oneshot | Kalah Sebelum Bertaruh

4.8K 449 55
                                    

-HAPPY READING-

Di bawah sinar bulan dua orang yang dulunya asing kini mendekap tubuh satu sama lain tanpa memperdulikan angin malam yang seakan menyuruh mereka cepat-cepat kembali pulang.

Si manis mendongak menatap mata si tampan dengan raut kesakitan. Di mata itu masih terpancar jelas cinta untuk si tampan, tapi logikanya menyuruhnya untuk membenci.

"Makasih udah datang." Si tampan mengusap surai si manis dengan sayang. Dia berusaha memberikan kenyamanan untuk orang di hadapannya.

"Hanya sebuah kebetulan. Aku sedang tidak memiliki tugas atau pun sesuatu yang harus di kerjakan." Jawab si manis seadanya.

"Masih dengan rasa yang sama?" Tanya si tampan. Dia menggenggam lembut jemari si manis yang terasa dingin.

"Tentunya. Aku masih terjebak di antara cinta dan benci." Si manis terdiam setelahnya. Dia mengingat pertemuan pertama mereka.

Flashback-

"Nadin Amizah kan? Kalau tidak salah judulnya seperti takdir kita yang tulis."

Pemuda yang sedang mendengarkan lagu dari airpodsnya menoleh ke sumber suara. "Dari mana kau tahu aku tengah mendengarkan lagu itu?"

"Volume mu sangat keras hingga aku bisa mendengarnya juga."

"Ah, begitu rupanya."

"Aku Taehyun. Kelas sebelas IPS dua." Pemuda yang bernama Taehyun itu menyodorkan tangannya ke hadapan pemuda yang masih menyumpal telinganya dengan airpods.

"Beomgyu. Sebelas IPS lima." Ucap Beomgyu menyambut uluran tangan Taehyun.

"Salam kenal ya." Sudut bibir Taehyun terangkat. Dia memamerkan senyum indahnya.

"Iya."

"Ngomong-ngomong, suka sama ibu peri?"

Dahi Beomgyu mengkerut. "Nadin maksudnya?"

Taehyun mengangguk membenarkan.

"Sangat. Bagaimana denganmu?"

"Sama, aku juga sangat menyukainya. Setiap karya ibu peri selalu membuatku terbawa kedalamnya."

Beomgyu mengangguk antusias. "Kau paling suka lagu Nadin yang mana?"

Taehyun tampak berpikir. "Aku suka semua lagunya, tapi yang belakangan ini selalu ku dengar Beranjak Dewasa."

"Kita beranjak dewasa jauh terburu seharusnya." Gumam Beomgyu pelan.
"Pada akhirnya ini semua hanyalah permulaan." Sambungnya langsung ke bagian akhir dengan helaan napas yang terdengar berat. "Huh... Padahal ku pikir dulu menjadi dewasa menyenangkan."

"Hahaha, kita sama. Kau tak sendiri. Waktu kecil aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku bisa tumbuh dewasa dengan cepat. Tapi ternyata dunia orang dewasa tidak semenyenangkan itu."

Bukan Anak Bontot! [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang