Episode 2 : Awal Kisah

489 110 2
                                    

Sampai di kampung halaman pagi tadi, dia disambut tatapan tidak mengenakkan dari Windi, entah apa sebabnya, padahal mereka jarang bertemu dan jarang juga berkomunikasi.

Keluarga besar sudah berkumpul, tetangga juga banyak yang datang. Aroma makanan bahkan tercium sampai kedalam kamar karena akan ada syukuran sebelum pernikahan Windi dan Bagas beberapa hari kedepan.

Tema adat yang kental sengaja diusung karena keluarga keduanya berasal dari daerah yang sama.

Ketukan pintu membuat Wina urung membuka kopernya, ia memang sudah mengunci pintu sejak masuk karena tidak mau diganggu, kini... Bahkan saat ia belum sempat istirahat pun sudah ada saja yang mengetuk pintu kamarnya.

Raffan, si bungsu dari keluarganya menyerobot masuk dan langsung mengunci pintu kamar kakaknya.

"Aku perlu tanya sesuatu, penting!" seru Raffan, tapi ia masih menjaga suaranya agar tidak sampai terdengar keluar.

"Apaan? Capek tau dek, nanti sore aja...."

"Nggak... Kamu pernah ada hubungan apa sama Mas Bagas?" tanya Raffan dengan wajah serius.

Wina cukup terkejut Raffan menanyakan hal itu, "Kenapa?"

"Aku sempet denger Mbak Windi sama Mas Bagas ribut dan bawa-bawa nama kamu, kalian pernah ada hubungan?"

Wina tidak tau Windi mengetahui hal ini dari mana, yang jelas hubungannya dengan Bagas dulu terlampau singkat hingga ia tidak sempat memberitahu siapapun kalau mereka pacaran.

"Itu udah lama, 2 tahun lalu udah mau 3 malah... Lagian aku nggak ada kontekan lagi sama Mas Bagas," jawab Wina tenang.

Menjalin hubungan tidak ada yang salah kan? Memangnya ia akan tau kalau Bagas akan menjadi jodoh Windi?

"Trus gimana dong? Nikahan mereka tinggal beberapa hari lagi." Raffan mencemaskan banyak hal, ia tidak bisa menyalahkan Wina yang menjalin hubungan dengan Bagas, ia juga tidak menyalahkan Windi yang cemburu akan masa lalu Bagas.

"Ya gimana? Udah lewat masanya kan... Lagian, sumpah demi apapun, Aku nggak ada hubungan apapun sama Bagas lagi. Dia emang beberapa kali chat, tapi sama sekali nggak aku balas."

Wina menunjukkan room chat'nya dengan Bagas, yang berisi pesan-pesan bagas saja. Bahkan Raffan melihat ada 10 pesan yang belum dibaca, berarti memang Wina bahkan tidak membuka chat dari laki-laki itu sama sekali.

"Ya udah deh, nanti kalau Mbak Windi nanyain, mbak jelasin pelan-pelan aja, semoga dia ngerti."

Wina mengangguk setuju, walaupun hatinya cukup pesimis kalau Windi akan cepat mengerti, tapi kali ini saja, ia berharap Windi paham dan nggak merusak acaranya sendiri.

***

Seperti yang sudah diduga sebelumnya, Windi mengetuk kamar Wina tengah malam ini. Wina yang sudah setengah mengantuk hanya bergumam, entah yang diluar mendengar atau tidak.

Ditengah keremangan lampu, Wina melihat Windi memasuki kamar mengenakan baju tidurnya, kemudian duduk dibibir ranjang. Mereka bertatapan sebentar sebelum Windi menghela nafas dan Win bangkit dari tidurnya.

Kantuk yang sempat mendera, kini hilang tak bersisa.

"Aku udah denger dari Raffan kalau Mbak udah tau masa lalu aku dengan Bagas, tapi hubungan kamu bener-bener singkat, nggak ada yang perlu mbak Windi khawatirin," tembak Wina langsung. Ia tidak mau mendengar tuduhan-tuduhan tak berdasar Windi, dan lebih baik Wina langsung saja ke topik pernasalahan sebelum otak Windi melebar kemana-mana.

Windi masih diam saja, kepalanya menunduk dan menghela nafas sekali lagi.

"Tapi Mas Bagas kayaknya masih belum bisa lupain kamu, masih banyak foto kamu disimpan di laptopnya, aku juga nggak sengaja liat room chat kalian."

Wina langsung menyambar phonselnya yang sedang diisi daya. Ia lelah, ingin istirahat. Tapi masalah ini harus selesai malam ini juga.

"Chat-chat itu baru dibuka tadi siang, didepan Raffan, aku sama sekali nggak berminat untuk berhubungan lagi sama Mas Bagas, bahkan sebelum kamu kenalin dia sebagai Kekasih pun, aku udah sama sekali nggak ada apa-apa sama Mas Bagas," Tegasnya sekali lagi.

"Buktiin, Na... Buktiin didepan Bagas kalau kamu emang udah nggak ada rasa sama dia, biar dia sadar kalau yang akan dia nikahi itu aku, dan kalian akan jadi saudara ipar."

"Mbak... Aku.... "

"Wina... Tolong, mbak cinta sama Bagas, kalaupun masih bisa dibatalkan, mbak nggak mau pernikahan ini batal. Kamu... mbak yakin ada seseorang yang lagi deket sama kamu, bawa dia saat mbak nikah nanti. Tolong, Na."

***

Tidak mau ikuy repot dengan acara dirumah, Wina memilih melipir keluar, mencari udara segar di kota yang sudah lama ia tinggalkan ini.

Sudah 10 tahun lebih Wina hanya sekedar bolak balik ke tempat ini, jika sedang pulang pun ia lebih memilih mendekam dirumah, menghabiskan waktu dengan keluarga, kemudian kembali ke ibu kota lagi.

Dengan berbekal motor milik Raffan, bergerak ke salah satu rumah makan ternama dikota kelahirannya ini, sudah lama sekali tidak kesana dan Wina berharap rasanya masih sama.

Karena sendirian, Wina duduk disalah satu meja yang biasanya dipakai untuk dua orang saja. Menjalang sore begini, konsumen yang datang lumayan ramai, sehingga Wina perlu menunggu sedikit lebih lama untuk makanan yang ia pesan.

Rumah makan ini luas dengan berbagai meja yang bermacam-macam, mulai dari yang bisa digunakan khusus untuk pertemuan besar sampai yang hanya sekedar makan seperti dirinya.

Selesai memperhatikan sekitar, Wina menekuri instagramnya yang hanya berpengikut ribuan, itupun hanya orang-orang yang pernah kenal saja karena instagram pribadinya ia setting dengan model privasi. Wina tidak mau orang lain melihat-lihat atau kepo dengan kehidupan dunia mayanya.

Kursi didepannya ditarik, membuat Wina mendongak dengan cepat.

Wajah pria didepannya menunjukkan senyum kecil, dan tanpa permisi langsung duduk.

"Mas Risky ngapain disini?"

Reason To Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang