Episode 12 : Pertengkaran dan Pernikahan

506 139 4
                                    

Entah siapa yang memulai, Wina sudah duduk dipangkuan Risky, mereka sudah saling mencumbu sejak 2 menit yang lalu. Kancing baju tidur Wina sudah terbuka sebagian, bahkan kaitan bra yang kebetulan berada didepan sudah terlepas sejak semenit yang lalu.

Geraman rendah Risky terdengar mengancam, namun tidak membuat Wina takut.

Keduanya terhanyut dalam nafsu yang didukung oleh suara hujan yang menabrak jendela. Hawa dingin berubah panas saat keduanya hampir kehilangan kendali.

Wina tersentak saat mendengar suara bell yang dibunyikan, mereka sama-sama saling menjauh dan memperbaiki kondisi masing-masing.

Wina berantakan, ia memunggungi Risky untuk mengancing kembali kaitan yang sempat dibuka laki-laki itu. Ikatan rambut yang sempat kendur dia perbaiki sambil beranjak membukakan pintu.

Risky memejamkan matanya sambil bersandar dipunggung sofa, satu tangannya berada diatas wajahnya. Ia sedang berusaha keras mengatur nafsu yang sudah mencabai ubun-ubun. Untung saja, ada yang mengiterupsi sehingga mereka tidak kelewatan.

Risky hendak menuju kamar mandi saat Wina muncul dengan seorang pria yang sebenarnya ia kesal juga. Cara Bagas menatap Wina membuatnya tidak rela.

Dan kini, pria beristri itu jelas menatap Risky tidak suka. Pantas saja Wina mengizinkan Bagas masuk, ada Risky yang siap melindungi kalau laki-laki itu berbuat macam-macam.

"Sorry udah ganggu kalian," gumam Bagas setelah dipersilahkan duduk oleh Wina.

"Lo..."

"Mas, dia datang cuma buat jelasin apa yang sebenarnya terjadi sampai berperilaku kaya gini," potong Wina cepat, ia tidak mau kedua laki-laki ini berdebat dan membuat Bagas semakin lama berada didalam apartemen studio'nya, "Seperti yang mas Bagas lihat, ada mas Risky disini, kalau mau jelasin... Kita nggak bisa ngomong berdua, aku nggak mau timbul fitnah, apalagi kamu suaminya kakakku sementara aku akan menikah sebentar lagi."

Risky beranjak dari duduknya dan mengambil air minum dilemari pendingin dapur kecil milik Wina.

Apartemen ini kecil, Risky dapat melihat secara keseluruhan ruangan sehingga matanya dapat tetap memantau Bagas, dan ia masih mampu mendengar suara Bagas yang meminta maaf.

Wina berdiri seraya melipat kedua tangannya didepan dada, enggan duduk apalagi harus mengambil posisi disamping Bagas.

"Sorry, aku bener-bener minta maaf sama kamu. Tapi biarin aku tetep cinta sama kamu."

"Lo!" Risky siap melayangkan kepalan tangannya pada Bagas yang dengan tidak tau malunya mengakui kalau dia masih cinta pada Wina. Didepan Risky lagi!

"Mas..." Wina mencegah Risky yang sudah marah, rahangnya mengetat pertanda kalau dia sangat kesal pada pria beristri itu.

"Aku nggak bisa ngatur perasaanku bakal jatuh ke siapa, Sorry... Aku juga nggak mau hal ini terjadi!" seru Bagas frustasi, pria itu menyugar rambut dengan jemarinya.

"Kalau lo masih cinta dia kenapa nggak dari dulu lo perjuangin, brengsek! Lo bahkan nikahin kakaknya! Lo udah nggak waras, sialan!" balas Risky dengan nada yang tidak kalah tinggi.

"Mas Bagas kalau nggak cinta mbak Windi harusnya jangan nikahin dia dong!"

"Trus aku harus gimana, Win? Aku cinta kamu!"

Kali ini Risky benar-benar berang, ia menepis Wina yang memegang lengannya dan menonjok Bagas sebanyak 2 kali. Walaupun Risky tidak cukup jago bela diri, tapi pukulannya cukup kuat hingga Bagas tersungkur jatuh dari sofa.

"Mas udah, okay... Udah..." Wina menarik Risky yang kalap dan menangkup kedua pipi Risky agar menatapnya.

"Look at me, terserah dia cinta aku apa enggak, tapi aku nikahnya sama kamu, okay..."

"Tapi dia..."

Wina berjinjit dan mencium Risky, berharap tindakannya mampu meluruhkan amarah laki-laki itu.

Bagas yang melihat itu hanya mengusap wajahnya pelan. Sepertinya memang dia tidak punya kesempatan untuk kembali dengan Wina. Selain karena ia telah menikahi Windi, Wina juga telah menemukan pria yang mampu menjaganya, bahkan begitu posesif terhadapnya.

"Aku beneran minta maaf, Win."

***

Setelah tragedi pukulan malam itu, Bagas menghilang, bahkan ketika Wina kembali ke Solo untuk pernikahan pun laki-laki itu tidak muncul. Kata Windi, Bagas sedang ada perjalanan bisnis keluar negeri. Jadi tidak bisa menghadiri acara pernikahan Wina dan Risky.

Baguslah, jadi mereka tidak perlu bertemu dengan sumber masalah belakangan ini.

Akhir-akhir ini, Wina dan Risky kerap kali bertengkar karena Bagas. Apalagi ketika laki-laki itu sudah mengirimkan pesan dan Risky tidak sengaja melihatnya.

Wina bukannya tidak mau memblokir nomor Bagas, tapi laki-laki itu adalah suami kakaknya, keluarganya juga. Jika sesuatu terjadi, nanti pasti akan ada komunikasi yang harus dilakukan.

Tapi, Risky tidak mau mengerti. Akhirnya Wina memblokir nomor Bagas didepan mata calon suaminya itu, agar Risky lebih tenang dan pertengkaran mereka berakhir. Tidakkah laki-laki itu paham kalau mau bagaimanapun Wina tetap akan menikah dengannya?

Pagi ini, dirumah... Tenda-tenda telah dipasang, berbeda dengan Windi yang melakukan pernikahan di suatu hotel, pernikahan Wina dilakukan dirumah dengan sanak saudara yang ikut mengurusnya.

Sejak subuh tadi, Wina sudah dikamar untuk dirias, tidak ada yang boleh masuk kamar kecuali penting sekali.

Sampai pukul 7, make up perempuan itu berhasil terselesaikan, berikut dengan hiasan dikepala dan kebaya semi modern berwarna putih pilihan Wina dan disetujui oleh Risky.

Pukul setengah 8 nanti, akad akan dimulai, ia masih berada dikamar dengan jantung yang bertalu.

Wina belum mencintai Risky sepenuhnya, tapi pria itu mampu membuatnya nyaman beberapa bulan ini. Baginya itu sudah lebih dari cukup sebagai bekal awal mereka untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama.

Saat Wina diminta keluar, matanya langsung bertatapan dengan Risky yang sudah siap mengenakan beskap berwarna putih yang sepasang dengan kebaya yang digunakan.

Auranya berbeda.

Dan Wina... Siap mengabdi pada Risky sebagai Istrinya.

Reason To Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang