Aku berjalan ke arah mading yang berisi kertas putih lebar beserta isinya yang menerangkan kelas baru.
Dengan harapan tinggi, aku berdoa agar sekelas dengan Revo, eh? Kenapa aku berharap? Bukannya aku ingin segera melupakannya.
Banyak kerumunan orang di depan mading, melihat Salsa yang sedang menengok madong di paling depan, aku berteriak dari belakang dengan tidak tau malu. "SAL, CARIIN NAMA GUE,"
Salsa mendelik tajam dari arah depan, seolah memberi tatapan. 'jangan-bikin-gue-malu-punya-temen-kayak-lo'. aku nyengir tanpa dosa walau tau dosa ku itu segunung jayawijaya.
Salsa keluar dari kemumunan orang itu sambil tersenyum sumringah. tadi sebel, sekarang seneng, dasar labil. "Gue sama lo sekelas, tapi Raka sama Revo di kelas lain, tapi mereka berdua bareng kelas."
Aku meloncat senang bagai ikan yang kehabisan air karena sekelas sama Salsa, sedetik kemudia aku melepas pelukanku dan menatap Salsa jutek. "bodo sih, apa peduli nya gue sama Revo?"
Salsa memutar bola mata. "sok gak peduli lo, Revo di embat orang baru tau rasa,"
Seketika, nama Liana teringat di benak ku. Aku menggeleng keras. gak, gak mungkin Revo move on secepat itu dari ku. gak mungkin kan gara-gara Liana dateng ke indonesia Revo langsung pindah hati.
Aku melihat dari kejauhan Raka datang menghampiri ku dan Salsa, lalu memasang wajah kecewa ke sahabat ku ini. yah.. kalian tau itu, mereka jadian, dan Raka kecewa gak sekelas sama pacarnya yang perfect.
"Yah... kita gak sekelas bep, kan aku gak bisa mesra-mesraan sama kamu lagi di kelas," ucap Raka terdengar menjijikan di kuping ku. lebih baik aku menjauh.
Dengan santai aku berjalan menjauh dari pasangan yang tengah berbunga-bunga padahal aku gak liat bunga diantra mereka sebenarnya. dari arah kanan ku, sekumpulan cewe sok berkuasa sedang membicarakan sesuatu yang kedengaran jelas.
"Eh, ada anak baru tau gils, rambutnya pirang gitu, cantik, dan pastinya cocok buat gabung ke kelompok kita-kita,"
Aku menyerit heran. siapa? Ada anak baru? Ya, lagian apa peduli gue. rambut pirang? Kayak nya pernah liat anak rambut pirang deh. siapa ya?
Aku melanjutkan langkah ku masih memikirkan anak baru, akhir-akhir ini aku sering memikirkan sesuatu yang gak mutu. kayak sekarang mikirin rambut pirang itu sambil mengingat-ingat.
Sesuatu menghentikan pemikiranku ketika seseorang menarik pergelangan tangan ku dengan tiba-tiba dan membawa menuju lorong sempit yang sangat sepi.
Di culik? Lagian siapa yang mau nyulik aku? Dasar orang kurang kerjaan.
Saat ia membalikkan badan, aku membulatkan mata dengan tidak percaya. ya kali nyipitin mata. sontak aku tidak bisa memikirkan apa-apa selain melihat wajah nya yang saat ini sangat dekat jarak nya dengan ku.
Aku gelagapan ingin menghindar, tapi sungkan. jadi aku harus gimana?
"Re-Revo!" Mendadak aku memanggil namanya entah karena apa dna maungomong apa. udah mendadak, pake kenceng lagi suaranya. makan dah tuh malu.
"Ya?" Jawabnya masih dengan jarak dekat. aku merona seketika, bisa juga di bilang salah tingkah. memalukan.
Revo terkekeh lalu menundurkan wajahnya dan mengacak rambut ku. membuat rona merah ku semakin menjadi. aku gak bisa bersuara, terlalu memalukan ia melihat wajah ku merona.
Argghhhh. kalau kayak gini gimana cara aku ngelupain dia? Shit.
Revo menatap ku dengan tatapan tajam, membuat udara di sekitarku menghilang di telan tembok yang sempit ini. dan aku terasa sesak saat ini. Kenapa dia bisa merubah ekspresi wajah dengan cepat nya sih?! Kan aku bingung buat ngertiin dia. ish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transfrom a cold soul
RomantizmMemadamkan api itu sulit. Apalagi jika sudah mulai membesar. Same as you, merubah kamu itu sulit. _______________________________ LAGI DALAM MASA DI EDITING AGAR LEBIH NYAMAN KETIKA DIBACA. Sumpah ini alay se alay alay nya. Ga boong.