15

49 8 1
                                    

|Supermarket|

Hubungan percintaanku dengan Macaronia tak serta-merta mulus seperti jalanan bebas hambatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hubungan percintaanku dengan Macaronia tak serta-merta mulus seperti jalanan bebas hambatan. Terkadang, mendebat satu hal sepele sudah menjadi makanan sehari-hari kami. Tak jarang pula ia yang tiba-tiba menjadi pemarah dan memalingkan muka ketika datang bulan menghampiri, mau tak mau aku harus jadi pelampiasan atas kesakitan perutnya saat haid.

Beruntungnya Dewi Fortuna sedang berada di pihakku. Hari ini, bersamaan dengan hari pertama ia mendapatkan bulanannya (sebut saja haid), senyumnya terkuak lebar bahkan setelah sebelum-sebelumnya berdebat kusir dengan Abangnya soal belanja bulanan di rumah. Bagaimanapun, perempuan selalu menang kalau bertaruh dengan lelaki. Dan perebutan jadwal belanja berhasil jatuh ke tangan Macaronia setelah ia mengacak-acak kasar rambut ikal milik Bang Lovanoga saat sibuk bermain game konsol.

Begitu memasuki pintu kaca utama supermarket, udara sejuk menyapa kulit kami dengan khas aroma berbagai bahan makanan. Saat ia meraih troli langsung kuambil alih, sikap-sikap kecil yang manis seperti ini biasanya membuat hati perempuan mudah luluh. Sebenarnya tak hanya itu saja, membawakan sedikit barang yang perempuan bawa setidaknya membantu untuk mengurangi kesulitan, bukan?

"Biar aku aja yang bawa. Kamu coba cek list belanjaan aja deh, tadi Tante Lia titip apa aja coba?"

Ia langsung membuka ponsel, membaca satu per satu deretan kata di memo. "Bahan buat macaron, beli minyak kelapa, sayur-sayuran, sereal, dan ... alat cukur? Hah? Kok alat cukur?"

Aku menahan tawa melihat ekspresi herannya, kuraih ponselnya meski ia mencoba mengambilnya kembali. "Titipan Bang Oga tuh."

Matanya menyapu bersih rak-rak tinggi di sisi kanan-kirinya, mencari-cari barang yang ingin ia temukan secara cepat. Sambil terus berjalan, kuikuti langkahnya yang bergerak menuju lorong bahan kue. Ia semakin mempercepat langkahnya kala melihat sesuatu yang begitu menarik atensinya hingga kegirangan.

"Fenly! Sini! Lucu banget nih!" pekiknya sambil mengangkat sebungkus kemasan berisi hiasan makanan berwarna-warni berbagai bentuk.

Dasar perempuan, lucu sedikit tertarik. Lucu sedikit langsung mau beli.

"Tante Lia enggak titip itu btw," kataku sedikit malas, kutumpukan lengan pada pegangan troli. "Yuk buruan beli bahan-bahan yang lain aja. Kamu itu bakal dikasih tantangan loh di rumah nanti."

Ia segera meletakkan barang yang dipegang ke tempatnya kembali lantas menoleh. "Hah? Tantangan apaan?"

Aku tersenyum menggoda. "Udah, tungguin aja. Makanya buruan belanjanya, abis ini kamu juga bakalan tahu kok."

Selanjutnya, kudorong troli menuju rak-rak cokelat dan sejenisnya, meninggalkan Macaronia yang masih mematung dan mungkin mencari bermacam jenis tepung di sana.

"Fenlyyy! Ih, kasih tahu! Apaan tantangannya!"

Ia berteriak lalu berlari mengejarku sambil membawa tumpukan kemasan tepung berwarna bening di pelukannya. Mukanya yang cemberut membuatku semakin gemas. Aku menaikkan salah satu alisku.

O₂ [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang