Episode 5 : Gosip

448 119 2
                                    

Risky baru saja mengaktifkan phonselnya saat ibu tercinta manelfon. Ia sudah menghindar selama perjalanan bisnis dengan alasan sibuk, dan kali ini... Risky tidak punya alasan untuk tidak menjawab telfon ibunya.

"Iya, Bu..."

Pria berusia 32 tahun itu hanya mendengarkan omelan ibunya perihal ke'cuek-annya terhadap perempuan yang menjadi teman kencannya terakhir kali. Siapa namanya? Emma? Emmi?

Entahlah.

"Aku udah punya pacar, Bu... Nanti, nanti pasti dikenalin, duh..." gerutunya pada sang ibu diseberang sana. Risky terpaksa berbohong karena tidak mau lagi terus-terusan ditekan untuk perihal pasangan dan menikah.

Diumurnya sekarang, Risky belum terpikir untuk menikah, punya pacar saja belum, apalagi menikah. Lagipula umur 32 tahun itu belum terlalu tua dikalangannya, banyak juga teman-temannya yang sudah 35 bahkan 37 yang belum menikah karena sibuk mengejar karir.

"Iya, nanti aku bawa kalau ada pertemuan keluarga, udah dulu bu... Mau lanjut tidur, capek."

Setelah berpamitan dan mengucapkan salam, akhirnya sang ibu melepaskan anak laki-lakinya untuk istirahat sejenak.

Risky menggerutu berkepanjangan karena terpaksa berbohong. Dan demi apapun! Pertemuan keluarga yang diadakan rutin setiap bulan itu akan jatuh pada akhir minggu ini, yang artinya, Risky hanya punya waktu 5 dan maksimal 6 hari untuk mencari perempuan yang bisa dia ajak pulang.

Itu bisa dipikirkan nanti, yang paling penting untuk sekarang adalah tidur.

***

Ia tau, dengan tampang, relasi, juga tingkat kemapanannya, ia bisa dengan mudah menggaet perempuan yang bisa diajak kencan sementara, hanya untuk menghindari ibunya yang terus-terusan menjodohkannya tanpa henti.

Ini terjadi sejak seorang laki-laki yang datang kerumah melamar Sinta, adiknya yang kini sudah berusia 26 tahun. Sinta sudah seharusnya menikah, tapi keluarga, terutama orang tuanya tidak mau si bungsu melangkahi kakaknya, padahal Risky tidak masalah kalau Sinta menikah terlebih dulu dengan kekasih masa kuliahnya yang kini bekerja di BUMN.

Tapi, lagi-lagi ibunya melarang, kalau ia belum menikah, maka Sinta harus menunda sampai Risky menikah terlebih dahulu.

Adiknya sih tidak pernah mempermasalahkan, setiap ditanya, pasti jawabnya nggak papa, tapi Risky tau kalau ada sedikit kekecewaan yang Sinta rasakan, yang akhirnya membuat ia semakin terbebani.

Astaga!

Sepagi ini, harusnya Riski bisa tidur sesuai dengan apa yang ia rencanakan, tapi otaknya malah bekerja lebih keras.

Erangan keras menggema diseluruh penjuru apartemen yang tak seberapa besar itu. Risky bangkit dan mengacak rambutnya pusing, kemudian menyambar handuk untuk mandi segera.

Otaknya bekerja, memilih mana perempuan yang disodorkan ibunya, yang paling ia cocok dan kiranya pas untuk dijadikan teman hidup.

Sayangnya tidak ada. Belum ada yang cocok dihatinya.

Daripada galau berkepanjangan, lebih baik ia menghabiskan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.

Selesai mandi, Risky melihat beberapa pesan, salah satu diantaranya adalah pesan dari Wina, yang mengirimkan beberapa foto mereka diacara pernikahan kakaknya.

Walaupun menggunakan jenis batik yang berbeda, tapi mereka terlihat serasi walaupun tinggi badan Wina hanya sampai sebahunya, padahal Wina sudah mengenakan heels walaupun tidak terlalu tinggi.

Cakep dah, update di story ig boleh?

Balasnya.

Mereka dipaksa foto bersama setelah foto dengan mempelai. Bahkan Riski diajak foto dengan satu keluarga besar Wina untuk dijadikan kenang-kenangan.

Boleh. Balas Wina beberapa saat kemudian.

Pria itu segera membuka akun instagram pribadinya untuk memposting fotonya dengan Wina, dan tentu saja menandai perempuan itu juga.

Ia bahkan tidak berpikir kalau postingannya itu akan berdampak besar di beberapa jam kemudian.

***

Risky dan Wina, ditempat berbeda terkejut dengan banyaknya pesan masuk, bahkan mereka jadi trending topik di grup WhatsApp alumni yang biasanya sepi.

Foto yang diunggah Riski di akun sosial medianya di screen shot dan di post ulang di grup.

Bukan hanya grup alumni yang ramai, grup keluarga Wina juga masih memperbincangkan laki-laki yang dibawa Wina kemarin a.k.a Risky.

Selain itu, Risky juga mendapatkan telfon dari ibunya yang menanyakan apakah difoto itu, Risky dengan kekasihnya atau bukan.

Walaupun sudah menghapus fotonya di instagram, tetap saja, sudah terlalu banyak orang yang melihat, sehingga mau dijelaskan bagaimanapun orang-orang lebih ingin berasumsi, termasuk ibu Risky yang sudah sangat berharap sekali anaknya menikah ditahun ini.

"Ya udah, nanti coba Risky tanyain anaknya mau apa enggak, soalnya kami sama-sama sibuk, Bu."

Pria itu memijit kepalanya yang terasa sakit, ibunya masih ngeyel mengatakan kalau itu adalah kekasihnya, padahal Risky sudah bilang kalau ia dan Wina hanya sekedar berteman.

"Iya bu... Iya."

Setelah menuruti kemauan sang ibu, Risky berpamitan dan menutup telefon. Tangannya sudah membuka room chat'nya dengan Wina, siap mengetikkan pesan untuk meminta tolong kepada Wina agar memiliki sedikit waktu akhir minggu ini.

Risky sebenarnya tidak mau Membawa-bawa Wina masuk kedalam kehidupannya yang rumit gara-gara dipaksa menikah terus menerus. Tapi nasi sudah menjadi bubur, ketimbang memikirkan cara agar bubur kembali menjadi nasi, Risky hanya bisa menambahkan kuah, suwiran ayam, sambal bahkan kerupuk agar buburnya menjadi enak.

Setelah memikirkan kalimat yang akan disampaikan pada Wina lewat pesan, Risky hanya bisa menunggu. Bahkan ketika dua centang itu berubah menjadi warna biru, Risky masih menunggu.

Sekitar 3 menit, pesan dari Wina baru tiba, sedikit membuatnya tenang karena pertemuan kali ini, ia tidak akan dicecar untuk segera menikah atau setidaknya punya pacar.

Boleh, Mas.
Itung2 sebagai ucapan terimakasih krn udah bantu gw kemaren.

Reason To Marry YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang