|Flower|
"Thank you, Fenly! Kamu emang nggak pernah salah pilih bunga! I love it!"
Dekapan begitu hangat kurasakan selepas Macaronia berteriak sambil menggenggam sebuket bunga mawar yang kuberikan. Katanya, selain bunga daisy, bunga tercantik kedua setelahnya adalah mawar. Wangi, cantik, indah, dan menawan. Ia fasih menyuarakan rasa terima kasihnya di telingaku. Pelukannya pun tak mau lepas hingga sekarang. Padahal aku dan dia sedang berada di depan toko bunga yang--kuberani taruhan kalau ramainya melebihi pasar ini--entah kenapa terasa lebih riuh daripada biasanya.
"Oni, udahan dong peluknya," tuturku sambil berbisik ke telinganya saat salah seorang pengunjung toko bunga menatapku yang berpelukan erat dengan Macaronia.
"Loh, kenapa?"
"Malu dilihatin orang-orang."
Macaronia terkekeh lantas melebarkan senyumnya setelah melepaskan pelukan hangat bersamaku. "Takut dikatain si public display of affection, ya?"
Kusentuh hidungnya begitu gemas. "Bukan gitu. Soalnya pasti mereka bakal iri karena nggak bisa dipeluk sama manusia segemes kamu gini!"
Matanya seketika menyipit dan bahunya berguncang, tawanya begitu menyalurkan kebahagiaan sederhana kala aku mencoba menggodanya. Ia lirik satu buket krisan warna putih di genggaman lainnya lalu kembali menatapku lagi.
"Ya Allah, kamu gombal banget deh!" balasnya sambil mengaitkan jemariku spontan. "Ya udah, berangkat sekarang, yuk!"
"Let's go!"
O₂𓂃 ֶָ֢֪*:・゚
Memang, setelah Macaronia bercerita tentang insiden masuknya Bang Lovanoga ke rumah sakit sore kemarin, hari ini juga aku dan Macaronia berniat untuk menjenguknya. Harusnya di sana juga sudah ada Om Rafadhika dan Tante Auxilia untuk menjenguk selepas perjalanan bisnisnya dari luar kota. Karena sejak pria berambut ikal tersebut tumbang dan dirawat di rumah sakit, malamnya Macaronia meninggalkan Bang Lovanoga sendiri di ruang rawatnya. Dia memang sebenci itu dengan aroma rumah sakit.
Dengan segala bujuk rayu kuusahakan, sore ini mau tak mau Macaronia berangkat ke rumah sakit dengan ogah-ogahan dan keterpaksaan karenaku. Dengan berbekal alat sogokan buket bunga mawar dan 5 tangkai lolipop, begitu mudahnya ia mengiyakan tanpa tapi lagi.
Begitu pintu utama rumah sakit terbuka, ia mencengkeram lenganku begitu erat. Kulirik ia sejenak. "Kenapa?"
Ia menggelengkan kepalanya cepat. "Gapapa. Ayo lanjut aja."
Kuturuti ucapannya sambil terus melangkah menyusuri lobi rumah sakit hingga ruangan-ruangan bercat putih tersebut. Kurasakan genggamannya begitu dingin hingga meninggalkan sensasi sejuk namun sedikit janggal pada lenganku. Sesekali, dalam perjalanan kupandangi wajahnya yang begitu pasi seiring dengan banyaknya ruangan yang kami lewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
O₂ [FIN]
Fanfiction[side story CdM series] - fluff; delighted romance; interfaith love (Fenly's POV) Ini Fenly sebelum, saat, dan setelah bertemu Macaronia. *** Tersisip sepucuk surat di atas meja. Dari Fenly, untuk kamu katanya. Kalau oksigen adalah unsur yang dapat...