11. Perihal Hujan

28 3 0
                                    

Langit sore itu mendadak mendung, padahal siangnya begitu menyengat. Bahkan para manusia akan malas keluar saat cahaya matahari sangat terik dan para cewek-cewek yang katanya perawatan kulit mungkin akan gagal ketika memaksakan keluar tanpa sesuatu yang bisa menghalangi mereka dari panasnya mentari.

Namun, dilain tempat, Jojo baru saja menyelesaikan kegiatan rutinnya. Ia baru saja selesai nge-gym di tempat langganannya. Seminggu yang lalu ia kesurupan makan banyak hingga membuat perutnya yang biasanya punya beberapa pahatan malah menjadi satu pahatan saja. Ia memang suka makan, tapi setelahnya ia pasti kembali menyehatkan tubuhnya.

"Udah mau pulang lo?" Seorang laki-laki berbadan kekar menyapanya.

"Iya, Bang. Udah mau ujan. Gue nggak bawa mobil." Jojo tampak sibuk membereskan perlengkapannya.

"Gaya-gayaan lo ada mobil!"

Jojo hanya terkekeh hingga matanya membentuk bulan sabit.

"Aminin kek! Kan kalo gue ada mobil bisa ajak lo jalan-jalan," ucapnya sambil mengedipkan mata pada laki-laki itu yang malah bertingkah mau muntah.

"Jijik banget! Gue masih normal, ya."

"Siapa juga mau sama lo!"

Jojo buru-buru keluar dari tempat itu sebelum sebuah sarung tangan tinju mendarat ke kepalanya.

Cuaca memang tidak bisa ditebak, tapi untungnya Jojo sudah sedia payung sebelum hujan. Ia berterima kasih pada peribahasa tersebut. Ia termasuk jenis manusia yang memperkirakan semuanya.

Jojo mengeluarkan payung berwarna hitam dalam ransel lalu membukanya. Mau beranjak ke parkiran, sebelum matanya menangkap sosok seseorang yang ia kenal.

Matanya memang minimalis, tapi untuk mengenal seorang gadis yang tengah berdiri memandang ke arah hujan rasanya dia tidak salah. Akhirnya ia menghampiri sosok gadis berkuncir tersebut.

"Ayu?"

Gadis itu menoleh setelah namanya dipanggil seseorang. Ayu nampak kaget saat melihat Jojo berada di sini.

"Eh, Jojo? Ngapain lo?" Baiklah itu adalah pertanyaan bodoh, tapi Ayu bingung mencari perkataan yang tepat untuk sekarang.

"Nge-gym. Lo juga?"

Ayu mengangguk kaku. Sungguh ia malu dipergoki oleh Jojo.

"Udah berapa lama?"

"Hm?"

"Lo nge-gym udah berapa lama?"

"Udah sebulan ini."

"Oh, ya? Kok kita nggak pernah ketemu ya. Padahal gue sering ke sini."

"Mungkin tempatnya beda."

Jojo mengumpat kecil. Kenapa dia jadi bodoh begini? Tempat gym ini luas dan besar.

"Lo mau pulang?"

"Iya."

Jojo menatap hujan yang malah tambah deras. Kemudian ia menyodorkan payungnya pada gadis itu.

"Lo pake ini aja!"

Ayu menggeleng. "Nggak usah, Jo. Gue dijemput sama kakak."

"Kak Tendi? Naik motor?"

"Iya."

Jojo refleks menarikan telunjuknya di depan wajah gadis itu sambil menggeleng.

"Percuma, nanti basah. Mending lo cari taksi aja. Lo bisa pake payung ini buat ke depan," tawar Jojo setengah memaksa.

"Tapi lo gimana?"

"Gue bawa jas hujan, kok. Lo pake aja, ntar balikin pas di kampus ya."

Jojo memberikan payung pada Ayu meski gadis itu tampak ragu menerimanya.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang