Risky berjalan beriringan dengan Wina menembus tamu-tamu undangan yang bergerombol, saling menyapa satu sama lain. Perempuan itu tampak sesekali sedikit kesulitan mengenakan kebaya yang dibagian kakinya agak sedikit ketat.
Wina tampak anggun dengan pakaian tradisional yang sudah di rubah menjadi lebih modern itu, rambutnya disanggul rendah menambah ke-ayu'annya sebagai orang jawa. Make up yang tidak biasa membuat Risky menyadari kalau Wina cantik.
Resepsi ini mengusung tema adat jawa yang kental, ia melihat beberapa orang bahkan mengenakan pakaian yang sama dengan yang Wina kenakan, sepertinya memang seragam keluarga.
"Ke atas dulu, sebelum ketemu yang lain," kata Wina dan dijawab anggukan olehnya.
Risky mengekor saja dan membantu Wina saat menaiki tangga yang tak seberapa tinggi.
"Aduh, bawa siapa nih Win?" tanya ibu-ibu yang tidak lain adalah orang tua mempelai, sepertinya orang tua mempelai laki-laki, Risky tidak tau mana keluarga Wina, mana keluarga suami kakaknya Wina.
"Temen tante, selamat ya..." setelah bercipika-cipiki, gantian Riski yang menyalami mereka satu persatu.
Berbeda dengan sambutan sepasang orang tua tadi, mempelai laki-laki tampak membeku melihatnya dengan Wina. Kenapa? Laki-laki itu pasti tidak mengenalnya sehingga takut kalau makanan yang disediakan malah jadi tidak cukup?
"Selamat ya Mas Bagas, Mbak Windi, doa terbaik buat kalian."
Untung saja Wina sempat menyebutkan nama mempelai, sehingga Risky dapat mengulang kalimat yang sama.
"Siapa yang kamu bawa?" bisikan itu terdengar saat Wina memeluk Windi. Namun yang ditanyai malah menggeleng kecil dan melepaskan pelukan, berganti pada sepasang orang tua yang Sepertinya penasaran terhadapnya.
Orang tua Wina, tidak salah lagi.
"Siapa Win?" tanya ibu Wina dengan nada yang halus. Untung saja tamu undangan sudah mulai sedikit yang mengantri, sehingga tidak perlu terburu-buru.
"Kenalin, Ma.. Mas Risky, temen dari Jakarta."
"Hallo, tante... Saya Risky."
***
Kedatangan Risky yang dibawa oleh Wina tentu saja menghebohkan seluruh keluarganya, pasalnya Wina sama sekali nggak kelihatan akan menikah dalam waktu dekat. Mengenalkan langsung seorang pria diacara sakral keluarga tentu saja akan menjadi pusat perhatian.
Wina dan Risky berpisah setelah pria itu berbasa basi sebentar dengan keluarga Wina yang lain, kasihan juga pria itu ditanyai macam-macam sampai gugup menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan saudara-saudaranya.
Ia mengirimkan pesan permintaan maaf kepada Risky, juga berterimakasih karena sudah membantunya.
Windi tampak puas melihat Wina membawa laki-laki sesuai permintaannya, berbeda dengan Bagas yang terlihat masam, senyum yang ditunjukkan tampak tidak ikhlas.
Terserah lah, Wina enggan ikut campur, dia sudah membantu Windi, kedepannya itu bukan urusannya sama sekali. Bagas juga sudah lewat di belakang.
Lagipula, besok Wina sudah kembali ke Jakarta untuk memulai rutinitas, banyak pekerjaan yang menunggunya.
"Itu tadi pacar kamu?" tanya tante Susi pada Wina yang sedang menikmati kue basah lebihan.
"Temen aja, Tan... Kebetulan lagi disini, jadi aku ajak aja sekalian," jawab Wina jujur. Terserah yang berpikir kalau Risky itu adalah kekasihnya, toh juga mereka nggak akan ketemu Risky lagi setelah ini.
"Pacar juga nggak papa mbak, lagian udah umurnya nikah kok, trus Mas Risky juga ganteng, kayanya mapan, ramah juga, cocok lah sama Mbak Wina," sahut Meka, saudara sepupunya.
Enggan berkomentar lagi, Wina memilih menggedikkan bahu sebagai jawaban.
***
Pagi-pagi buta, Wina diantar ke bandara oleh supir keluarga karena orang rumah rata-rata masih istirahat, semalam juga ia sudah pamitan karena akan berangkat pagi-pagi sekali takutnya malah tidak bisa pamit karena masih terlalu pagi untuk beraktivitas.
"Makasih ya, Pak," ujarnya pada Pak Kamis yang sudah menjadi supir keluarganya selama bertahun-tahun.
"Sama-sama, Mbak, hati-hati nggeh..."
Wina mengangguk dan segera memasuki area bandara.
Sepagi ini, banyak orang yang berlalu lalang, mungkin memiliki tujuan yang sama dengannya, atau juga dengan kota tujuan yang berbeda.
Setelah mengurus semuanya, Wina menunggu seraya memainkan phonselnya, sampai sebuah pesan masuk, dan membuatnya menoleh.
Risku dengan senyum lebar duduk berjarak satu bangku dengannya sebelum kemudian berpindah ke sebelah Wina seraya menyeret koper.
"Kirain balik nanti, Mas."
"Niatnya nanti sore, tapi orang kantor mesenin tiket pagi ini, masih ngantuk padahal," katanya sambil menguap.
Berbeda dengan yang Wina lihat biasanya, kali Ini Risky hanya mengenakan kaos biasa yang tertutup jaket juga celana jeans panjang, tidak lupa dengan topi yang sudah bertengger dikepalanya. Risky terlihat berbeda, pantas saja Wina tidak mengenali pria itu sampai Risky mengirim kan pesan untuk menengok kearah kanan.
"Gimana orang tua? Udah nggak nanya-nanya masalah pacar lagi kan?"
Jadi yang Risky tangkap dari permintaan bantuannya itu karena menganggap orang tua Wina memaksa anaknya untuk segera mengenalkan laki-laki pada mereka? Sepertinya, orang tua Wina tidak se kolot itu. Atau belum, karena anak sulungnya baru saja menikah.
"Kayanya Mas Risky salah paham deh, bukan orang tua gue yang minta bawa pasangan apalagi disuruh cepet nikah," ujarnya jujur. Lagipula, itu bukan aib dan ia hanya merasa Risky harus tau alasan sesungguhnya Wina meminta bantuan.
"Loh..."
"Kakak ipar gue, Mas Bagas, itu mantan pacar gue 2 tahun yang lalu. Mbak Windi tau, makanya dia minta gue datang sama laki-laki supaya suaminya sadar kalau gue udah sepenuhnya move on dari dia."
"Ohh... Kirain, trus gimana sekarang?"
"Ya nggak tau... Lihat nanti aja deh."
----
Last update sampai aku kelar sama urusan kuliah.
Minimal akhir bulan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason To Marry You
RomanceWina dan Risky menikah karena alasan masing-masing. . . . Start : 7 Oktober 2021 Fin : -