Risky berharap bisa men-skip minggu ini, dan langsung hari senin saja. Setidaknya ia tidak perlu membawa Wina kedepan keluarganya. Tapi... Tentu tidak bisa, Risky tentu akan tetap membawa Wina sore ini ke kediaman kakek nenek'nya di bagian utara kota Jakarta untuk pertemuan keluarga.
Para sepupu, bahkan adiknya sudah berkali-kali mengirimkan pesan, menanyakan apakah dia akan membawa perempuan bernama Tiany Wina Sari itu atau tidak.
Gila kan... Bahkan saudara-saudaranya sudah mampu mendapatkan nama lengkap Wina dalam hitungan hari. Kalau ada orang yang menganggap perempuan kalau sudah penasaran, akan lebih jago stalking dari pada FBI itu benar adanya. Karena hampir semua sepupunya perempuan.
Risky sudah mengirimkan pesan pada Wina, akan menjemput wanita itu pukul 2 siang agar mereka bisa berangkat lebih awal. Alamat yang diberikan Wina tentu saja cukup dekat dengan apartemennya.
Perempuan itu juga tinggal disebuah apartemen, hanya berbeda beberapa tower saja dengannya.
Pesan yang baru saja Risky terima membuatnya lebih mudah, Wina mengatakan kalau ia sudah siap dan akan turun ke loby, jadi Risky tidak perlu menunggu lagi.
Satu point plus lagi untuk Wina.
Dari kejauhan, pria itu melihat Wina sudah menunggu, mengenakan dress semi formal sederhana dan flat shoes yang pas dengan dress yang dia kenakan. Rambutnya juga digerai biasa, dan yang lebih penting Wina tidak menggunakan make up secara berlebihan.
Bahkan, wanita itu tidak terlihat sudah berusia 29 tahun, tampak seperti anak kuliahan, apalagi postur tubuh Wina cenderung mungil, membuatnya tampak lebih muda beberapa tahun.
"Mampir dulu ya, Mas... Mau beli buah sama ambil pesanan kue di temen gue," kata Wina saat memasuki mobil Risky, kemudian memasang seat belt sebelum Risky menjalankan mobil membelah jalanan ibu kota yang ia yakin agak sedikit macet.
"Nggak usah bawa apa-apa juga nggak papa kali, Na. Jadi ngrepotin lo kan, padahal gue yang minta tolong."
"Ya masa gue nggak bawa apa-apa, pacarannya emang pura-pura, tapi nama gue juga jangan dipertaruhkan dong, Mas," gerutu Wina menjawab.
Wina segera memberi arahan pada Risky, dimana mereka akan mengambil pesanan kue. Pria itu manut-manut saja saat mobil memasuki area perumahan dan berhenti disalah satu rumah yang memiliki desain berbeda, mungkin sudah direnovasi.
Risky tidak ikut turun, ia hanya melihat dan sekilas mendengar kalau si pembuat kue bernama Pita, perempuan itu cantik, tinggi semampai, tidak seperti Wina yang cenderung mungil.
Setelah melakukan transaksi, Wina kembali masuk kedalam mobil. Semerbak aroma manis memenuhi mobil, membuat Risky hampir saja meneteskan air liur.
"Boleh buka satu kotak nggak sih? Baunya enak banget," ujar Risky dengan polos yang langsung dihadiahi tawa rengah Wina.
Beberapa detik, pria itu mematung, Wina dan tawanya mampu menyihirnya sampai seperti ini.
***
Pertemuan keluarga Risky tentu saja sangat ramai, sepupu Riski dan anak-anaknya, kemudian adik Riski yang bernama Sinta juga datang dengan kekasihnya.
Terlalu banyak perempuan disini, cucu dari kakek Risky hanya ada 2 yang laki-laki, dia sendiri dan satu lagi ada Wildan yang masih berusia 20 tahun, anak adik Ibunya Riski.
Aduh... Wina pusing menjelaskannya, dia juga lupa satu persatu nama orang yang sudah berkenalan dengannya.
Tidak terlalu susah berbaur dengan keluarga laki-laki itu, Wina juga hanya ditanya-tanya mengenai pekerjaan dan keluarga, itupun ditanyakan dengan nada yang santai, sambil nyemil kue dan buah-buahan yang tersedia.
"Jadi, sudah berapa lama pacaran?" tanya Tante Risa, ibunya Risky saat mereka duduk diatas karpet yang dibentang agar semua orang mendapatkan tempat. Para lelaki yang tak seberapa mengobrol sendiri, sementara Wina diajak ngobrol perempuan nomor satu laki-laki itu.
"Itu... Belum lama kok, Tante..."
"Tapi sudah kenal lama kan?" tanya Risa.
"Sudah kenal waktu kuliah, trus sempat nggak kontekan sampai beberapa tahun lalu ketemu lagi waktu kerja ditempat yang sekarang," jawab Wina dengan tenang.
Jujur saja, jantungnya sudah kebat kebit ditanyai begitu. Wina tidak punya pengalaman kenalan dengan keluarga mantan kekasihnya, karena satu dan lain hal, sampai akhirnya putus begitu saja. Begitu juga dengan hubungannya dengan Bagas.
"Syukurlah, tante jadi nggak perlu nunggu lama buat kalian meresmikan hubungan. Apalagi Sinta dan Bayu sudah ingin segera meresmikan hubungan mereka, tante belum mengizinkan karena Risky-nya belum menikah." Wina semakin pucat, ia tidak tau kalau masalahnya sepelik ini.
"Bukannya mau mengulur waktu, Tan... Tapi kami masih dalam masa penjajakan, takutnya nanti malah kurang pas. Lagi pula Risky kan laki-laki, nggak masalah kalau sedikit telat untuk menikah," katanya dengan suara tenang. Wina setidaknya mau membantu laki-laki itu agar terbebas dari paksaan orang tua untuk menikah dalam waktu dekat.
"Tante juga berpikir begitu dulunya, tapi anak itu kalau sudah fokus sama sesuatu, lupa segalanya. Waktu kuliah aja harus diancam dulu baru mau cepat mengerjakan skripsi, kalau nggak diancam, anak itu pasti baru lulus pas udah 10 tahun kuliah," keluh Risa pada Wina. "Waktu kuliah aja terlalu fokus sama organisasi sampai lupa tujuan kuliahnya itu apa, sekarang sudah kerja malah tambah-tambah lupa kalau ibu sama bapaknya tambah tua, dia malah enggak mikirin perempuan sama sekali. Dia sudah cerita kalau beberapa bulan belakangan sering tante jodohkan?"
"Sekilas saja sih, Tante."
"Hari ini kenapa tante maksa dia buat bawa kamu ya supaya memastikan kalau dia enggak bohong udah punya pacar, eh ternyata beneran, pantesan nggak mau dijodohin, udah punya target perempuan sendiri ternyata."
Yang bisa Wina lakukan hanya mengulas senyum tipis sebelum meneguk air dalam gelas dalam kondisi gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason To Marry You
RomanceWina dan Risky menikah karena alasan masing-masing. . . . Start : 7 Oktober 2021 Fin : -