"Sha, gue udah nemuin bukti buat lo." Ucap Gavin yang baru saja masuk kealam ruangan.
"Gue, udah dapet banyak foto dan video amatir semua wajah prlaku pembunuhan berantai." Lanjutnya.
Gavin menghampiri meja Shafira lalu memasangkan flashdisk pada laptop Shafira, ia menunjukan cukup banyak bukti yang baru saja ia dapat dari intel.
"Ini dia, dedi kusumo! Terakhir kali gue liat dia mukanya udah beda. Dia juga bilang kalau mukanya operasi karena kecelakaan."
"Kapan lo ketemu dia?." Tanya Gavin yang langsung menatap wajah Shafira.
"Minggu lalu..."
"Sendiriam?."
Shafira tak menjawab pertanyaan dari Gavin, ia membuang muka lalu mencopy data dari Flashdisk milik Gavin.
"Lo ketemu dia dimana Sha, sendirian banget?." Tanya Sean yang masih di mejanya.
"Malem yang mobil gue mogok di Tol..." Entah mengapa Shafira kali ini jujur pada Sean, namun jawaban jujurnya tadi membuat Gavin gelisah ia juga Gemash ingin sekali mencubit Shafira yang dengan beraninya menemui orang yang kini sudaH menjadi buronan tersebut.
Gavin juga gusar ia memijat pangkal hidungnya sedikit kencang sampai membuat bekas merah pada pangkal hidungnya. Ia berpikir apa yang harus ia katakan untuk tidak membuat seolah menyudutkan Shafira, "Next, kalau mau ketemu orang ajak salah satu dari kita." Ucap Gavin ia berharap ucapannya ini aman.
"Dedi kusumo itu sekarang udah jadi buronan Sha, sejak semalam. Sekarang banyak aparat yang nyari dia, tapi gue takin dia kabur ke luar negeri jauh sebelum semuanya kebongkar." Ujar Sean.
"Tapi gue berhasil mancing dia keluar kan? Akhirnya ketangkep sama intel foto nya lagi di Caffe itu."
Jawaban Shafira yang seolah menggap enteng pertemuannya dengan dedi kusumo semakin membuat Gavin gemas, ia bahkan langsung membuang muka ketika Shafira menyelesaikan ucapannya. Gavin kembali pada kursinya, ia kesal dengan sikap ceroboh Shafira.
Sementara di seberang meja milik Gavin, Sean dapat menangkap ke gelisahan dari Gavin, Sean juga tersenyum membiarkan Gavin gelisah.
"Oh iya, Yan. Gue denger-denher katanya tuntutan klien lo di tolak ya sama pengadilan?." Tanya Bastian.
"Iya, gue udah paling males kalau mainnya pake suap-menyuap duit."
"Emang Jaksa sama Hakim nya di suap lagi?." Tanya Kathryn yang menekankan kata (lagi) pada ucapannya tadi. Sebab, sering kali Kejadian suap terjadi pada pengadilan negeri ini.
Sean mengangguk sangat yakin, "Pasti, soalnya pihak sana nggak punya bukti banyak. Dan lo juga tau gue nggak pernah mau sembarangan ngambil kasus, Klien gue udah di tipu sama tersangka milyaran juta karena bisnis tapi karena dia banyak duit dan nyuap Jaksa sama Hakim, ya tentu gue kalah."
"Lo nggak pernah kalah Yan..." Tambah Kathryn menyemangati Sean.
"Klien gue malah balik di tuntut atas pencemaran nama baik, padahal bukti udah banyak kalau tersangka rmang bener-bener nyelundupin uang bisnis, kerjaan gue banyak kalau gini, gue juga harus ngusut Jaksa sama Hakim biar terbukti kalau mereka di suap."
"Gue bantu cari bukti." Gavin yang kini sudah berdiri di sebelah sean dan menepuk pundak Sean.
"Thank you, guys!."
"Kan udah gue bilang lo jadi jaksa aja."
"Sean terlalu baik dan adil, dia nggak pernah di terima jadi jaksa..." jawab kathryn menjelaskan pada Bastian.

KAMU SEDANG MEMBACA
S H A F I R A
ChickLitini kisah kehidupan para advokat muda yang berjuang untuk menyelesaikan misi setiap hari nya bertemu dengan kasus-kasus unik yang melelahkan, salah satu nya Shafira, ia memutuskan menjadi seorang pengacara sejak usia nya dua puluh empat tahun lalu...