Sebastian membuka perlahan kedua matanya. Cahaya matahari yang masuk di cela jendela kamar menghalangi pandangannya. Ia bangkit sambil merenggangkan kedua tangan hingga menyadari sesuatu yang aneh pada dirinya. Ia tak memakai baju padahal seingatnya tadi malam ia tidur dalam keadaan memakai baju kaos.
Kemudian ia mendapati baju kaosnya sudah tergeletak di lantai. Seketika ia mencoba mengingat kejadian tadi malam yang mungkin terlupakan. Lantas ia menggeleng kala terlintas bayangan Kanaya yang melepas kaosnya. Apa yang terjadi?
Belum selesai pikirannya menerka, Kanaya keluar dari dalam kamar mandi sambil mengelap rambut panjangnya yang basah. Sebastian sempat terpukau beberapa saat sebelum otak normalnya kembali.
"Wajah lo jelek abis bangun tidur!"
Seketika Sebastian gelagapan sambil menyembunyikan bagian tubuh atasnya dengan selimut membuat Kanaya menatapnya heran. Kemudian wanita itu membuka lemari pakaian dan menghela nafas kala melihat tumpukan pakaian Sebastian yang berantakan.
"Kayaknya tugas gue nambah," ocehnya.
"Nay."
"Hm."
"Tadi malam kita ngapain?"
Pertanyaan Sebastian mampu membuat kerutan di kening Kanaya. Lantas wanita itu menoleh pada sosok yang masih bergeming di sana.
"Ya tidur, ngapain lagi?"
"Lo yakin?"
"Kenapa sih?"
Sebastian menggaruk rambut belakangnya.
"Kenapa gue nggak pake baju?"
Satu, dua, tiga detik Kanaya tertawa geli. Ia sudah bisa menebak apa yang dipikirkan oleh pemuda itu.
"Lo mikir kita abis gitu?" Kanaya memberi isyarat dua jarinya lalu tertawa geli membuat Sebastian semakin salah tingkah.
"Terus kenapa gue ingatnya lo lepasin baju gue?"
Kanaya mencoba menahan tawanya lalu berdehem pelan.
"Lo sendiri yang minta gue lepasin," jawabnya.
"Kenapa?"
"Katanya lo kepanasan, dan memang iya sih, AC kamar lo rusak?"
Sebastian seketika menjadi orang bego. Ia lupa untuk memperbaiki AC nya yang rusak minggu lalu. Ia berdecak sebal lalu meraih kaos dan memakainya.
"Gue kira lo sengaja," gerutu Sebastian sebelum mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
Sementara Kanaya tersenyum geli melihat raut kecewa dari wajah pemuda itu. Padahal waktu ia melepaskan baju Sebastian, detak jantungnya bergemuruh. Apalagi semalaman ia tidak bisa tidur sebab Sebastian memeluknya erat.
~~~
Maya sedang mempersiapkan sarapan, tapi matanya malah menatap ke arah Sebastian dan Kanaya bergantian. Keduanya datang saat dipanggil untuk sarapan. Maya sampai terkekeh kala tak sengaja mendengar percakapan keduanya saat Sebastian memaksa Kanaya untuk ikut mandi bersama.
Sebastian yang menyadari mamanya tersenyum terus menatapnya jadi heran.
"Nasi goreng Tian udah kebanyakan ini, Mama kira Tian Hulk?"
Seketika Maya tersadar lalu kaget melihat piring putranya sudah penuh dengan nasi goreng. Kanaya pun tersenyum geli melihatnya.
"Duh, maaf, Mama melamun." Maya mau mengambil sisa nasi di piring Sebastian sebelum Kanaya menyela.
"Nggak usah, Ma. Aku makan nasi goreng punya Tian aja," ucap Kanaya sambil mengedipkan matanya pada pemuda itu. Sebastian malah menatap aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup
General FictionKata orang pria dan wanita tidak bisa jadi teman, tapi lain halnya yang terjadi dengan Kanaya dan Sebastian. Dua manusia itu sudah jadi teman sejak orok. Keduanya mematahkan pernyataan itu sebab persahabatan mereka tak lekang oleh waktu bahkan diaku...