Chapter 14

16 1 2
                                        

Suara dering ponsel terdengar dari meja kerja milik Gavin, sang pemilik ponsel berada di pantry ia bilang akan membuat kopi untuk menghilangkan kantuknya siang menjelang sore hari ini.

Shafira yang berada cukup jauh dari meja Gavin hanya menoleh ke arah sumber suara tanpa bisa melihat siapa yang menelpon.

Gavin datang dengan kopi di tangannya, Sean angkat suara masih dari seberang mejanya. "Ada yang nelpon, vin."

"Hah, siapa?." Gavin melangkah lebih cepat ke arah mejanya lalu memeriksa siapa yang baru saja berusaha menghubunginya.

Aiden. Nama Itu yang tertera di layar ponselnya, Gavin segera menelpon balik Aiden, sembari berjalan keluar ruangan. Bahkan Gavin masih membawa cup kopi di tangan sebelah kanannya.

Aiden memang sudah menghubungi Gavin sebelumnya, ia baru saja melesaikan kuliahnya di Belanda, ia berjanji untuk pulang ke indonesia dan menemui Gavin lebih dulu saat sudah sampai jakarta.

Gavin menangkap sosok pria muda yang kini sedang berdiri di lobi, masih dengan koper dan kacamata hitamnya Aiden yang berwajah tampan melambaikan sebelah tangannya ke udara.

Keduanya saling memeluk, kopi yang belum sempat Gavin minum kini sudah di sambar oleh sang adik. "Thank's for coffe.." katanya sembari mengangkat kopinya.

"Itu kopi gue..." Sambar Gavin, namun tetap saja ia tak sampai hati untuk mengambilnya kembali dari Aiden.

Sejujurnya, Shafira begitu penasaran dengan siapa yang Gavin hampiri. Shafira membuntuti Gavin sejak tadi, dengan beralasan turun untuk menenui klien.
Dari sudut kanan Shafira mencoba berpura-pura tak menyadari siapa yang baru saja Gavin temui, padahal Gavin sudah tahu bahwa Shafira membuntutinya.

Shafira betul-betul tidak mengenali Aiden pada awalnya, mungkin karena jarak yang cukup jauh. Juga perubahan penampilan dari Aiden, bukan hanya penampilan Aiden yang terakhir kali di jumpai Shafira masih duduk di bangku SMP itu kini sudah hampir setinggi Gavin, walaupun belum. Aiden juga kini terlihat sangat dewasa, bukan anak belasan tahun yang masih lugu seperti dulu. Bahkan Shafira sempat terkesima dengan wajah manis nan tampan milik Aiden.

Mata jeli Gavin menangkap Shafira yang kini masih berada jauh di belakang sana, merasa tertangkap Basah dengan sedikit ragu Shafira melangkahkan kakinya ke arah Gavin dan Aiden seolah tak terjadi apa-apa, Barulah dari jarak dekat Shafira betul-betul yakin yang kini di hadapannya adalah Aiden, "Aiden...." Panggil Shafira pada lelaki yang tingginya sudah melebihi dirinya.

Aiden sontak memeluk Shafira, "Kak Sasha..." Katanya mengusap pelan punggung Shafira.

Shafira melepaskan pelukannya lalu memegang kedua pundak kekar Aiden keras-keras, "Lo udah setinggi ini sen, entah berapa lama kita nggak ketemu." Ucap Shafira yang terdengar menyedihkan di telinga Aiden.

"I miss you so much, kak. Maafin Kak Gavin ya... Maafin gue juga."

"Ekhmmm, lo nggak meluk gue sen?." Sen, adalah bagian nama lengkap Aiden. Yakni Brian Aidensen.

"Lo, siapa ya?." Mendengar guyonan Adien, Gavin bersiap memberi hajaran kecil pada Adien.

"Stop, udah-udah mending ke atas yuk. Ngantin, makan dulu Sen."

"Boleh kak, tolong tunjukin jalannya ya Kak." Ucap Aiden lalu meninggalkan Gavin dengan koper besar miliknya, Sontak Gavin nyaris benar-benar menghajarnya kali ini.

.

.

.


"Vin, kayaknya keluarga lo punya garis keturunan yang baik yah." Ucap Kathryn yang kini sedang menopang dagunya memperhatikan Aiden yang sedang melahap makannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S H A F I R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang