Jingga mengira Lazuli bercanda. Karena hari Minggu, usai salat subuh ia tidur lagi tapi kali ini ia dibangunkan oleh Pinggala lebih cepat satu jam dari jamnya bangun.
"Aduh, subuh-subuh bakul bakso belum buka kali, Masnya," gerutunya. Ia keluar kamar masih muka bantal meski sudah disemprot face mist.
Lazuli yang menunggu di ruang tamu dan melihat Jingga masih dengan piama dan kerudung rumahan tertawa. "Cari sarapan yuk, Mbak?" ajaknya.
Jingga menyipitkan matanya menatap Lazuli galak. "Nggak mau!" Ia pun berbalik masuk kamarnya lagi.
"Yah, cowok ganteng ditolak," sahut Lazuli sambil terkekeh.
"Yuk, sarapan di sini aja. Mas Hazel masak nasi goreng nih. Kegiatan wajibnya masak sarapan kalau libur," ajak Pinggala. "Aku bangunin bungsu dulu ya?" Ia pun mengetuk pintu kamar Jingga menyuruhnya keluar untuk sarapan bersama. Kalau menu selain nasi goreng, memang dibiarkan tapi kalau nasi goreng, Jingga minta dibangunkan tepat waktu begitu matang.
Setelah itu Pinggala ke dapur mengambil piring yang disusul Hazel membawa wadah berisi nasi goreng untuk dibawa ke ruang tamu. Meja makan mereka minimalis sehingga mustahil menyuruh tamu ikut bergabung di belakang.
Begitu semua siap, Jingga keluar dan langsung ke kamar mandi sebelum bergabung sarapan dengan yang lain di ruang tamu.
"Sleeping beauty akhirnya bangun juga," komentar Lazuli jail.
"Malesin hih!" cetus Jingga kesal.
Bukannya tersinggung, Lazuli malah tertawa.
"Kayaknya kalian kalau bersama ribut deh," komentar Pinggala.
Lazuli kembali tertawa. "Mbak Pinggala nggak usah khawatir. Saya ini pawang segala hal. Aman kok."
"Iya, kalau kamu macem-macem tinggal dicantelne nang prop," sahut Hazel setengah mengancam setengah bercanda.
"Prop?" ulang Pinggala.
"Propeler. Baling-baling pesawat." Lazuli menjelaskan. "Mas Hazel serem ah "
"Ya lebih bagus daripada dilempar dari herky tanpa parasut," kata Hazel santai.
Lazuli pura-pura memekik takut dengan ekspresi yang hiperbola. "Free fall saja nggak gitu, Mas."
"Iyalah demi adinda tersayang," ujar Hazel.
"Siap. Apa kabar yang kemarin?" tanya Lazuli sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
"Dah mabur wusss kebawa angin," celetuk Jingga dari hati.
"Cieee ... "
"Rasanya aku pengen kuncir itu mulut kok ya enteng bener," sewot Jingga sebal.
"Yuk ah, buruan makannya, kita jalan-jalan," suruh Lazuli.
"Dih, merintah. Situ siapa?"
"Pangeran kodok. Yuk ah, biar seger nih."
Jingga memutar kedua bola matanya malas. "Lah, bukannya situ tadi habis subuhan lari keliling komplek?"
"Cieee ngintip ya?" goda Lazuli sambil kembali menaik-turunkan alisnya.
Sementara itu Hazel dan Pinggala hanya diam memperhatikan keduanya sambil menikmati sarapan mereka. Keduanya senang dengan kehadiran Lazuli meski untuk sejenak tapi bisa menghibur Jingga.
"Ish, lemparin ke prop beneran deh!" gerutu Jingga sambil menahan kesal hingga di ubun-ubun. Ia hampir saja melayangkan sendok ke arah Lazuli.
"Daripada gitu, gimana kalau bantuin saya dorong pesawat waktu test flight," sahut Lazuli yang selalu punya jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Jingga (Slow Update)
Fiksi UmumJingga tak pernah menyukai senja seperti Dewangga menyukainya. Baginya senja meski indah tapi kehadirannya hanya sebentar dan berganti malam gelap, seperti hatinya yang merasakan keindahan sesaat kemudian menggelap hingga Langit datang. Mampukah Lan...