Selepas petang, Wina mendapati sebuah email yang ditujukan kepadanya, tanpa subjek.
Email itu berisikan cerita singkat yang mampu menariknya pada sebuah ingatan yang telah tenggelam sejak lama. Bahkan Wina sama sekali tidak ingat kejadian itu pernah ada.
Hai... Win.
Maaf atas semua kebodohan yang udah aku perbuat, tolong sampaikan maafku juga ke suamimu.Kamu... Adalah orang yang sulit aku lupakan padahal kamu nggak berbuat sesuatu yang menakjubkan.
Kamu cuma nolongin aku karena aku ceroboh dan hampir keserempet motor, bukannya menasehati, kamu malah marah dan maki-maki aku.Saat itu juga, aku suka sama kamu.
Ketertarikan itu ku kira hanya karena kamu udah nolongin aku, tapi enggak.
2 tahun setelahnya, kita ketemu dan akhirnya kenalan, kayanya kamu lupa sama aku, aku berjuang buat ngedapetin kamu walaupun akhirnya kita cuma pacaran sebentar.Ku kira, aku udah terlalu banyak omong.
Sorry... Sorry banget karena kelakuan bodohku.
Mulai sekarang aku bakal coba lupain kamu dan jalani kehidupanku sendiri sama Windi.Sehat-sehat terus ya, Win... Salam buat Risky.
Wina sama sekali nggak ingat dengan kejadian yang Bagas ceritakan lewat email. Ia hanya ingat pertemuan pertama mereka hingga ketertarikan yang terjalin.
Jadi, sebelumnya mereka pernah bertemu? Alasan sereceh itu yang membuat Bagas berani menyakiti Windi yang sedang mengandung buah hatinya? Sangat... Tidak worth it, ya kan?
Wina mengerti kalau sebagian orang, masih menyimpan kenangan-kenangan kecil di ingatannya, tapi Bagas sangat tidak masuk akal menurutnya.
Wina menutup pesan email yang dikirimkan Bagas tanpa membalasnya. Biarkan saja, toh juga laki-laki itu sudah sadar kalau perbuatannya sudah sangat keterlaluan.
"Minggu depan, keluarganya Bayu mau dateng kerumah, kamu udah ada janji?" tanya Riski yang baru saja keluar kamar setelah mandi. Dia hanya mengenakan celana boxer rumahan tipis tanpa kaos.
Setelah melewati malam panjang bersama, Wina masih saja merasa malu jika melihat Risky berpakaian seperti itu.
"Belum sih,"
"Nanti Sinta paling bakal minta bantuan kamu buat ngurusin acara pertunangannya, soalnya banyak keluarga yang bakal datang, nggak kaya kita dulu, karena jauh jadi aku nggak bisa bawa banyak orang."
Wina mengangguk mengerti, ia belum pernah berinteraksi langsung dengan keluarga-keluarga Risky yang lain, tapi melihat ramainya grup keluarga Risky sore tadi membuatnya menyadari kalau keluarganya dan keluarga Risky sama besarnya.
Anak kakek neneknya banyak, sepupu-sepupunya kebanyakan perempuan, dan dengar-dengar Risky adalah salah satu cucu yang paling dimanjakan, mengingat dia adalah cucu laki-laki satu-satunya selama beberapa tahun sampai Wildan lahir.
"Kira-kira aku pakai baju apa?" gumam Wina seraya melihat koleksi gaun di butik langganannya, yang selalu up to date untuk masalah gaun acara formal.
"Sinta udah nyiapin seragam keluarga buat kamu, lusa udah bisa diambil di penjahit langganan keluarga."
"Kok..."
"Anak itu jelas tau ukuran tubuh kamu, yang milihin baju buat seserahan kan dia juga, pas kan?"
Riski mengambil posisi duduk disamping Wina, melempar asal handuk yang tadi dipegang untuk mengeringkan rambutnya yang basah, hingga terdengar decakan pelan keluar dari mulut istrinya itu.
"Han..."
"Nanti lah, nanti.... Jangan ngomel mulu," gumam Risky yang memeluk Wina dari samping. Ia membenamkan wajahnya diceruk leher Wina yang jenjang, kemudian merasa bersalah saat melihat bekas kemerahan di rahang istrinya.
Risky tidak mau membahas kejadian malam kemarin lagi, andai Wina tidak mencegahnya, ia pasti sudah menuntut Bagas karena pelecehan yang dilakukannya pada Wina, tapi... Perempuan itu malah memilih membiarkan Bagas dengan alasan tidak mau keponakannya memiliki seorang ayah kriminal nantinya.
"Kamu mau honeymoon kemana?" tanya Risky dengan suara yang sangat pelan. Ia sudah memikirkan, mungkin setelah pertunangan Sinta, mereka bisa pergi sebentar untuk melepas penat.
"Udah lah... Disini aja, toh honeymoon juga kegiatannya bisa dilakuin disini, cuma pindah tempat doang."
Wina tidak punya keinginan untuk honeymoon. Lagipula, setaunya dari teman-teman yang sudah menikah, mereka hanya akan melakukan hubungan suami istri seharian tanpa ada yang mengganggu. Bedanya dengan sekarang apa? Bahkan Wina dan Risky bisa melakukannya di sofa ini, di dapur, dimanapun jika mereka mau.
"Emangnya kalau honeymoon ngapain?" goda Risky yang tangannya sudah tidak mau diam.
Awalnya tangan laki-laki itu hanya bertengger diatas perut Wina yang tertutup daster terusan longgar dengan bahan yang lembut. Salah satu pakaian seserahan saat menikah.
Kemudian, naik dan berusaha membuka satu persatu kancing pengait yang ada didepan daster Wina yang dibiarkan saja oleh perempuan itu. Terserah Risky mau berbuat apa lah, mau dilarang juga percuma, Risky adalah pria yang pintar dalam membujuk seseorang dengan halus. Wina baru tau itu belakangan ini.
"Mas..." bisik Wina mulai terganggu dengan tangan besar Risky yang mulai menangkup salah satu payudaranya, Wina merasa tangan itu dingin, dan rasanya kontras sekali dengan hangatnya dada Wina yang tertutup bra dan daster sejak tadi.
"Hm." Satu ciuman di tulang selangkanya membuat Wina memejamkan mata. Seluruh tulangnya terasa sensitif dan Wina refleks membusungkan dada.
Godaan pria itu benar-benar... Membuat mabuk kepayang. Ia yang baru merasakan itu dari Risky dan agak terkejut. Walau perlahan Wina mulai terbiasa.
Mungkin sudah menjadi kebiasaan, Risky menarik Wina untuk duduk diatas pangkuannya, agar lebih mudah mengeksplorasi bagian dada dan leher Wina, dan tidak mau rugi karena masih mampu menikmati gesekan-gesekan kecil dibawah sana.
Riski harus berterimakasih pada seseorang yang menciptakan bra dengan pengait didepan, karena ia bisa dengan mudah melepaskannya tanpa harus melucuti pakaian Wina terlebih dahulu.
"Malam ini..."
"Hm?" Wina mulai tidak fokus karena yang ada dikepalanya hanya hasrat yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Apalagi sejak Risky mulai menarik Celana dalamnya dengan mudah dan melemparnya asal. Menggesekkan miliknya yang tegang diantara celah hangat dipusat tubuh Wina.
Demi apapun! Mereka masih diruang santai, televisi masih menyala, dan baik Wina maupun Riski masih mengenakan pakaian mereka. Hanyaa celana dalam yang sudah terlepas, sementara Risky masih mengenakan celananya dan hanya mengeluarkan miliknya agar lebih leluasa.
Rasanya terlalu sexy dan panas.
"Malam ini, kamu diatas."
-END-
Cerita ini memang singkat dan nggak banyak drama menurutku. Tapi aku cukup puas dalam menuliskannya walaupun sedikit keberatan karena harus berpisah dengan mereka dalam waktu singkat.
Apalagi, aku udah cukup lama nggak nulis cerita yang panjang, dan udah cukup lama juga kehabisan ide.
Aku hanya berharap kalian suka dengan cerita ini.
Untuk extra part, hanya ada 1 yang bakal aku up ketika part ini mencapai 75 vote.
See you di lain kesempatan.
Bye guys, love you 💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason To Marry You
RomanceWina dan Risky menikah karena alasan masing-masing. . . . Start : 7 Oktober 2021 Fin : -