara rinci.

"Wow!! Bagus banget," ucap Rigel saat sudah sampai. Pemandangannya sangat indah dan udara juga sangat segar. Angin berhembus sedikit kencang membuat anak rambut Ale yang tak terikat terbang kesana-kemari.

"Igel! Fotoin gue cepet! Nih ponselnya," ucap Gara dengan menyerahkan ponselnya pada Rigel dan mundur beberapa langkah lalu bergaya untuk di foto.

"Ck! Males," ucap Rigel lalu mengembalikan ponsel Gara dengan melemparkannya untung saja Gara berhasil menangkap ponselnya itu. Gara mendelik dan menggeplak kepala belakang Rigel membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan.

"Lemah!" cibir Gara lalu menjauhkan dirinya dari Rigel. Verga dan Dika tertawa karena hal itu.

Ale menatap pemandangan itu dengan senyum mengembang. "Coba aja Ara ikut pasti bakal heboh banget," gumam Ale dan terkekeh sendiri membayangkannya.

Ale menoleh ketika di panggil oleh Gara, melihat laki-laki itu mengarahkan kamera ponselnya pada dirinya, Ale langsung tersenyum kecil.

"Cantik," komen Gibran yang melihat hasil foto itu bersama Gara.

Gara tersenyum lebar. "Jelass dong!! Bu bos siapa duluu!" ucap Gara bangga dengan menepuk dadanya sendiri. Ale yang melihat itu tertawa lalu mengacak rambut Gara itu. "Bisa aja lo gorong-gorong!"

Rigel menghampiri mereka. "Ada paralayang, lo pada mau naik?" tanya Rigel sembari menunjuk tempat paralayang itu berada.

"Ayo!" ucap Dika di setujui oleh yang lain.

"Mau naik juga?" tanya Verga kepada Ale di sela perjalanan mereka menuju tempat itu.

"Iyaa," jawab Ale agak ragu terlihat dari raut mukanya yang sedikit takut membayangkan yang terjadi diatas sana.

"Kalo takut nanti bareng aja sama salah satu dari kita." Tutur Verga. Ale menggeleng pelan. "Ngga usah," tolaknya.

Ale sedang dipakaikan pengaman oleh petugas di sana. Ia mengedarkan penglihatannya menatap Gibran yang sedang berlari kencang dan melayang dengan sempurna. Ale beralih ke petugas itu. "Sudah mba," ucap petugas lalu memastikan bahwa pengaman itu sudah terpasang dengan benar. Perempuan itu di beri pengarahan sebelumnya. Serasa sudah paham Ale mengangguk.

"Woo!! Igell!" teriak Gara saat Rigel berhasil melayang.

"Ayoo sekarang giliran mas,” ujar petugas itu kepada Gara yang masih fokus memperhatikan Rigel terbang dengan paralayang berwarna merah itu.

"Mas, ayo sekarang lari!" suruh petugas. Gara mengalihkan pandangan ke petugas itu. "Hah? Gimana?"

"Sekarang giliran mas," cakap petugas sabar.

AleEsta | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang