|Lake & Bench|
Aku tak terlalu peka. Beberapa hari belakangan ini Macaronia selalu merenung setiap duduk di sampingku. Entah karena tugas yang menumpuk atau hari-hari yang buruk, rasanya selalu gagal untukku membaca suasana hatinya. Seperti sekarang, kelihatan dari wajahnya yang meraut sedih dan tak secerah biasanya membuatku mulai paham ada yang sedikit tidak beres dengannya. Dua hari yang lalu juga begitu, hampir beberapa jeda jam saat bersamaku ia selalu meminta izin untuk pergi sebentar. Entah ke mana, tapi kuyakin sesuatu besar memang sedang ia sembunyikan hingga saat ini.
Dan di sini, ditemani hamparan rumput hijau serta danau buatan, aku duduk berdampingan lagi dengan Macaronia. Tempat ini sudah aku masukkan dalam daftar tempat-tempat paling memorial dengan Macaronia selain perpustakaan, kafetaria, dan banyak tempat lainnya. Kepalanya tiba-tiba saja bersandar pada dadaku, membuatku tak mampu menolak ataupun berkutik menghindarinya. Tangan kiriku juga ia tarik perlahan agar terletak di ceruk lehernya alih-alih memeluk tubuhnya erat.
"Entah karena alasan apa, hari ini gue pengen banget dipeluk sama seseorang selain keluarga gue," tuturnya dengan nada lepas. Napasnya yang berembus menabrak lenganku yang menyilang di dekat lehernya.
"Terlalu banyak rahasia yang mereka tutupi dan bahkan gue sebagai anaknya nggak tahu." Ia berkata lagi, nadanya terdengar sedikit kecewa. "Menurut lo, keluarga itu harusnya kayak gimana sih, Fen?"
Posisi duduknya masih sama, terus bersandar pada dadaku tanpa berubah sedikitpun. Aku sedikit tersentak mendengar pertanyaan yang Macaronia lontarkan. Apa ia sedang berselisih paham dengan Om Rafadhika dan Tante Auxilia? Yang kudengar dari Mama, orang tua Macaronia adalah orang tua yang baik pun sangat terbuka dengan hal apa pun. Apalagi keduanya memiliki pembawaan yang asik dan tidak kaku, membuat orang-orang di sekitar menjadi nyaman saat melakukan obrolan santai.
"Kenapa lo tiba-tiba tanya gitu?"
Ia mendongakkan kepalanya lantas mendengkus lelah. "Jawab aja Fen apa susahnya."
"Keluarga itu ... saling menjaga, saling memahami, dan saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Keluarga itu bukan sebatas hubungan darah, melainkan juga keterikatan kasih sayang antara satu dan yang lainnya."
"Maksud lo ... 'family bond by love not by blood'?"
Aku mengangguk, tanpa sadar semakin merangkul tubuh Macaronia erat. "Yap. Keluarga itu didasari afeksi dan cinta yang kuat. Kalau semuanya dilihat dari perspektif dua hal itu, hubungan darah nggak akan jadi permasalahan lagi, 'kan?"
Kuusap puncak kepalanya lembut saat ia lagi dan lagi mengembuskan napasnya kasar tanpa kembali menanggapi ucapanku. Ternyata dugaanku selama ini benar, ia sedang dihempas masalah keluarga yang entah apa itu aku tidak paham seluk beluknya. Dan tanpa kuminta, ia menceritakan seluruh--entah seluruh atau sebagian karena aku termasuk orang baru di hidupnya--masalah-masalahnya. Mulai dari yang ia rasakan hingga yang ia alami. Sesekali ia menjeda ucapannya karena terbatuk-batuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
O₂ [FIN]
Fanfiction[side story CdM series] - fluff; delighted romance; interfaith love (Fenly's POV) Ini Fenly sebelum, saat, dan setelah bertemu Macaronia. *** Tersisip sepucuk surat di atas meja. Dari Fenly, untuk kamu katanya. Kalau oksigen adalah unsur yang dapat...